Title : Gadis dari London
Genre : School, Romance, comedy
Author : Hittori Yudo
Chapter: 04
Genre : School, Romance, comedy
Author : Hittori Yudo
Chapter: 04
BAB IV KEKESALAN RIA
Riki sedikit mengerti mengapa
dunia ini berbentuk bulat, karena sejauh mana kau berjalan kau akan kembali ke
titik semula dan itu juga mengapa jam
selalu bertemu di setiap angka walau terpisah jarak mereka akan bertemu lagi di
angka yang berbeda, yah seperti itulah dia sekarang bertemu kembali dengan Rika
Alberika, siswi SMA pindahan dari london yang memasukannya ke dalam asrama
mengerikan ini dan celakanya perempuan ini satu kelas dengannya.
“Perempuan itu siapa?” Ria
bertanya dengan nada sama polos, bahkan tidak ada nada tanya pada kalimat yang
di lontarkanya.
Beberapa penghuni asrama
lain juga ikut menatap Riki dengan sorot mata menyelidik.
Hanya Diki yang sedang asik dengan Tabnya tanpa memperdulikan Riki sekalipun.
Mereka berkumpul di ruangan utama asrama, entah apa keperluan Bu Rosi pada
mereka, tapi Riki merasakan firasat tidak baik.
“Bukannya sudah ku
jelaskan!” Riki berkata dengan nada suara jengkel.
“Apa hubungan kalian,
kenalan, teman, sahabat atau pacar…” kali ini Rian dengan nada menyelidik menampilkan raut muka layaknya
polisi yang mulai mengintrogasi penjahat.
“Lupakan opsi yang
terakhir, aku belum memikirkannya!” Riki berkata cetus menjawab pertanyaan Rian yang baru datang dan tiba –
tiba menanyakan itu.
.
“Tapi dia lumayan cantik,
mirip boneka dengan rambut pirang, tapi bukan pirang kau setengah – setengah,
Riki!” kali ini Bu Rosi ambil bagian dalam percakapan mereka.
“ Oh maaf, rambut ku
terlalu jelek!” Riki berkata dengan nada jengkel.
“Sudah, cukup basa –
basinya?” Kak Chindy memukul meja cukup keras, mungkin akan terasa sakit di bagian
tertentu. Tapi wajahnya menatap lurus kami satu persatu membuat kericuhan
dengan topik Riki ini langsung hilang.
“Jadi, kenapa ibu
mengumpulkan kami di saat pulang sekolah begini ?” kali ini Diki berbicara
dengan lantang tanpa melihat ke lawan bicaranya seolah tabnya tidak pernah
lepas dari tanganya.
“Santai saja kalian masih
muda, masih banyak hal yang belum kalian lihat!” Bu Rosi berkata dengan nada bijak, membuat semua muridnya bengong dengan
eksperesi super terkejut. Baru pertama kali mereka mendengar guru ini
mengatakan hal yang berguna di samping ejekan atau hujatan yang sering keluar
dari mulutnya.
“Ibu salah makan?” Rian
berkata dengan nada cemas, membuat semua orang menahan tawa mereka, sementara
air wajah guru ini langsung berubah kesal.
“Siapa yang salah makan?”
guru ini berkata dengan nada kembali normalnya. Membuat semua orang makin ingin
tertawa dengan reaksi yang di timbulkan.
“Aku kembali! Jika tidak
ada yang penting masih banyak hal yang harus kukerjakan.” Diki berkata datar membuat semua orang menoleh padanya. Sejak kapan
seorang anak SMA mempunyai kerjaan yang tidak bisa di tinggal untuk beberapa
menit.
“Aku kehabisan uang bisa
kalian meminjamkannya ?” Guru ini
berkata dengan nada mememalas.
“Pertemuan selesai, bubar!” ucap Rian diiringi dengan riuh suara kursi yang di rapikan kembali. Guru
ini hanya berdesis ‘Cih’ setelah muridnya, tidak memperduikannya.
Bukanya mereka tidak ingin
membantu guru ini sekaligus merangkap sebagai penanggung jawab asrama, tapi
jika kita meminjamkan uang dengan jaminan yang tidak tentu, tidak mungkin guru
ini mau mengembalikanya.
“Riki, apa yang kau
lakukan jika berada di keadaan sulit ?” Diki berkata dengan nada serius sebelum melangkahkan kakinya ke dalam
kamar.
“Maksudnya?” Riki berkata
bingung.
“Jika ada temanmu yang
meminta sesuatu yang kau rasa cukup sulit, apakah akan kau kabulkan ?” Diki
ucapnya masih dengan nada yang sama.
“kenapa, tidak..” Riki berkata dengan nada biasa.
Diki mengambil telepon dan
segara mencari kontak nama seseorang. Riki hanya mengangkat alis karena bingung
dengan tingkah temanya ini.
“Hallo Rika, kau boleh ke
sini, Riki memperbolehkan mu datang. Aku hanya minta yang kemaren. Ya,
pekerjaan itu. Terima kasih!” ucap Diki di
iringi bunyi tutupan teleponnya.
“Hey, apa maksudmu sialan.
Kau tahu kan aku phobia dengan perempuan!” ucap Riki ingin segera memukul teman asramanya.
“Tenang, aku melakukan ini
agar kamu cepat sembuh. Kau bisa membalasnya dengan membelikan ku hardisk atau
apa saja yang berbau elektronik lainnya!” ucap Diki dengan santai.
“Oh ide bagus! TIDAK
MUNGKIN AKU BISA SEMBUH YANG ADA MAKIN PARAH” ucap Riki dengan nada sangat
marah.
“Bisa kau mengikuti dialog
ini tanpa bantahan seperti itu!” Diki berkata
setengah bercanda sambil menutup pintu dan langsung menguncinya.
“Riki, kau di dalam ?” suara Rika terdengar dari luar, membuat Riki
langsung menggedor pintu kamar Diki sambil berteriak gak jelas.
“BUKA BODOH, AKU TIDAK MAU
MATI DENGAN CARA SEPERTI INI!!” Riki berkata
dengan nyaring sementara Diki yang berada di dalam kamar hanya bisa menahan
tawa.
“Wah, ternyata kamu di
sini!” ucap Rika yang sudah berada di lorong asrama mereka sambil, tersenyum
yang gak jelas.
“Jangan mendekat lebih
dari itu..” ucap Riki gugup dengan keringat yang keluar hampir seperti orang mandi.
Ria yang turun dari lantai
atas tidak sengaja melihat seseorang yang membuat Riki takut dan segera
bergegas mendekatinya dari arah belakang.
“Kamu lagi!” Tiba – tiba datang menghampiri Rika dengan tatapan marah.
“PLAK!!!!!” Ria menampar Rika dengan cukup keras membuat semua penghuni asrama segera
mendekat setelah mereka mendengar suara itu. Bahkan Diki segera membuka pintu
kamarnya.
No comments:
Post a Comment