Title : Gadis dari London
Genre : School, Romance, comedy
Author : Hittori Yudo
Chapter: 03
Genre : School, Romance, comedy
Author : Hittori Yudo
Chapter: 03
BAB III 2 wanita
“Apa yang kalian lakukan ?” Riki berkata dengan pelan, ada sedikit nada meringis
kesakitan dalam kalimat yang di ucapkannya.
“Menjagamu!” Ria dan Rika
segera menjawab bersamaan kemudian, melempar padang sinis diantara mereka
berdua sementara Riki hanya meringis takut
.
Entah kenapa Riki merasa ada sedikit
kegelisahan atau bisa di sebut medan perang, antara para wanita yang entah mengapa
Riki tidak begitu mengerti jalan perang ini, dimana hawa tajam menusuk dari
balik bola mata mereka.
“Apa yang kalian lakukan di sini ?” Bu Rosi
memukulkan tangannya tepat di atas kepala Ria dan Rika secara bersamaan.
“Eh siapa?” Rika berkata dengan nada
bertanya pada guru setengah tua ini, atau mungkin tua.
“Wali Asrama mereka!” Guru ini
tersenyum licik.
“Ib-lis…” Rika melihat
dengan pandangan takut dan cemas.
“Siapa yang kau bilang Iblis ?!” Bu Rosi,
berkata dengan nada makin menakutkan.
“Wah takut!” Rika segera
ingin memeluk Riki, tapi Riki dengan sigap melemparkan bantal yang ada di
belakangnya.
“Jahat, aku kan, cuma mau
memelukmu!” Rika berkata
dengan nada hampir sama dengan pemain protagonis yang di siksa antagonis sampai
mau mati akibat sayatan pisau.
“Jangan mendekat lebih dari itu!” Riki berkata
dengan nada sedikit takut dan marah.
“Siapa ini Ki?” Bu Rosi berkata
dengan nada bertanya
.
“Dia, yang masukan aku ke asrama
gila itu, aku bakal dikroyok anak
sekolah lain gara – gara dia!” Riki berkata
jengkel.
Rika mempererat pelukannya pada bantal yang di lemparkan
Riki seolah takut, karena terus di perhatikan bu Rosi. Guru ini kemudian
terseyum kemudian memandang gadis ini seperti dewi penyelamat.
“Terima kasih, karena kamu anak ini masuk ke dalam asrama
dan mengurangi perkerjaan ku!” Riki
terbengong sedangkan Rika menatap tidak mengerti.
“Riki punya ku!” Ria menyela pembicaran mereka dengan
tatapan kosong.
“Apa – apan dengan kata – kata punya itu, aku bukan milik
siapa – siapa !” protes Riki dengan nada suara jengkel.
“Bukanya kau tidur dengan ku…” ucap Ria datar.
“Bukan, berarti aku milikmu!” Riki menjawab cepat.
“Lalu, apa yang kulakukan agar kau jadi milikku…” tidak ada nada bertanya dalam
kalimat itu seolah Ria sedang bergumam.
“Tidak ada, dan tak pernah ada!” ucap Riki kesal.
“Karena Riki, ini milikku!” Rika berkata dengan nada senang menyambung kalimat Riki.
“Sudah kubilang, aku bukan milik siapa – siapa, termasuk
kamu pirang!” Riki berkata
dengan nada jengkel.
“Yah, benar. Dia pembantuku!” kali ini Bu Rosi berkata dengan bangga.
“Bunuh aku!!” ucap Riki jengkel.
“Hey, Diam lah sedikit ini ruang UKS, dan kau Rosi ada
perlu apa ke sini
!” Guru yang berpakaian serba putih ini atau lebih tepatnya perawat UKS
menghampiri Riki dan menatap mereka semua dengan tajam.
‘Ini bahkan lebih mengerikan dari Bu Rosi’ Riki berkata
dalam hati, dengan melemparkan kecemasan dari dua bola matanya kepada Suster
ini.
“Melihat anak didikku, katanya pingsan!!” Bu Rosi
berkata, pelan. Suster ini menatap dengan tajam.
“Apa kau tidak mengajar, ini bukan alasanmu kan ?” Suster ini
berkata dengan nada kritikal, reaksi bu Rosi berubah gugup.
“Kau mengajarkan!” Suster ini berkata lagi. Bu Rosi menganggung gugup
.
“Ngapain di sini, cepat kembali kekelasmu!” Suster ini
berteriak keras, entah kenapa yang berisik di sini adalah suster itu sendiri.
“Iya, Rini!!” Bu Rosi langsung pergi keluar meninggal muridnya dengan
kekesalan di raut wajahnya.
“Dan kalian!” Suster melihat ke arah Riki dan yang lain.
“Aku tadi pingsan…” Riki menjawab dengan pelan.
“Caligynephobia
ya, itu memang bukan urusan ku. Tapi ku sarankan untuk bisa membiasakan dirimu
sekarang!” Suster ini
berkata sambil mencoba membuat Riki makin takut dengan mendekatinya dan hingga
Riki mudur sampai menghatam dinding ranjang.
“Menjauh!” ucap Riki
sepontan, Suster itu langsung tersenyum.
“Stadium 3!” ucap suster ini pelan.
“Kau kira, aku
mau mati ?” protes Riki dengan kata – kata
suster barusan.
“Bercanda…” ucapnya lagi
kemudian kembali ke meja kerjanya.
Riki menghela nafas pelan,
setidaknya dia bisa melepaskan penatnya. Belum sempat dia berbicara kedua
wanita yang dari tadi memperhatikannya dengan tatapan tajam.
“Ada apa ?” ucap Riki
masih di sambut dengan tatapan tajam dari mereka berdua.
“Wajahmu… memerah…” Ria berkata
dengan emosi tidak sampai 1 persen datar dan datar.
“Riki, mesum!!” Rika berkata
lagi dengan nada setengah marah.
Beraninya kalian bilang mesum padahal
kalian sendiri yang berperilaku di luar kebiasan perempuan, Riki berpikir kesal
sambil menatap mata dua orang ini dengan tatapan marah hingga mereka
menyembunyikan diri di balik kursi yang mereka duduki karena takut.
No comments:
Post a Comment