Nama ku Riki
fadhilah panggilan ku Riki, aku hidup di sini di kota di mana kau akan menangis
saat orang lain tersenyum. Ya benar, Jakarta ibukota dari Indonesia Negara
dengan penduduk terpadat ke -4 di dunia.
Sekarang aku menginjak kelas 11 di salah satu Sekolah tinggi yang ada di
Jakarta. Kehidupan yang ku jalani biasa saja, tapi setelah aku di tendang
keluar dari asrama karena tidak sanggup membayar biaya yang begitu banyak. Aku
harus di pindah kan ke salah satu asrama yang mempunyai citra buruk Asrama
bermasalah Senbukai. Ini termasuk miliki sekolah hanya saja asrama ini
mempunyai murid yang bermasalah.
Itu awalnya yang
mengubah semua visi dan misi ku. Visi ku adalah “hemat Energi” sedangkan Misi
ku” tidak lakukan hal yang tidak perlu
dilakukan cemacam Reflek gitu”.
Terdengar lucu tapi ini lah aku Riki fadilah.
Hari ini Tepat
pukul 3 aku terbangun dari tempat tidur, kamar asrama masih seperti biasa gelap
dan sepi tapi di luar kamar sudah
terjadi keributan.kak Sora yang sedang sibuk mengetik ulang naskahnya, kak Reza
yang sendang asik dengan lakon dramanya, belum lagi siska yang asik
dengan lukisan, aku hampir lupa Rizal yang masih asik dengan komputernya tadi
malam. Kami di sini hanya berlima dengan satu guru pembibing seorang wanita
berumur 30 tahun, guru mata pelajaran bahasa jepang.
Tentu saja yang
masih normal cuma aku, tidur pada pukul 9 dan bangun pada pukul 5. Entah
mengapa aku di sini merasa menjadi Abnormal. Tapi tujuan bukan menjadi normal
di sini tetapi keluar dari asrama sinting ini yang tidak memiliki aturan yang
tetap dan bertindak sesuka hati.
“Riki bangun,
hari ini jadwal kau membuat sarapan”ucap kak Sora yang terus menarik selimut
ku. Aku pun bangun dengan wajah kucek yang kurang bersemangat dan mata menyipit
ini. Pukul 5.30 ya, ku panaskan mie rebus selama 10 menit dan menghidangkannya
pada mereka seperti biasa.
“Mie rebus
dengan telur dadar, dasar pemalas kau ki”ucap kak Reza dengan mimik muka serius
dan wajah datar, wajah seorang pemain
drama terkenal di ibukota saat melihat masakan ku.
“kau diam saja
ki,biar aku yang akan jawab. Moto ku adalah hidup hemat energi” ucap siska yang
sekarang karyanya sudah di pamerkan di belanda sambil menatapku dengan tatapan
mengejek dan meniru gaya bicaraku, sial!.
“Oh itu belum
selesai Sis. Dan jangan lakukan hal yang tidak perlu dilakukan”ucap kak Sora
menambahkan kalimat terakhir dari visiku tentu saja senyum jahatnya masih
tampak jelas dari balik wajah manisnya.
“hey – hey apa-
apaan kalian, bisa berhenti mengejek ku dan menghargai apa yang telah ku lakukan”ucap ku dengan nada setengah marah
dan mata menyorot tajam pada mereka.
“Aku menemukan
sesuatu di berkas file flasdisk mu yang ada di kamar” ucap Rizal membuka
pembicaraan kembali yang tadi yang hening sebentar kali ini dia membawa tablet
7 inci dan menunjukan dengan kami
“Isinya semua
novel karya sherlock holmes,apa kau maniak misteri” semua mata tertuju padaku
seolah – olah kalimat tadi mewakili semua rasa penasaran ini.
“Aku hanya suka
membaca, menurut ku itu tidak membuang tenaga sama sekali, lagipula itu cara
yang tepat untuk menghabiskan waktu”ucap ku ragu – ragu kepada mereka dengan
mata sedikit tertunduk.
“Kalau kau suka
membaca berarti kau pintar menulis ada lomba cerpen di tahun ini yang lain
sudah ikut dalam bidangnya masing - masing, kau harus ikut juga ya” ucap ibu
pengawas asrama yang kali ini keluar dari kamar.
“aku sudah
selesai”ucap ku pada yang lain sambil menaruh piring ku ke atas meja dan
beranjak lari masuk ke kamar.
“Berusahalah
Riki sampai kau benar – benar merobek dirimu” ucap Rizal yang seolah – olah tau
apa yang sedang ku pikirkan. Hal ini terdengar konyol seolah – olah aku
mengharapkan semua ini. Mungkin aku kan
coba melakukanya, yah tentu saja itu hanya memakai sedikit tenaga.
Bel berbunyi
nyaring menandakan jam pelajaran sudah selesai. Tapi kini aku sedang memegang
kertas hasil tulisan ku, setidaknya aku sudah mencoba pikir ku.
“Wah ternyata
kau masih saja mudah di baca seperti dulu ki, aku bawa cerpen mu ya. Hari ini
naskah terakhir harus di kumpulkan”ucap Rizal merebut Kertas yang tadi ku
pegang.
“Apa yang kau
lakukan bodoh”ucap ku marah pada Rizal yang sedang berlari menuju lantai bawah
“Kau tidak suka
Capek kan nah lebih baik kau tetap diam di sana aku akan menyerahkanya pada
panitia mereka kenalan ku waktu seminar game yang ku berikan kemarin”ucapnya
lantang dari bawah sambil beralari menuju gerbang.
Semingu kemudian
“Naskah mu gagal
ki,mereka bilang tulisanmu bagus dan akan di terbitkan sebagai karya terbaik
tetapi karya mu terlalu rumit untuk anak setingkat SMA”ucap Riki lesu pada ku
seminggu kemudian.
Aku tertunduk
lesu, sebenarnya aku tidak mau melakukan ini, ini terasa menyedihkan di saat
kau merasakan ke gagalan jika kau sudah memutusku untuk berusaha ada semacam
desiran marah, kesal dan banyak hal saat aku memikirkan ini.
“Karya mu memang
jelek”ucap Kak Sora yang tadi berada di dekat pintu. Tentu saja itu membuatku
makin terperuk terlebih lagi setelah ini. Mereka mengadakan pesta kemenangannya
di hadapan ku sambil tertawa seolah – olah mengejek ku.
Aku pun tertawa
keras membayangkan semua ini, kejadian hari ini,hingga membuat seisi asrama
tercengang melihat ku. Mereka heran dengan sikap ku sekaligus penasaran.
“Aku akan
mencoba lagi dan lagi daripada aku hanya menjadi seperti ini lihat aku akan
mengejar kalian” Ucap ku pada mereka. Tentu saja ada semacam rasa malu, orang
kalah kok mendekralasikan pertempuran pada orang yang berhasil. Sungguh konyol,
tapi entah mengapa senyum mereka tiba – tiba merekah.
No comments:
Post a Comment