blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Friday 23 November 2012

Menugal ?

Angin berhembus menerpa rambut ku dengan halus diiringi dengan sebuah musik adat dayak yang tak ku mengerti apa artinya. Musik ini serasa pas mengeringi perjalanan ku Ke rumah Bue.Jalan yang ku tempuh ke rumah Bue sungguh indah pemandanganya di sana sini ku lihat ladang yang sedang ditanami oleh beberapa orang petani

.”Adik ini dari kota ya ?” aku tersentak mendengar seseorang yang tadi tidur di dekat ku kini bangun.

“Iya kak saya berasal dari kota Jakarta, saya kesini untuk mengujungi Bue.” sambil tersenyum aku menjawab pertanyaannya.

”Pantasan begitu heran melihat pemandangan ini.”.Tak sempat ku tanya mau apa beliau kesini Bus yang kami tumpangi berhenti.

“Kita sudah sampai”,teriak supir pada semua penumpang,Kami pun turun.

“Kambang!!” teriak seorang yang memangil nama kecil ku,setelah kulihat kekiri dan kekanan kudapi Bue sudah berdiri di pojok jalan .

“Sudah ku bilang Bue nama ku Puput bukan Kambang!”sambil ku tekuk muka ku di hadapanya.

Itu gara – gara ibu mu yang ga mau memberi nama mu Kambang,padahal artinya bagus”.

”Ya terserahlah pikir ku dalam hati”. Aku pun diajak Bue  berjalan kaki ke rumah Bue yang memang jauh terletak di ujung jalan.

“Lusa kita menugal” kata Bue memulai pembicaran.

”menugal Bue..?, ngapain tuh ?”membuatku bertanya tanya dalam hati. Bue pun malah tersenyum dan tertawa ketika ku tanyakan hal itu.

“ Kita sudah sampai kata Bue!”aku terbelalak kaget melihat sebuah rumah dengan panjang kira – kira 50 meter dan tinggi 15 meter sebuah rumah dengan ukuran besar menurutku,disitu pandangku melihat berbagai ukiran suku dayak yang tak mungkin dibuat dengan waktu singkat dan memerlukan ketelitian yang tinggi di belakang rumah terhampar daerah persawahan yang kira – kira 1 hektar. Sungguh rumah yang indah.

“Juru foto udah datang tuh!” ejek seorang sudah lama ku kenal.

”kak Nina, ngapain di sini? kakak gak kuliah ya? Pasti bolos lagi tu Bue!” sambil tertawa balik mengejeknya.

“Enak aja aku ke sini disuruh Ibu mu, kali aja mau lompat lagi ke sungai gara – gara di putusin”membalas ku dengan balik mengejek.

“Sudah – sudah cepat masuk kalian Bue  sudah masak enak”sambil menarik kami berdua masuk ke dalam. Di dalam ku liat interior ruangan yang di penuhi dengan beberapa lukisan khas dayak.

“Itu apa Bue ?” tunjuk ku pada sebuah lukisan yang menggambarkan orang berpakaian adat dayat sambil membawa Mandaudan tameng,anehnya lagi dia memakai topeng burung elang.

”Namanya Pangkalima burung,dia sama seperti orang sakti atau orang kuat. Tutur Bue  padaku sambil berjalan menuju ruang makan.

Berarti sama dong dengan Ninja dan samurai di jepang”kata ku pada Bue.

 “Bisa di bilang begitu, tapi Pangkalima burung ini  konon memiliki kesaktian dan keberanian.” Canda Bue sambil menarik turunkan alisnya.

“Seperti Kera sakti ya Bue”potong Kak Nina sambil tertawa.
”Wajar lah bue mahasiswa Antropologi kerjaannya neliti kera sakti” Canda ku sambil tertawa kecil. Kami pun sampai di meja makan,setelah membuka tudung saji ku dapati sayur yang aneh dan berwarna coklatkemerahan.
”Apaan ni Bue”Tanya ku pada Bue.

