Title : Borneo Dimension
Genre : Adventure,dimension,monster
Author : Hittori Yudo
Chapter: 03
Ibukota
Borneo selatan
Sekitar 120 orang terluka dalam
pertempuaran kemudian di tambah sekitar 320 orang yang mengawal kembali ke
Barito membawa ratusan item yang terjatuh dari para monster. Tidak ditemukan
korban jiwa dan sekarang sekitar 14.500 pasukan yang ddipimmpin Gamir sudah
tiba di kerajaan.
“Pasukan yang kembali ke kerajaan
lebih dari 10.000 orang datang!”
“Aku tidak menyangka pangeran Gamir
bisa mendapat begitu banyak pasukan dari tuan Vin!”
“Apa yang dilakukan pangeran Gamir
hingga mendapat pasukan sebanyak itu!”
“Kudengar para budaknya telah di
bebaskan sebagai imbalan!”
“Itu imbalan yang murah!”
“Aku yakin Tuan Vin mendukung
Pangeran Gamir untuk naik tahta berikutnya, karena dia putra mahkota!”
“Tapi Tuan Vin dikenal dingin dengan
para keluarga kerajaan, kurasa itu tidak mungkin!”
Gosip dari masyarakat yang berada di
Banjarmasin membuat begitu banyak argumen tentang kedatangan Vin dan bala
tentaranya, sementara Rihana juga mendapatkan sedikit porsi sebagai calon
tunangan penguasa barito.
“Kulihat kau sudah tumbuh semakin
hebat Tuan Vin!”
Sang Raja Frandian, raja ke 45
menyambut Vin dengan tangan terbuka, tentu saja ini semua demi ibukota dan
banyak tentara yang di bawanya. Vin hanya tersenyum menyapa dan berbicara
sedikit, setelah itu Rihana datang menghampiri dengan gerakan yang cukup aneh.
“Ada yang salah?”
“Nona mengatakan dia tidak terbiasa
dengan gaun seperti ini!”
“Ehm, kau perempuan biasakan dari
sekarang kau memakai itu!”
“Aku adalah penjelajah dari barat,
tidak mungkin aku memakai gaun seperti ini!”
“Nona, tolong jaga perasaan Tuan
Vin!”
Elia berusaha beberapa kali membela
Vin membuat Rihana sedikit kesal bahkan sekarang Elia memperlakukan seperti
anak kecil.
“Bukannya kau budak Gamir?”
Kedua orang ini terlihat
kebingungan, saat Elia menyadari siapa yang berdekatan dengan Vin dia segera
menunduk hormat.
“Hamba sudah menjadi bebas sekarang,
Raja!”
“Eeh, jadi kau raja dari Banjar.
Cepat katakan padaku di mana portal menuju dunia lain!”
Frandi terlihat kebingungan seolah
mengingat sesuatu dia tersenyum ramah pada Rihana membuat gadis ini merinding.
“Portal yang kami maksud adalah
tanah suci sandoria!”
“Sandoria?”
Vin menepuk kepalanya, dia tidak
menyangka pribumi dapat mengatakan portal adalah Sandoria. Itu adalah
kebohongan yang tidak masuk akal menurutnya.
“Itu surga!”
“Berarti itu kematian?”
“…”
“Beraninya kau menipuku! Aku-“
Vin segera menarik pelan Rihana dari
hadapan raja, di iringin sedikit senyum dia segera membawa Rihana pergi dari
hadapan orang tua yang hampir berumur 50 tahun itu.
“Elia, bisa tinggalkan kami berdua!”
Elia mengangguk meninggalkan Vin dan
Rihana yang sudah berjalan ke taman kerajaan yang dipenuhi berbagai macam
bunga. Meskipun sedikit terpesona dengan keindahan, Rihana masih tidak bisa
menghapus kekecewannya.
“Dengar! Orang – orang yang seperti
kita hanya dianggap pendatang biasa di negeri ini, mereka tidak peduli dengan
asal kita. Bahkan para cendikiawan sudah tidak memikirkan bagaimana orang
seperti kita datang!”
