blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Friday 5 April 2013

Gak Papa Ya


Bila matahari terbit dari timur dan tenggelam di barat adalah hal yang sudah seharusnya. Berbeda dengan  aku saat ini yang harus duduk diam memperhatikan Lisa berbicara panjang lebar mengenai rencananya malam ini.
Yap malam ini, adalah hal yang menurutnya istimewa, karna menentang arus kehidupannya. Dia harus bersiap sedemikian rupa untuk menyambut calon tunangannya. Biarpun Lisa belum genap 18 tahun baginya memiliki tunangan merupakan hal yang luar biasa.
Bagi kasta atas ini pertunangannya adalah kehidupan yang indah di waktu mendatang. Entah apa yang dipikirkannya,  menyetujui pertunangan ini tanpa pernah melihat calon tunanganya. Terlalu naïf atau dikatakan bodoh,  tapi Lisa memberikan alasan itu adalah sebuah kejutaan yang sangat berarti kelak.
Mungkin aku akan tertawa saat dia mendapati tunangan, orang yang gedut atau berpribadi buruk. Memikirkannya saja sudah membuat ku menahan tawa di dalam café yang kami tempati di ujung jalan sekolah kami.
“kenapa senyum – senyum, bukannya kau bisa saja menangis melihat perempuan yang kau jaga sejak kecil ini akan mengikat janji pernikahan” Lisa mengeluarkan ucapan dengan nada sinisnya dan percaya diri dengan kata kau jaga sejak kecil.
“Beri aku alasan mengapa akau harus menangis. Lagipula terlalu cepat bermimpi bahwa tunangan mu itu orang yang baik tuan putri” Aku mengeluarkan ucapan dengan nada setengah mengejek. Tapi melihat dari sudut mata Lisa, mungkin dia sedikit marah padaku.
“Baiklah, aku gak minta pendapat mu lagi” Lisa mengembungkan pipinya layaknya anak kecil yang tidak di turuti kemaunnya.
Seolah tidak enak mendapat tanggapan negatif setelah lama menemaninya  mengobrol dari pulang sekolah tadi aku hanya menunduk lesu. Mungkin bagi orang yang lalu lalang di depan café kami terlihat seperti sepasang kekasih yang menghabiskan waktu untuk kecan sepulang sekolah.
Tapi bagiku aku tidak lebih dari perekam suara yang mendengar tuan putri ini berbicara panjang lebar dan tidak diperbolehkan mengeluarkan pendapat walaupun itu hal yang benar.
“Apa kamu gak papa, Yan ?” ucap Lisa, padaku setelah hening tadi. Entah maksudnya, saat istirahat dia menyeretku ke kantin untuk makan, saat pelajaran PKN dia minta contekan, sewaktu jam olahraga dia menyeretku untuk mengajarinya melempar bola basket, atau saat pulang ini dia membawa ku ke café. Terlalu banyak masalah yang di buatnya hingga aku tidak tahu maksud ‘Gak papa” dari mulutnya itu.
“Ya sudahlah, yang penting kamu datang malam” Setelah bertanya sesuatu yang tidak bisa di jawab karena banyak sekali masalah yang di buatnya semenjak dia lahir sampai sekarang. Tuan putri ini malah mengeluarkan kata persetujuan dari pendapatku.
Tapi sebelum aku protes, Tuan putri ini malah pulang dengan wajah sedih setelah membayar kopi yang di minumnya barusan. Jangan bercanda, kenapa aku jadi pemeran antagonis di saat dia yang buat masalah. Tapi setidaknya  hari ku ini akan di tutup dengan acaranya malam ini.
***
Melihat jam tangan ku sekarang, mungkin aku akan berteriak, 15 menit aku datang ke acaranya. Lisa pasti akan menatapku dengan tatapan membunuhnya. Melihat para tamu undangan yang entah dari benua mana mereka datang membuatku menjadi gugup. Aku hanya memakai celana olahraga dengan kaos oblong putih, untung saja penjaga di depan rumah Lisa mengenalku jika tidak mungkin aku akan di usir secara resmi.
Lisa yang nampak begitu cantik dengan gaun pestanya membuatku terpena beberapa detik. Hingga sadar, kenapa baru kali ini aku merasa dia perempuan yang cantik. Melihat seorang lelaki yang tampan di dekatnya membuat darah ku berdesih, perasaan sakit dan kehilangan, jadi ini arti kata – katanya tadi siang.
Entah apa yang terjadi, seakan – akan ingin rasanya aku mengamuk. Bodoh, kenapa baru sekarang aku sadar. Aku terus berteriak bodoh di dalam hati ku. Dan tanpa aku sadari  Orang tua Lisa datang menghampiriku.
“Nak Rian kok gak kesana, kamu kan bintang pesta ini” Ibu Lisa ini menarik ku hingga menuju pusat perhatian. Tamu – tamu yang lain menatapku dengan tatapan menusuk, mungkin mereka heran melihat penampilan ku saat ini.
“Lama” Ucap Lisa setengah berteriak. Aku yang binggung di bawa ke atas panggung  tanpa tahu apa – apa hanya bisa diam membantu.
“Kakak Bodoh, masa ke Pesta pakai baju seperti ini” Ucap Eri adik ku yang masih SMP ini, tunggu dulu melihat Eri dan Paman di sini. Aku semakin tidak paham dengan situasi ini.
“Eh, bukannya ini acara tunangan Lisa?” ucap ku dengan nada tanya pada adik ku ini, bukannya penjelasan aku malah di tatap sinis oleh Eri.
“Bukannya, beberapa bulan yang lalu. Paman tanya pagi itu. Apa kamu pacaran dengan Lisa. Kamu mengangguk. Apa perlu kita adakan pertunangan di tempat Lisa kamu mengangguk juga” ucap Paman menjelaskan.
“Waktu itu aku kan baru bangun, mana ku tahu paman nanya apa. Jadi ku balas anggukan aja supaya aku bisa tidur lagi”Lisa menatapku dengan tatapan marahnya, seolah ada perasaan tidak enak aku segera mencari topik baru.
“Lalu dia siapa”ucap ku menunjuk laki – laki yang ada di samping Lisa. Laki – laki ini hanya tertawa kecil mendengar perkataan ku.
“Aku Fikri, sepupu Lisa” ucapnya santai.
“HAHAHAHA, jadi tampang lesu kakak karena melihat Kak Fikri di samping kak Lisa ya. HAHAHA kakak memang Bodoh”ucap Eri yang membuat seluruh tamu undangan ikut tertawa juga. Beberapa kali aku hanya menunduk malu, karena ucap adik ku ini.
Malam inilah awal ku akan di mulai, perjalanan ku yang panjang dan tanpa dasar. Bersama rasa acuh yang berganti sayang dan di sinilah aku menyadari rasa bersama ikatan yang baru, mungkin.

2 comments:

  1. Sangat menarik !! Gak Papa Ya !!!

    ReplyDelete
  2. Bagus banget.
    Boleh dong kunjung balik ke blogku kumpulancerpenpuisifiksi.blogspot.com

    ReplyDelete