Bila
matahari terbit dari timur dan tenggelam di barat adalah hal yang sudah
seharusnya. Berbeda dengan aku saat ini
yang harus duduk diam memperhatikan Lisa berbicara panjang lebar mengenai
rencananya malam ini.
Yap
malam ini, adalah hal yang menurutnya istimewa, karna menentang arus
kehidupannya. Dia harus bersiap sedemikian rupa untuk menyambut calon
tunangannya. Biarpun Lisa belum genap 18 tahun baginya memiliki tunangan
merupakan hal yang luar biasa.
Bagi
kasta atas ini pertunangannya adalah kehidupan yang indah di waktu mendatang.
Entah apa yang dipikirkannya, menyetujui
pertunangan ini tanpa pernah melihat calon tunanganya. Terlalu naïf atau
dikatakan bodoh, tapi Lisa memberikan
alasan itu adalah sebuah kejutaan yang sangat berarti kelak.
Mungkin
aku akan tertawa saat dia mendapati tunangan, orang yang gedut atau berpribadi
buruk. Memikirkannya saja sudah membuat ku menahan tawa di dalam café yang kami
tempati di ujung jalan sekolah kami.
“kenapa
senyum – senyum, bukannya kau bisa saja menangis melihat perempuan yang kau
jaga sejak kecil ini akan mengikat janji pernikahan” Lisa mengeluarkan ucapan
dengan nada sinisnya dan percaya diri dengan kata kau jaga sejak kecil.
“Beri
aku alasan mengapa akau harus menangis. Lagipula terlalu cepat bermimpi bahwa
tunangan mu itu orang yang baik tuan putri” Aku mengeluarkan ucapan dengan nada
setengah mengejek. Tapi melihat dari sudut mata Lisa, mungkin dia sedikit marah
padaku.
“Baiklah,
aku gak minta pendapat mu lagi” Lisa mengembungkan pipinya layaknya anak kecil
yang tidak di turuti kemaunnya.
Seolah
tidak enak mendapat tanggapan negatif setelah lama menemaninya mengobrol dari pulang sekolah tadi aku hanya
menunduk lesu. Mungkin bagi orang yang lalu lalang di depan café kami terlihat
seperti sepasang kekasih yang menghabiskan waktu untuk kecan sepulang sekolah.
Tapi
bagiku aku tidak lebih dari perekam suara yang mendengar tuan putri ini
berbicara panjang lebar dan tidak diperbolehkan mengeluarkan pendapat walaupun
itu hal yang benar.
“Apa
kamu gak papa, Yan ?” ucap Lisa, padaku setelah hening tadi. Entah maksudnya,
saat istirahat dia menyeretku ke kantin untuk makan, saat pelajaran PKN dia
minta contekan, sewaktu jam olahraga dia menyeretku untuk mengajarinya melempar
bola basket, atau saat pulang ini dia membawa ku ke café. Terlalu banyak masalah
yang di buatnya hingga aku tidak tahu maksud ‘Gak papa” dari mulutnya itu.
“Ya
sudahlah, yang penting kamu datang malam” Setelah bertanya sesuatu yang tidak
bisa di jawab karena banyak sekali masalah yang di buatnya semenjak dia lahir
sampai sekarang. Tuan putri ini malah mengeluarkan kata persetujuan dari
pendapatku.
Tapi
sebelum aku protes, Tuan putri ini malah pulang dengan wajah sedih setelah
membayar kopi yang di minumnya barusan. Jangan bercanda, kenapa aku jadi
pemeran antagonis di saat dia yang buat masalah. Tapi setidaknya hari ku ini akan di tutup dengan acaranya malam
ini.
***
Melihat
jam tangan ku sekarang, mungkin aku akan berteriak, 15 menit aku datang ke
acaranya. Lisa pasti akan menatapku dengan tatapan membunuhnya. Melihat para
tamu undangan yang entah dari benua mana mereka datang membuatku menjadi gugup.
Aku hanya memakai celana olahraga dengan kaos oblong putih, untung saja penjaga
di depan rumah Lisa mengenalku jika tidak mungkin aku akan di usir secara
resmi.
Lisa
yang nampak begitu cantik dengan gaun pestanya membuatku terpena beberapa
detik. Hingga sadar, kenapa baru kali ini aku merasa dia perempuan yang cantik.
Melihat seorang lelaki yang tampan di dekatnya membuat darah ku berdesih,
perasaan sakit dan kehilangan, jadi ini arti kata – katanya tadi siang.
Entah
apa yang terjadi, seakan – akan ingin rasanya aku mengamuk. Bodoh, kenapa baru
sekarang aku sadar. Aku terus berteriak bodoh di dalam hati ku. Dan tanpa aku
sadari Orang tua Lisa datang
menghampiriku.
“Nak
Rian kok gak kesana, kamu kan bintang pesta ini” Ibu Lisa ini menarik ku hingga
menuju pusat perhatian. Tamu – tamu yang lain menatapku dengan tatapan menusuk,
mungkin mereka heran melihat penampilan ku saat ini.
“Lama”
Ucap Lisa setengah berteriak. Aku yang binggung di bawa ke atas panggung tanpa tahu apa – apa hanya bisa diam
membantu.
“Kakak
Bodoh, masa ke Pesta pakai baju seperti ini” Ucap Eri adik ku yang masih SMP
ini, tunggu dulu melihat Eri dan Paman di sini. Aku semakin tidak paham dengan
situasi ini.
“Eh,
bukannya ini acara tunangan Lisa?” ucap ku dengan nada tanya pada adik ku ini,
bukannya penjelasan aku malah di tatap sinis oleh Eri.
“Bukannya,
beberapa bulan yang lalu. Paman tanya pagi itu. Apa kamu pacaran dengan Lisa.
Kamu mengangguk. Apa perlu kita adakan pertunangan di tempat Lisa kamu
mengangguk juga” ucap Paman menjelaskan.
“Waktu
itu aku kan baru bangun, mana ku tahu paman nanya apa. Jadi ku balas anggukan
aja supaya aku bisa tidur lagi”Lisa menatapku dengan tatapan marahnya, seolah
ada perasaan tidak enak aku segera mencari topik baru.
“Lalu
dia siapa”ucap ku menunjuk laki – laki yang ada di samping Lisa. Laki – laki
ini hanya tertawa kecil mendengar perkataan ku.
“Aku
Fikri, sepupu Lisa” ucapnya santai.
“HAHAHAHA,
jadi tampang lesu kakak karena melihat Kak Fikri di samping kak Lisa ya. HAHAHA
kakak memang Bodoh”ucap Eri yang membuat seluruh tamu undangan ikut tertawa
juga. Beberapa kali aku hanya menunduk malu, karena ucap adik ku ini.
Malam
inilah awal ku akan di mulai, perjalanan ku yang panjang dan tanpa dasar. Bersama
rasa acuh yang berganti sayang dan di sinilah aku menyadari rasa bersama ikatan
yang baru, mungkin.
Sangat menarik !! Gak Papa Ya !!!
ReplyDeleteBagus banget.
ReplyDeleteBoleh dong kunjung balik ke blogku kumpulancerpenpuisifiksi.blogspot.com