“Itu namanya sayuran Kelakai, sejenis tumbuhan paku yang hidup didataran rendah,sedangkan yang dipakai untuk dijandikan sayur adalah daun mudanya yang berwarna merah pekak karna dimasak dengan cara di oseng makanya berwarna coklat kemerahan,masa anak SMA ga tau kelakai makanya liburan didalam kota gak usah sampai ngelingkahin pulau!”jelas Kak Nina pada ku sambil tertawa kecil.

“Lagian pulau Kalimantan gak ada yang rame situs yang di kunjungi sedikit mau ke museum selalu tutup,katanya sih jam kunjung sama dengan hari kerja jam 8 sampai jam 3 terus weekend tutup lagi,bagaimana bisa tahu apa aja yang di hidup di Kalimantan dan terus apa aja peninggalanya kan jadi susah serba gak tau.”.ucap ku pada kak Nina dan  Bue.

“Nanti lagi ngomongnya makan dulu!” ucap bue pada kami berdua yang sedang memperdebatkan tentang aku yang sama sekali tidak tau apa – apa dengan bahasa,flora,sejarah tentang pulau Kalimantan.

Setelah selesai makan aku pun diantarkan ke kamarku di ujung lorong sebelah kiri tempat diletakannya patung-patung. Ku rebah kan badan ku yang serasa remuk ke kasur yang memang empuk seperti di hotel. Ternyata ini tempat liburan yang akan mendidik generasi muda agar lebih tau tentang sejarah adat dayak yang dikatakan Bue beberapa tahun lalu.

Ku lihat di sekeliling kamar tak ada TV dan AC, yang ada Cuma lemari,kamar mandi, dan kasur. Aku mulai berpikir tentang kata – kata guru ku sejarah tempat mengenal tempat yang kita pijak.

Memang aku dari sekolah dasar tidak pernah diajarkan tentang bahasa dayak,kami hanya diajarkan tentang bahasa asing dan  bahasa Indonesia itu dikarnakan aku bersekolah di tempat swasta. Menyebalkan aku seperti orang ling lung karna tidak tau apa – apa disini mengenai sejarah dan bahasa dayak

“Kambang!!” teriak seorang dari belakang pintu kamar ku. Pasti kak Nina, mau apa sih dia kesini ga tau apa orang kecapean dari perjalanan.

“Ada apa sih ka Nin….” Aku terdiam melihat yang berdiri bukan kak Nina tapi seorang perempun dengan tinggi kira – kira 160cm,dengan mata yang sipit,rambut yang panjang,tubuh yang tidak begitu gendut atau pun kurus ku pikir sedang untuk seorang perempuan yang cantik.

“Nama ku Risa aku tinggal di dekat sini kata Bue  aku di suruh buat nemani kamu buat Hunting foto di sekitar sini karna Kak Nina punya urusan mendadak dan baru saja pulang sore tadi”. Tuturnya pada ku menjelaskan

“Ya dia sudah pulang kukira masih bisa ngobrolin lagi” kata ku pada Risa yang berdiri di samping pintu  sambil memberikan ekspresi kecewa.

“Ga usah kecewa gitu besok kita jalan – jalan dan lusa kita menuggal”tuturnya pada ku sambil melemparkan senyum manis.
”ngomong – ngomong menuggal itu apa sih “Tanya ku pada Nina dengan hati bertanya – tanya.
“Kata bue  kamu harus mencari sendiri gak boleh nanya in itu,sebelum menuggal Bue akan menanyakanya,aku pergi dulu besok pagi baru aku kesini”lalu pergi meninggalkan ku.
Ngeremehin aku bue  ini, dikira aku ga bisa nyari taunya sendiri pikir ku dalam hati. Kuambil segera BB ku di dalam tas ku ketik arti menugal didalamnya alangkah terkejutnya aku tertulis penelusuran anda tidak cook dengan apapun, ya ampun apakah ga ada yang nyumbang artikel di internet sampai kamus bahasa dayak susah banget dapatnya. Ku gamau nyerah lantang ku dalam hati.