“Maksudmu mereka tidak tahu apa –
apa?”
“Intinya begitu, tapi agar kerajaan
dapat mengatur semua hal mereka bisa saja membuat informasi palsu untuk
mempertahankan kerajaan!”
“Ini tidak masuk akal, aku akan
pergi. Tidak ada gunannya aku disini!”
“Kemana?”
Rihana terdiam saat Vin mengatakan
hal itu, gadis ini hanya bisa menatap ragu kumpulan bunga – bunga yang
bermekaraan.
“Kau tidak tahu kemana pergi kan?”
“Kau juga! Apa kau menyerah untuk
kembali!”
“Baiklah nona! Aku katakan padamu!
Tidak ada jalan kembali, kalau pun ada kita tidak mungkin bisa kembali!”
“Jangan patahkan semangatku, aku
hidup dijalanku sampai sekarang bahkan monster – monster waktu itu sudah sering
kuhadapi!”
“Kau lucu Nona, baiklah katakan tujuaanmu
nanti setelah aku selesai dengan monster itu! Jika kau tetap ingin pergi, aku
tidak akan melarang!”
Setelah mengatakan itu Vin
meninggalkan Rihana yang masih terdiam mencerna kata – kata Vin, entah kenapa
gadis ini merasa aneh dengan sikap Vin yang terlihat putus asa untuk kembali ke
tempat mereka berasal.
“Nona?”
“Elia, carikan aku baju perang dan
busur. Vin harus tahu aku ini bukan kucing yang selalu berdiam di dalam rumah!”
“Tapi nona, itu tidak mungkin. Tuan
Vin-”
Rihana menatap Elia dengan wajah
yang sudah penuh air mata, melihat semua itu Elia menjadi sedikit tidak tega.
“Baiklah nona, aku akan
mencarikannya nanti. Lebih baik kita pindah ke pavilium tuan Vin!”
Dengan sedikit tenaga yang masih
tersisa karena berdebat dengan Vin, Rihana segera pergi mengikuti Elia yang
kini berada di depannya.
“Kejora, dia gadis yang menarik
bukan?”
Seorang putri yang kini duduk di
kursi yang menatap ke bawah tempat Vin dan Rihana tadi berbicara membuat masih
tersenyum manis.
“Mereka bilang itu barang Vin kan?”
“Yah, dia gadis yang cukup biasa.
Walaupun dia memiliki banyak tentara dan cendikawan handal tampaknya Vin
mempunyai selera buruk dalam hal memilih gadis!”
“Jangan katakan begitu Sam, aku akan
membuat mata Vin terbuka!”
Sam terdiam, dia tahu apa yang
dimaksud Kejora, jika Kejora menganggu milik Vin itu akan membuat kestabilan
kerajaan terganggu karena Vin orang yang cukup sulit untuk diajak berbicara.
“Kejora, Vin akan membunuhmu jika
kau menyentuh barangnya!”
“Aku tidak akan melakukan apapun, hanya
saja Vin akan menyesal nantinya!”
“Apa yang kalian bicarakan?”
Gamir masuk ke dalam percakapan
membuat kedua orang yang berada di balkon ini hanya saling menutup mulut. Kakak
pertama mereka memiliki citra yang cukup buruk, walaupun dia adalah putra mahkota
tidak menutupi kemungkinan tahta akan jatuh ketangan Sam atau Kejora.
“Vin! Dia harus tahu siapa wanita
yang baik!”
“Kalian membicarakan gadis gembel
itu?”
“Kakak mengetahuinya?”
“Kami bertemu di kamar Vin,
kelihatannya Vin sangat menyukai sehingga aku saja tidak berani menatapnya!
Tapi itu bukan urusanku yang terpenting perang kali ini!”
“DIA DIKAMAR VIN???!!”
“Hentikan teriakanmu Kejora, itu
membuatku telingaku sakit!”
“Aah, maaf kak!”
Kejora yang tadi terlihat santai
kini Nampak panik membuat, kedua kakaknya hanya tersenyum simpul.
“Gadis jalang itu!”
No comments:
Post a Comment