blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Thursday 4 July 2013

Gadis dari London Chapter 4

Title    : Gadis dari London
Genre  : School, Romance, comedy
Author : Hittori Yudo
Chapter: 04

BAB IV KEKESALAN RIA

Riki sedikit mengerti mengapa dunia ini berbentuk bulat, karena sejauh mana kau berjalan kau akan kembali ke titik semula  dan itu juga mengapa jam selalu bertemu di setiap angka walau terpisah jarak mereka akan bertemu lagi di angka yang berbeda, yah seperti itulah dia sekarang bertemu kembali dengan Rika Alberika, siswi SMA pindahan dari london yang memasukannya ke dalam asrama mengerikan ini dan celakanya perempuan ini satu kelas dengannya.

            “Perempuan itu siapa?” Ria bertanya dengan nada sama polos, bahkan tidak ada nada tanya pada kalimat yang di lontarkanya.

            Beberapa penghuni asrama lain juga ikut  menatap Riki dengan sorot mata menyelidik. Hanya Diki yang sedang asik dengan Tabnya tanpa memperdulikan Riki sekalipun. Mereka berkumpul di ruangan utama asrama, entah apa keperluan Bu Rosi pada mereka, tapi Riki merasakan firasat tidak baik.

            “Bukannya sudah ku jelaskan!” Riki berkata dengan nada suara jengkel.

            “Apa hubungan kalian, kenalan, teman, sahabat atau pacar” kali ini Rian dengan nada menyelidik menampilkan raut muka layaknya polisi yang mulai mengintrogasi penjahat.

            “Lupakan opsi yang terakhir, aku belum memikirkannya!” Riki berkata cetus menjawab pertanyaan Rian yang baru datang dan tiba – tiba menanyakan itu.
.
            “Tapi dia lumayan cantik, mirip boneka dengan rambut pirang, tapi bukan pirang kau setengah – setengah, Riki!” kali ini Bu Rosi ambil bagian dalam percakapan mereka.

            “ Oh maaf, rambut ku terlalu jelek!” Riki berkata dengan nada jengkel.

            “Sudah, cukup basa – basinya?” Kak Chindy memukul meja cukup keras, mungkin akan terasa sakit di bagian tertentu. Tapi wajahnya menatap lurus kami satu persatu membuat kericuhan dengan topik Riki ini langsung hilang.

            “Jadi, kenapa ibu mengumpulkan kami di saat pulang sekolah begini ?” kali ini Diki berbicara dengan lantang tanpa melihat ke lawan bicaranya seolah tabnya tidak pernah lepas dari tanganya.

            “Santai saja kalian masih muda, masih banyak hal yang belum kalian lihat!” Bu Rosi berkata dengan nada bijak, membuat semua muridnya bengong dengan eksperesi super terkejut. Baru pertama kali mereka mendengar guru ini mengatakan hal yang berguna di samping ejekan atau hujatan yang sering keluar dari mulutnya.

            “Ibu salah makan?” Rian berkata dengan nada cemas, membuat semua orang menahan tawa mereka, sementara air wajah guru ini langsung berubah kesal.

            “Siapa yang salah makan?” guru ini berkata dengan nada kembali normalnya. Membuat semua orang makin ingin tertawa dengan reaksi yang di timbulkan.

            “Aku kembali! Jika tidak ada yang penting masih banyak hal yang harus kukerjakan.” Diki berkata datar membuat semua orang menoleh padanya. Sejak kapan seorang anak SMA mempunyai kerjaan yang tidak bisa di tinggal untuk beberapa menit.

            “Aku kehabisan uang bisa kalian meminjamkannya ?” Guru ini berkata dengan nada mememalas.

            “Pertemuan selesai, bubar!” ucap Rian diiringi dengan riuh suara kursi yang di rapikan kembali. Guru ini hanya berdesis ‘Cih’ setelah muridnya, tidak memperduikannya.

            Bukanya mereka tidak ingin membantu guru ini sekaligus merangkap sebagai penanggung jawab asrama, tapi jika kita meminjamkan uang dengan jaminan yang tidak tentu, tidak mungkin guru ini mau mengembalikanya.

            “Riki, apa yang kau lakukan jika berada di keadaan sulit ?” Diki berkata dengan nada serius sebelum melangkahkan kakinya ke dalam kamar.

            “Maksudnya?” Riki berkata bingung.

            “Jika ada temanmu yang meminta sesuatu yang kau rasa cukup sulit, apakah akan kau kabulkan ?” Diki ucapnya masih dengan nada yang sama.

            “kenapa, tidak..” Riki berkata dengan nada biasa.

            Diki mengambil telepon dan segara mencari kontak nama seseorang. Riki hanya mengangkat alis karena bingung dengan tingkah temanya ini.

            “Hallo Rika, kau boleh ke sini, Riki memperbolehkan mu datang. Aku hanya minta yang kemaren. Ya, pekerjaan itu. Terima kasih!” ucap Diki di iringi bunyi tutupan teleponnya.

            “Hey, apa maksudmu sialan. Kau tahu kan aku phobia dengan perempuan!” ucap Riki ingin segera memukul teman asramanya.

            “Tenang, aku melakukan ini agar kamu cepat sembuh. Kau bisa membalasnya dengan membelikan ku hardisk atau apa saja yang berbau elektronik lainnya!” ucap Diki dengan santai.

            “Oh ide bagus! TIDAK MUNGKIN AKU BISA SEMBUH YANG ADA MAKIN PARAH” ucap Riki dengan nada sangat marah.

            “Bisa kau mengikuti dialog ini tanpa bantahan seperti itu!” Diki berkata setengah bercanda sambil menutup pintu dan langsung menguncinya.

            “Riki, kau di dalam ?” suara Rika terdengar dari luar, membuat Riki langsung menggedor pintu kamar Diki sambil berteriak gak jelas.

            “BUKA BODOH, AKU TIDAK MAU MATI DENGAN CARA SEPERTI INI!!” Riki berkata dengan nyaring sementara Diki yang berada di dalam kamar hanya bisa menahan tawa.

            “Wah, ternyata kamu di sini!” ucap Rika yang sudah berada di lorong asrama mereka sambil, tersenyum yang gak jelas.

            “Jangan mendekat lebih dari itu..” ucap Riki gugup dengan keringat yang keluar hampir seperti orang mandi.

            Ria yang turun dari lantai atas tidak sengaja melihat seseorang yang membuat Riki takut dan segera bergegas mendekatinya dari arah belakang.

            “Kamu lagi!” Tiba – tiba datang menghampiri Rika dengan tatapan marah.

            “PLAK!!!!!” Ria menampar Rika dengan cukup keras membuat semua penghuni asrama segera mendekat setelah mereka mendengar suara itu. Bahkan Diki segera membuka pintu kamarnya.

No comments:

Post a Comment