blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Saturday 22 February 2014

Email darinya


             “Untuk sahabatku di kalimantan” sebuah email kubuka dari handphoneku setelah aku beristirahat di bawah pohon setelah lelah seharian berjalan menyusuri kebun untuk melihat perkembangan tanaman karet yang di tanam ayahku.

            “Ku harap kita bisa bertemu dan bercanda seperti dulu” aku membaca kalimat itu dengan perasaan senang. Si pengirim adalah sahabatku dulu sewaktu menjadi siswa di salah satu sekolah menegah ternama yang ada di yogyakarta, dia perempuan yang cantik berhati lembut dan sangat penyayang pada binatang dan cocok untuk mewakili kami sebagai Pelajar terhormat yang akan melanjutkan perjalannya menuju negeri kangguru itu.

            “Tapi kurasa itu sangat jauh mengingat kita, terpisah samudera sekarang” aku tersenyum kecut mendapati kalimat berikutnya. Dia benar kami telah terpisah jarak dan hanya saling mengirim email beberapa minggu sekali karena kesibukannya di negeri kangguru. Ku dengar darinya bahwa universitas di sana cukup ketat dan aku yang melanjutkan ke salah satu universitas yang lumayan santai di yogyakarta saja masih kewalahan dengan ulah dosen yang tidak ada habisnya.

            “Jangan khawatir setelah empat tahun lagi kita pasti bisa bertemu lagi” senyumku kembali merkah, aku mengingat kejadian dimana dia menangis tanpa henti waktu aku tinggalkan di sebuah bangunan tua peninggalan Belanda, dan waktu itu aku mendengar dengan sangat jelas dia berteriak tidak mau bertemu denganku lagi walau aku berlutut di hadapanya sambil menangis, ancaman waktu itu kurasa sedikit arogan padahal dia sedang terdesak.

            “Tapi aku tidak mau kamu tinggalkan di bangungan tua seperti dulu itu, kau ingat aku bahkan pipis di celana karena kau meninggalkan untuk memberikan kejutan ulang tahun waktu itu” Aku tertawa lagi melihat kalimat berikutnya, ternyata dia masih mengingat hal itu, mungkin itu merupakan pengalaman yang sangat berharga baginya karena setelah dia memarahiku habis – habisan setelah ku temukan. Dia memeluku erat karena malu mendapati teman – teman kami sudah siap dengan kue dan lilin untuk merayakan ulang tahunnya yang ke 17.

            “Tapi aku rindu juga masakanmu, kalau tidak salah ka sebut itu sayur  kelakai dengan tumbuhan paku bersama ayam goreng khasmu, kita selalu makan berdua seperti orang pacaran di tempat tantemu kan, tapi sayang di sini tidak ada makanan seperti itu. Bahkan setelah pulang dari kampus aku hanya memakan roti dengan panjang hampir setenganh meter” mataku kembali terbuka lebar, ternyata dia masih ingat dengan nama masakan yang ku buat dulu. Untuk orang yang bersamanya selama 3 tahun aku cukup tahu bahwa dia tidak begitu pandai mengingat nama masakan bahkan saat kami mampir ke fastfood milik Rido, ia tidak begitu mengingat nama makan yang sangat di sukainya tiap kali ke tempat itu.

            “Yah, tapi sekarang aku bahagia, aku bisa bersama dengan orang yang ku sayang berkat bantuanmu. Saat aku mengirim Email ini Ari minta untuk mencantumkan salamnya. Dia bilang kapan – kapan dia akan menatangmu di pertadingan bola selanjutnya. Padahal waktu itu dia kalah 10-0 paling hebat dia Cuma bisa 4-0. Kamu memang kau master dalam pertandingan yang berbau teknologi itu” aku rasa air mataku mulai berada di pelupuk mata, aku sangat bodoh mengatakan kita akan selalu menjadi sahabat selamnya tanpa mengatakan isi hatiku. Dan sekarang aku benar – benar menyesal akan hal itu, dia pergi bersama Ari karena mereka berdua adalah sepupu jauh yang sangat akrab dan aku tahu dia pasti sangat menyukai Ari karena setiap kali kulihat wajahnya, dia akan berbalik kebelakang saat Ari ada bersamanya.

            “Hey, bagian berikutnya aku tulis apa ya hahaha...... kurasa sampai sini saja” aku mendesah, mendapati kalimat berikutnya kemudian. Seorang  perempuan menginjak kakiku dengan keras. Membuatku tersadar dan segera mengalihkan padanganya padanya.

            “Mau sampai kapan tiduran begitu, jangan – jangan kau membaca emailku lagi ya. Itukan cuma bercanda, Ari bahkan yang mengusulkanya karena kau waktu itu dianggap lamban dan kurang peka. Bahkan saat aku mengatakan isi hatiku kau hanya menganga lebar” ucapnya membela diri. Yah, walaupun email itu ditulis untuk memprovakasiku, hasilnya tidak ada dan setelah ia lulus dari universitas yang ada di Australia dia kembali menghampirku dan memukulku beberapa kali. Waktu itu wajahnya sangat kesal bercampur frustasi, kemudian dia menjerit mengatakan suka padaku sambil bercampur tangis dan aku bisa merasakan dengan jelas.Cinta itu tak termakan waktu karena dia jauh tersimpan di dalam lubuk hatimu yang paling dalam.

No comments:

Post a Comment