blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Thursday 13 August 2015

Cerpen List

             Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.(Sumber Wikipedia).

             Berikut ini adalah List Cerpen dalam Blog ini.
    “kakek juga ingin mengetahui jawaban kalian tentang menuggal , kakek mulai dari kamu Kemuning” betapa susahnya kami menahan tawa mendengar nama kecil kak Nina dipanggil.
    “Beri aku alasan mengapa akau harus menangis. Lagipula terlalu cepat bermimpi bahwa tunangan mu itu orang yang baik tuan putri!” Aku mengeluarkan ucapan dengan nada setengah mengejek. Tapi melihat dari sudut mata Lisa, mungkin dia sedikit marah padaku. 
   “Dasar naïf, kukira kau selalu berlaku baik kepada semua orang, ternyata kau memiliki sifat psikopat tentang mutilasi!” Lily kembali berkata dengan nadanya lagi. 
    “Ibu, Ayah, Ryan adalah pria yang baik dan dia berani berhadap dengan ayah yang mantan mafia dan ibu yang dulunya pembunuh bayaran. Bukanya itu saja sudah membuat kalian tersentuh ?”Perempuan ini berkata dengan nada sedikit berlebihan. 
     “Kau diam saja ki,biar aku yang akan jawab. Moto ku adalah hidup hemat energi!” ucap Siska yang sekarang karyanya sudah di pamerkan di belanda sambil menatapku dengan tatapan mengejek dan meniru gaya bicaraku, sial!.
   “Belajar Kak ?” Putri menampakan wajahnya dari balik pintu dan masih memakai pakaian tidur, sepertinya dia baru saja dari kamar mandi,  rambutnya terlihat meneteskan air kelantai karpet kamar ku yang berwarna hijau muda.
    Di tersenyum menatapku, kemudian menggeser duduknya semakin kepinggir, seolah mempersilahkan aku duduk, aku hanya kebingungan dengan sikap perempuan paru baya ini. Kemudian duduk sambil sedikit tersenyum, bisa kurasakan wajahku seakan kaku saat memberikan senyuman itu. Ia terkekeh kecil, kemudian mengambil majalah yang di bawannya lalu membacanya.

8.  Bayangan
    Langkah kaki Dinda tampak seperti biasa, dia berjalan dengan anggun layak putri dari kerajaan barat. Rambutnya yang terbang saat ditiup angin merupakan harmoni pada pagi ini. Dia melangkah menaiki anak tangga bersama buku yang berada di tangan kanannya. 
    “Bagaimana menurutmu sekolah ini” ucap penjaga perpustakan ini dengan nada ringan. Aku berpikir sedikit mengenai pertanyaan yang di lontarkan penjaga perpustakan ini.
     “Tapi kurasa itu sangat jauh mengingat kita, terpisah samudera sekarang” aku tersenyum kecut mendapati kalimat berikutnya. Dia benar kami telah terpisah jarak dan hanya saling mengirim email beberapa minggu sekali karena kesibukannya di negeri kangguru. Ku dengar darinya bahwa universitas di sana cukup ketat dan aku yang melanjutkan ke salah satu universitas yang lumayan santai di yogyakarta saja masih kewalahan dengan ulah dosen yang tidak ada habisnya. 
    “Seorang perempuan dengan rambut perak dan juga gaun terusan serba hitam. Dia bersiul lagu Fur Elise dari Bethoven” ucap ibu  dengan senyum lebar di bibirnya. Aku tidak begitu mengerti seberapa mengerikan pengetahuan mantan jurnalis ini. Setidaknya aku baru mengetahui lagu Legendaris Bethoven itu dari beberapa minggu lalu saat seorang teman memperkenalkan lagu klasik yang dianggap sebagai pembawa kutukan. Tapi beliau dengan mudahnya menyebut judul lagu itu.
     Seperti seorang pengamat Rivan terus bersepekulasi tentang Dirinya dan Gea. Dia banyak menggunakan hal tertentu untuk menarik minat Gea padanya. Sekedar mendapat sapaan “selamat pagi” atau “aku duluan” membuat Rivan sekan melambung. Dia tidak menyangka kehidupan yang dulu dikenalnya sebagai kebosanan yang mutlak membuatnya berubah menjadi berwarna seperti bunga sakura.

13. Mesin waktu     
    “Memang ada salah dengan itu, memang ada yang salah jika anakmu tumbuh dengan penopangmu. Memangnya kenapa kalau aku hidup terus bergantung pada Ayahku!” ucap Naila tiba –tiba membuat dua orang ini terdiam dan saling berpandangan. 
    “Aku akan membawamu ke tempat di mana aku melihat ciptaan tuhan.” Matanya menerawangku, seolah mencari celah kebohongan yang ada. Tapi, mata itu kembali diam, kurasa dia tidak menemukan sesuatu yang dinginkannya. 
 

3 comments: