“Ku harap kita bisa bertemu dan
bercanda seperti dulu” aku membaca kalimat itu dengan perasaan senang. Si
pengirim adalah sahabatku dulu sewaktu menjadi siswa di salah satu sekolah
menegah ternama yang ada di yogyakarta, dia perempuan yang cantik berhati
lembut dan sangat penyayang pada binatang dan cocok untuk mewakili kami sebagai
Pelajar terhormat yang akan melanjutkan perjalannya menuju negeri kangguru itu.
“Tapi kurasa itu sangat jauh
mengingat kita, terpisah samudera sekarang” aku tersenyum kecut mendapati
kalimat berikutnya. Dia benar kami telah terpisah jarak dan hanya saling
mengirim email beberapa minggu sekali karena kesibukannya di negeri kangguru.
Ku dengar darinya bahwa universitas di sana cukup ketat dan aku yang
melanjutkan ke salah satu universitas yang lumayan santai di yogyakarta saja
masih kewalahan dengan ulah dosen yang tidak ada habisnya.
“Jangan
khawatir setelah empat tahun lagi kita pasti bisa bertemu lagi” senyumku
kembali merkah, aku mengingat kejadian dimana dia menangis tanpa henti waktu
aku tinggalkan di sebuah bangunan tua peninggalan Belanda, dan waktu itu aku
mendengar dengan sangat jelas dia berteriak tidak mau bertemu denganku lagi
walau aku berlutut di hadapanya sambil menangis, ancaman waktu itu kurasa
sedikit arogan padahal dia sedang terdesak.
“Tapi aku tidak mau kamu tinggalkan
di bangungan tua seperti dulu itu, kau ingat aku bahkan pipis di celana karena
kau meninggalkan untuk memberikan kejutan ulang tahun waktu itu” Aku tertawa
lagi melihat kalimat berikutnya, ternyata dia masih mengingat hal itu, mungkin
itu merupakan pengalaman yang sangat berharga baginya karena setelah dia
memarahiku habis – habisan setelah ku temukan. Dia memeluku erat karena malu
mendapati teman – teman kami sudah siap dengan kue dan lilin untuk merayakan
ulang tahunnya yang ke 17.
“Tapi aku rindu juga masakanmu,
kalau tidak salah ka sebut itu sayur kelakai dengan tumbuhan paku bersama ayam
goreng khasmu, kita selalu makan berdua seperti orang pacaran di tempat tantemu
kan, tapi sayang di sini tidak ada makanan seperti itu. Bahkan setelah pulang
dari kampus aku hanya memakan roti dengan panjang hampir setenganh meter”
mataku kembali terbuka lebar, ternyata dia masih ingat dengan nama masakan yang
ku buat dulu. Untuk orang yang bersamanya selama 3 tahun aku cukup tahu bahwa
dia tidak begitu pandai mengingat nama masakan bahkan saat kami mampir ke fastfood milik Rido, ia tidak begitu
mengingat nama makan yang sangat di sukainya tiap kali ke tempat itu.
“Yah, tapi sekarang aku bahagia, aku
bisa bersama dengan orang yang ku sayang berkat bantuanmu. Saat aku mengirim
Email ini Ari minta untuk mencantumkan salamnya. Dia bilang kapan – kapan dia
akan menatangmu di pertadingan bola selanjutnya. Padahal waktu itu dia kalah
10-0 paling hebat dia Cuma bisa 4-0. Kamu memang kau master dalam pertandingan
yang berbau teknologi itu” aku rasa air mataku mulai berada di pelupuk mata,
aku sangat bodoh mengatakan kita akan selalu menjadi sahabat selamnya tanpa
mengatakan isi hatiku. Dan sekarang aku benar – benar menyesal akan hal itu,
dia pergi bersama Ari karena mereka berdua adalah sepupu jauh yang sangat akrab
dan aku tahu dia pasti sangat menyukai Ari karena setiap kali kulihat wajahnya,
dia akan berbalik kebelakang saat Ari ada bersamanya.
“Hey, bagian berikutnya aku tulis apa
ya hahaha...... kurasa sampai sini saja” aku mendesah, mendapati kalimat
berikutnya kemudian. Seorang perempuan
menginjak kakiku dengan keras. Membuatku tersadar dan segera mengalihkan
padanganya padanya.
“Mau sampai kapan tiduran begitu,
jangan – jangan kau membaca emailku lagi ya. Itukan cuma bercanda, Ari bahkan
yang mengusulkanya karena kau waktu itu dianggap lamban dan kurang peka. Bahkan
saat aku mengatakan isi hatiku kau hanya menganga lebar” ucapnya membela diri.
Yah, walaupun email itu ditulis untuk memprovakasiku, hasilnya tidak ada dan
setelah ia lulus dari universitas yang ada di Australia dia kembali
menghampirku dan memukulku beberapa kali. Waktu itu wajahnya sangat kesal
bercampur frustasi, kemudian dia menjerit mengatakan suka padaku sambil
bercampur tangis dan aku bisa merasakan dengan jelas.Cinta itu tak termakan
waktu karena dia jauh tersimpan di dalam lubuk hatimu yang paling dalam.
No comments:
Post a Comment