Aku pun pergi ke keluar kamar, ku lihat ada seorang yang  entah dari mana sudah berada disitu cukup lama,mungkin pada waktu mengobrol dengan Nina wajah keberadaanya tertutupi oleh Nina, Kak sapa ku dengan lembut,”iya de” tak memandang ku mungkin karena keasikan membaca buku yang ada ditanganya.

“kakak ini siapa tanyaku lagi” sambil melihat ke arah buku yang dia baca  berutuliskan bahasa dayak ngaju

“Nama kakak Rini, Kak seorang penerjemah dari bahasa dayak ke bahasa Indonesia” sambil tersenyum padaku.

Senyum yang aneh pikir ku,mungkin dia seorang bawahan Bue yang di suruh menciptakan keadaan seperti ini, kurasa aku seperti seekor ikan yang dilemparkan makanan  yang berbau racun, aku nggak akan ke makan ini ucap ku dalam hati.

“Aku mau tidur dulu kak besok mau cari objek foto buat kenang – kenangan “ sambil kutunjuk arah jarum jam  menunjukan angka 10 pertanda ini sudah malam.

“selamat malam kambang” hah hatiku terkejut apakah ini permainan yang di ciptakan fisikolog itu, sungguh menarik aku akan mendapatkan jawaban sendiri, Tanpa memakan umpan yang ditebarkan nelayan itu, tapi lelah sekali hari bukanya tubuh saja tapi batin ku juga serasa di peras. Bue mungkin tau aku orangnya mudah menyerah biarpun itu tak ada imbalanya, mungkin ini karna didikan orang tua itu.

Angin berhembus dingin sekali malam ini munkin karna tempat ini terletak jauh dari pabrik – pabrik yang ada di kota. Kutarik selimut dan kututupi badan ku yang serasa membeku.Aku pun terlelap tidur hingga terbangun ketika esok hari.

“Kambang” terdengar suara seseorang memanggil dari luar,siapa sih pagi buta begini memanggil pake nama ane itu pula.

“Jadi ga hunting fotonya, sudah jam 8 nih “ Oh iya hari ini aku harus nyari foto buat koleksi ku.

“iya tunggu sebentar” jawab ku ku ambil handuk lalu mandi segera. Setelah selesai kupakai jelana panjang jeans kesayang dan  jaket putih kebangganku ku ambil kamera yang sudah kuletakan di atas meja aku sudah siap ucap ku dalam hati.

“Risa sudah lama ya “ sambil mentup pintu dan menguncinya dengan rapat “sebelum pergi kita makan dulu ya “ apa mungkin sayur kelakai lagi rasanya memang lumayan enak dan gurih .

“Mana Bue“ ucapku pada Risa “ Bue bisa jam segini lagi di ruang kerjanya,mungkin lagi nulis buku” memang susah ya jadi seorang fisikolog sekaligus penulis pagi buat begini udah duduk di depan komputer pikir ku dalam hati .

“Meong” terdengar bunyi nada sms ke dalam BB ku, ku buka segera sms yang masuk kedalam BB ku, ya orang itu lagi udah ku tolak mentah – mentah masih aja ngesms nanyai  kabar pula.

“Dari siapa sih, pacarnya ya nanti ku adukan Bue  lo masih SMA udah pacaran” kata Risa bergurau padaku.

“Bukan siapa siapa ko Ris, kita makan aja dulu dari pada ngurusin ni sms” agar risa tak mengungkit hal ini.

Setelah makan kami pun berjalan keluar rumah, di sini tak kagum – kagumnya aku melihat keindahan alam hutan yang terbentang luas dengan sawah yang belum ditanami sungguh tempat yang bagus berlibur melepas penat dan lelah. Belum lepas kekaguman ku pada alam kulihat beberapa anak sedang menari di iringi musik dayak yang ku dengar di dalam bis   

Ku ambil kamera dan ku arah  kan pada sawah dan hutan juga tak luput ku ambil foto anak – anak tadi yang lengkap dengan busana khas adat dayak .

“Itu namanya tarian manasai ” ucap Risa padaku. Manasai tarian khas  Dayak buat upacara adat yang dilakukan di daerah ini mereka melakukan untuk acara – acara tertentu..

Ku lihat seorang sedang bernyanyi nyanyi kecil di jalan dengan kata – kata manuggal. Semua sudah selesai aku sudah menang Bue,aku sudah menang.

Tak pernah ada pertanyaan yang tidak bisa di jawab, takada tipu yang tak bisa di ungkap, dan semua yang tersembunyi akan keluar jika kita lebih meperhatikan.

Keesokan harianya aku disuruh pergi ke tanah lapang disana kudapati Ka Nina, Kak Riska, Kak Ridwan , Kak Fadhli dan Risa mereka semua adalah cucu Bue, aku sangat terkejut melihat mereka.

“selamat pagi semua” kata kakek yang berada di belakang kami yang membuat kami lebih terkejut.

“pertama Bue akan menjelaskan mengapa kalin tidak saling bertemu rumah ini jika kalian lihat sangat besar kemungkinan bertemu Cuma 40% seperti yang terjadi pada Nina dan Puput,tetapi kalian dipisahkan di dalam rumah yang sama dengan tempat berbeda tanpa saling mengetahui satu sama lain ada disini untuk mendidik pandangan kalian terhadap kebudayaan”apakah hanya itu alasan  kakek meminta kami disini dan bagaimana dengan pertanyaanya.

“kakek juga ingin mengetahui jawaban kalian tentang menuggal , kakek mulai dari kamu Kemuning” betapa susahnya kami menahan tawa mendengar nama kecil kak Nina dipanggil

Jangan ketawa kalian!!” tegur kak Nina pada kami yang tak bisa menahan tawanya “jawaban saya makan Bue karna saat di luar kamar ada penerjemah membaca sebuah tulisan yang bertulis menuggal.

Kemudian setelah nama ka Nina dipanggil nama sepupu ku yang lain juga dimintai keterangan denga soal yang sama hingga kepada ku.

“Jawaban saya Menanam padi karena saat saya berkendara ke sini saya bertemu orang yang terus mengganggu dalam bahasa dayak tentang padi dan menuggal,saya juga mendengar orang yang bernyanyi tentang menuggal  disawah. Intu petak itu adalah kuncinya kanBue” kulihat Bue begitu takjub melihat ku menjawab dengan benar dibanding sepupu ku yang lain.

“Jawaban mu benar Kambang!” ucap kakek padaku, aku merasa sangat bangga karna akulah yang benar.

“Sebagai imbalan, kamu boleh meminta apa saja” ucap Bue padaku dengan senang

“Aku ga akan meminta yang muluk – muluk aku hanya meminta Bue memanggil nama kecil kami lagi ,karna kami sangat bangga setelah mengalami ini ”Ucap ku padanya

“Bue  akan mengabulkanya jika bisa menguasai bahasa dayak dengan pasih!” canda Bue  pada kami.Kami pun melaksanakan Kegaiatan menuggal seperti janji Bue pada kami dengan hati gembira. Cerita ini berakhir disini dengan argumen ku yang berubah” bahasa adalah komunikasi masa lalu dan masa depan, mungkin ?

7 comments:

  1. Terimakasih mas ceritanya sangat menghibur :D

    ReplyDelete
  2. Thanks Infonya Gan
    Jangan Lupa Kunjungi : http://billkhayriantasiregar.blogspot.com/

    ReplyDelete
  3. Ceritanya sangat berwawasan dan seru, top deh!

    ReplyDelete
  4. lumayan buat yng lg nganggur

    ReplyDelete
  5. wow bagus nih. saya suka

    ReplyDelete