blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Thursday 20 June 2013

Itulah adiku

Dingin dan sejuk sebuah tempat bertolak belakang yang membuat dirimu harus menyembunyikan diri di balik selimut tebal di dalam kamar, entah berapa suhu di pagi buta ini tapi yang jelas ini penghantar tidur yang baik.

                Aku mulai membuka lagi buku pelajaran yang kini bertengker di atas meja.

“Fisika” Desis ku kesal. Hari ini atau lebih tepatnya 4 jam lagi, aku harus melihat soal fisika yang membuat kepala ku panas dalam hitungan detik.

                Biarpun aku membuka buku pelajaran ini di pagi buta tidak ada jaminan agar aku bisa menyelesaikan soal nanti, secara gurunya super mengerikan dalam memberikan soal. Tapi, mau atau tidak mau. Suka atau tidak suka aku harus melakukannya untuk membuat nilai ujian ku di atas 5 paling tidak.

                “Belajar Kak” Putri menampakan wajahnya dari balik pintu dan masih memakai pakaian tidur, sepertinya dia baru saja dari kamar mandi,  rambutnya terlihat meneteskan air kelantai karpet kamar ku yang berwarna hijau muda.

                “Gak, lagi makan, ya belajar lah. Jelas – jelas liat buku!” Aku berkata dengan nada kesal.

                “Takut, kakak marahnya sambil melototin buku, bisa terbakar itu buku kak!” Putri berkata dengan nada menyindir lagi.

                “Lalu kamu kenapa bisa bangun padahal ini baru pukul 3 ?” Aku berkata pelan Putri menatap ku dengan ragu.

                “Tahu gak kak tadi siang aku di kejar – kejar anjing waktu pulang sekolah,aku lari-“ Putri berkata terputus setelah aku melambai tangan.

                “Tidur aja di situ tapi jangan ngiler di bantal ku ya!” Aku berkata dengan nada bijak layaknya kakak karena aku memang seorang kakak.

                “Tapi kakak harus ikut”! Putri berkata pelan, pupil membesar dan ku harap tidak melihatnya seperti ini setiap minggunya karena aku paling benci saat raut mukanya memelas.

                “Iya” ucap ku menutup buku dan mematikan lampu belajar. Putri segera naik keatas tempat tidur ku dan aku segera berbaring di sampingnya.

                “Kak, katanya di sekolah kita ada hantu!” Putri berkata pelan lagi.

                “Dan katanya hantunya suka makan anak SMA dengan rambut panjang yang suka tidur dengan kakak laki – lakinya padahal sudah puber.” aku melanjutkan kata – kata putri tapi putri menatapku dengan cemberut.

                “Aku mau cerita...” ucapnya merengek seperti anak kecil yang kehilangan permennya dan minta di belikan permen baru.

                “Kalau kau masih punya banyak tenaga untuk bercerita lebih baik di simpan untuk ulangan mu besok!” Aku berkata dengan nada sedikit tinggi.

                “Kakak jahat,” ucapnya menutup mukanya dengan selimut.

                “Yah, aku jahat.” Aku berkata meyakinkannya, tapi putri langsung membuka selimutnya.

                “Kakak baik, tidak jahat” Putri berkata pelan.

                “Kamu bilang aku jahat ?” aku berkata lagi, putri menggeleng.

                “Ku bilang kakak tidak jahat!” Putri marah dan langsung menutup selimutnya.

                “Kapan kau dewasa, put.” ucap ku lagi sambil berbalik mengambil buku pelajaran dan membacanya lagi.

                Entah mengapa masih tersimpan di benak ku mengenai putri sewaktu kecil, dia selalu bertingkah seperti anak – anak saat di depan ku, selalu mengadu saat ada masalah, dan selalu menyangkal setiap bait kata yang ku lontarkan.

                Matanya selalu berkata yakin, saat aku mengajak pergi, dan pulang saat larut malam. Hanya karena menemaninya belanja buku yang tak terhitung hurufnya. Belum lagi saat dia makan masakan yang ku buat dengan susah payah tentu saja dengan rasa pahit yang ada di sekelilingnya karena gosong saat di goreng.

                Biar begitu, adik kecil ku ini selalu menjaga perasaan ku, dia tidak pernah berkata kasar, yang ada hanya kepolosan. Saat teman ku bercerita adik ku super dewasa. Aku akan tertawa kecil, yah setidaknya jiwa kekanakanya hanya di tempatkannya pada ku. Karena itu lah dia adik ku.


No comments:

Post a Comment