blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Saturday 22 June 2013

Gadis dari London Chapter 3

Title    : Gadis dari London
Genre  : School, Romance, comedy
Author : Hittori Yudo
Chapter: 03
BAB III  2 wanita
“Apa yang kalian lakukan ?” Riki berkata dengan pelan, ada sedikit nada meringis kesakitan dalam kalimat yang di ucapkannya.

            “Menjagamu!” Ria dan Rika segera menjawab bersamaan kemudian, melempar padang sinis diantara mereka berdua sementara Riki hanya meringis takut
.
            Entah kenapa Riki merasa ada sedikit kegelisahan atau bisa di sebut medan perang, antara para wanita yang entah mengapa Riki tidak begitu mengerti jalan perang ini, dimana hawa tajam menusuk dari balik bola mata mereka.

            “Apa yang kalian lakukan di sini ?” Bu Rosi memukulkan tangannya tepat di atas kepala Ria dan Rika secara bersamaan.

            “Eh siapa?” Rika berkata dengan nada bertanya pada guru setengah tua ini, atau mungkin tua.

            “Wali Asrama mereka!” Guru ini tersenyum licik.

            “Ib-lis” Rika melihat dengan pandangan takut dan cemas.

            “Siapa yang kau bilang Iblis ?!” Bu Rosi, berkata dengan nada makin menakutkan.

            “Wah takut!” Rika segera ingin memeluk Riki, tapi Riki dengan sigap melemparkan bantal yang ada di belakangnya.

             “Jahat, aku kan, cuma mau memelukmu!” Rika berkata dengan nada hampir sama dengan pemain protagonis yang di siksa antagonis sampai mau mati akibat sayatan pisau.

            “Jangan mendekat lebih dari itu!” Riki berkata dengan nada sedikit takut dan marah.

            “Siapa ini Ki?” Bu Rosi berkata dengan nada bertanya
.
            “Dia, yang masukan aku ke asrama gila itu, aku bakal dikroyok anak sekolah lain gara – gara dia!” Riki berkata jengkel.

Rika mempererat pelukannya pada bantal yang di lemparkan Riki seolah takut, karena terus di perhatikan bu Rosi. Guru ini kemudian terseyum kemudian memandang gadis ini seperti dewi penyelamat.

“Terima kasih, karena kamu anak ini masuk ke dalam asrama dan mengurangi perkerjaan ku!” Riki terbengong sedangkan Rika menatap tidak mengerti.

“Riki punya ku!” Ria menyela pembicaran mereka dengan tatapan kosong.

“Apa – apan dengan kata – kata punya itu, aku bukan milik siapa – siapa !protes Riki  dengan nada suara jengkel.

“Bukanya kau tidur dengan ku ucap Ria datar.

“Bukan, berarti aku milikmu!” Riki menjawab cepat.

“Lalu, apa yang kulakukan agar kau jadi milikku tidak ada nada bertanya dalam kalimat itu seolah Ria sedang bergumam.

“Tidak ada, dan tak pernah ada! ucap Riki kesal.

“Karena Riki, ini milikku!” Rika berkata dengan nada senang menyambung kalimat Riki.

“Sudah kubilang, aku bukan milik siapa – siapa, termasuk kamu pirang!” Riki berkata dengan nada jengkel.

“Yah, benar. Dia pembantuku!” kali ini Bu Rosi berkata dengan bangga.

“Bunuh aku!!” ucap Riki jengkel.

“Hey, Diam lah sedikit ini ruang UKS, dan kau Rosi ada perlu apa ke sini !” Guru yang berpakaian serba putih ini atau lebih tepatnya perawat UKS menghampiri Riki dan menatap mereka semua dengan tajam.

‘Ini bahkan lebih mengerikan dari Bu Rosi’ Riki berkata dalam hati, dengan melemparkan kecemasan dari dua bola matanya kepada Suster ini.

“Melihat anak didikku, katanya pingsan!!” Bu Rosi berkata, pelan. Suster ini menatap dengan tajam.

“Apa kau tidak mengajar, ini bukan alasanmu kan ?” Suster ini berkata dengan nada kritikal, reaksi bu Rosi berubah gugup.

“Kau mengajarkan!” Suster ini berkata lagi. Bu Rosi menganggung gugup
.
“Ngapain di sini, cepat kembali kekelasmu!” Suster ini berteriak keras, entah kenapa yang berisik di sini adalah suster itu sendiri.

“Iya, Rini!!” Bu Rosi langsung pergi keluar meninggal muridnya dengan kekesalan di raut wajahnya.

“Dan kalian!” Suster melihat ke arah Riki dan yang lain.

“Aku tadi pingsan” Riki menjawab dengan pelan.

Caligynephobia ya, itu memang bukan urusan ku. Tapi ku sarankan untuk bisa membiasakan dirimu sekarang!” Suster ini berkata sambil mencoba membuat Riki makin takut dengan mendekatinya dan hingga Riki mudur sampai menghatam dinding ranjang.

“Menjauh!ucap Riki sepontan, Suster itu langsung tersenyum.

“Stadium 3!” ucap suster ini pelan.

Kau kira, aku mau mati ? protes Riki dengan kata – kata suster barusan.

“Bercanda” ucapnya lagi kemudian kembali ke meja kerjanya.

            Riki menghela nafas pelan, setidaknya dia bisa melepaskan penatnya. Belum sempat dia berbicara kedua wanita yang dari tadi memperhatikannya dengan tatapan tajam.

            “Ada apa ?” ucap Riki masih di sambut dengan tatapan tajam dari mereka berdua.

            “Wajahmu memerah” Ria berkata dengan emosi tidak sampai 1 persen datar dan datar.

            “Riki, mesum!!” Rika berkata lagi dengan nada setengah marah.

            Beraninya kalian bilang mesum padahal kalian sendiri yang berperilaku di luar kebiasan perempuan, Riki berpikir kesal sambil menatap mata dua orang ini dengan tatapan marah hingga mereka menyembunyikan diri di balik kursi yang mereka duduki karena takut.

No comments:

Post a Comment