blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Monday 17 June 2013

Terpuruk dan bosan


Nama ku Riki fadhilah panggilan ku Riki, aku hidup di sini di kota di mana kau akan menangis saat orang lain tersenyum. Ya benar, Jakarta ibukota dari Indonesia Negara dengan penduduk terpadat  ke -4 di dunia. Sekarang aku menginjak kelas 11 di salah satu Sekolah tinggi yang ada di Jakarta. Kehidupan yang ku jalani biasa saja, tapi setelah aku di tendang keluar dari asrama karena tidak sanggup membayar biaya yang begitu banyak. Aku harus di pindah kan ke salah satu asrama yang mempunyai citra buruk Asrama bermasalah Senbukai. Ini termasuk miliki sekolah hanya saja asrama ini mempunyai murid yang bermasalah.
Itu awalnya yang mengubah semua visi dan misi ku. Visi ku adalah “hemat Energi” sedangkan Misi ku” tidak  lakukan hal yang tidak perlu dilakukan cemacam Reflek  gitu”. Terdengar lucu tapi ini lah aku Riki fadilah.
Hari ini Tepat pukul 3 aku terbangun dari tempat tidur, kamar asrama masih seperti biasa gelap dan sepi  tapi di luar kamar sudah terjadi keributan.kak Sora yang sedang sibuk mengetik ulang naskahnya,  kak Reza  yang sendang asik dengan lakon dramanya, belum lagi siska yang asik dengan lukisan, aku hampir lupa Rizal yang masih asik dengan komputernya tadi malam. Kami di sini hanya berlima dengan satu guru pembibing seorang wanita berumur 30 tahun, guru mata pelajaran bahasa jepang.
Tentu saja yang masih normal cuma aku, tidur pada pukul 9 dan bangun pada pukul 5. Entah mengapa aku di sini merasa menjadi Abnormal. Tapi tujuan bukan menjadi normal di sini tetapi keluar dari asrama sinting ini yang tidak memiliki aturan yang tetap dan bertindak sesuka hati.
“Riki bangun, hari ini jadwal kau membuat sarapan”ucap kak Sora yang terus menarik selimut ku. Aku pun bangun dengan wajah kucek yang kurang bersemangat dan mata menyipit ini. Pukul 5.30 ya, ku panaskan mie rebus selama 10 menit dan menghidangkannya pada mereka seperti biasa.
“Mie rebus dengan telur dadar, dasar pemalas kau ki”ucap kak Reza dengan mimik muka serius dan wajah datar, wajah  seorang pemain drama terkenal di ibukota saat melihat masakan ku.
“kau diam saja ki,biar aku yang akan jawab. Moto ku adalah hidup hemat energi” ucap siska yang sekarang karyanya sudah di pamerkan di belanda sambil menatapku dengan tatapan mengejek dan meniru gaya bicaraku, sial!.
“Oh itu belum selesai Sis. Dan jangan lakukan hal yang tidak perlu dilakukan”ucap kak Sora menambahkan kalimat terakhir dari visiku tentu saja senyum jahatnya masih tampak jelas dari balik wajah manisnya.
“hey – hey apa- apaan kalian, bisa berhenti mengejek ku dan menghargai apa yang telah  ku lakukan”ucap ku dengan nada setengah marah dan mata menyorot tajam pada mereka.
“Aku menemukan sesuatu di berkas file flasdisk mu yang ada di kamar” ucap Rizal membuka pembicaraan kembali yang tadi yang hening sebentar kali ini dia membawa tablet 7 inci dan menunjukan dengan kami
“Isinya semua novel karya sherlock holmes,apa kau maniak misteri” semua mata tertuju padaku seolah – olah kalimat tadi mewakili semua rasa penasaran ini.
“Aku hanya suka membaca, menurut ku itu tidak membuang tenaga sama sekali, lagipula itu cara yang tepat untuk menghabiskan waktu”ucap ku ragu – ragu kepada mereka dengan mata sedikit tertunduk.
“Kalau kau suka membaca berarti kau pintar menulis ada lomba cerpen di tahun ini yang lain sudah ikut dalam bidangnya masing - masing, kau harus ikut juga ya” ucap ibu pengawas asrama yang kali ini keluar dari kamar.
“aku sudah selesai”ucap ku pada yang lain sambil menaruh piring ku ke atas meja dan beranjak lari masuk ke kamar.
“Berusahalah Riki sampai kau benar – benar merobek dirimu” ucap Rizal yang seolah – olah tau apa yang sedang ku pikirkan. Hal ini terdengar konyol seolah – olah aku mengharapkan semua ini.  Mungkin aku kan coba melakukanya, yah tentu saja itu hanya memakai sedikit tenaga.
Bel berbunyi nyaring menandakan jam pelajaran sudah selesai. Tapi kini aku sedang memegang kertas hasil tulisan ku, setidaknya aku sudah mencoba pikir ku.
“Wah ternyata kau masih saja mudah di baca seperti dulu ki, aku bawa cerpen mu ya. Hari ini naskah terakhir harus di kumpulkan”ucap Rizal merebut Kertas yang tadi ku pegang.
“Apa yang kau lakukan bodoh”ucap ku marah pada Rizal yang sedang berlari menuju lantai bawah
“Kau tidak suka Capek kan nah lebih baik kau tetap diam di sana aku akan menyerahkanya pada panitia mereka kenalan ku waktu seminar game yang ku berikan kemarin”ucapnya lantang dari bawah sambil beralari menuju gerbang.
Semingu kemudian
“Naskah mu gagal ki,mereka bilang tulisanmu bagus dan akan di terbitkan sebagai karya terbaik tetapi karya mu terlalu rumit untuk anak setingkat SMA”ucap Riki lesu pada ku seminggu kemudian.
Aku tertunduk lesu, sebenarnya aku tidak mau melakukan ini, ini terasa menyedihkan di saat kau merasakan ke gagalan jika kau sudah memutusku untuk berusaha ada semacam desiran marah, kesal dan banyak hal saat aku memikirkan ini.
“Karya mu memang jelek”ucap Kak Sora yang tadi berada di dekat pintu. Tentu saja itu membuatku makin terperuk terlebih lagi setelah ini. Mereka mengadakan pesta kemenangannya di hadapan ku sambil tertawa seolah – olah mengejek ku.
Aku pun tertawa keras membayangkan semua ini, kejadian hari ini,hingga membuat seisi asrama tercengang melihat ku. Mereka heran dengan sikap ku sekaligus penasaran.
“Aku akan mencoba lagi dan lagi daripada aku hanya menjadi seperti ini lihat aku akan mengejar kalian” Ucap ku pada mereka. Tentu saja ada semacam rasa malu, orang kalah kok mendekralasikan pertempuran pada orang yang berhasil. Sungguh konyol, tapi entah mengapa senyum mereka tiba – tiba merekah.


No comments:

Post a Comment