Siang
itu sebuah surat dengan label buruk
gagak bertengker di dalam kotak suratku.
Ibuku menggeleng saat memberikannya padaku, kemudian bergurau tentang hubungan
aneh yang di miliki anak zaman sekarang.
Dear, Mr Aderson
Bersama surat ini saya meminta
maaf karena tidak bisa mengundang secara langsung pada pertemuan yang diadakan
di villa selatan. Saya mengundang dan mengharapkan kehadiran anda untuk
berpartisipasi dalam pesta yang diadakan. Pertemuan diadakan di Villa Selatan mala mini
jam 7 malam
SALAM HANGAT LOUISE
Aku juga ikut menggeleng
seperti ibu, karena surat ini begitu tidak jelas, dia bahkan memanggilku Mr
Aderson setidaknya panggil saja aku dengan Ader seperti yang lain. Dan Louise
aku bahkan tidak mengenal perempuan ini.
Dan aku
mengerti satu hal dari surat ini, ini adalah surat yang di kirim dengan perekat
darah, seberapa mengerikan pengirim surat ini. Bahkan darah kering itu tidak
terlihat seperti obat merah pada umumnya. Dengan warna coklat kemerahan masih
terlihat sidik jari sang pengirim.
“Ibu
tahu siapa yang mengirim ini” Ibu diam sebentar dia memiringkan kepalanya ke
kiri dan ke kanan. Seolah jawaban ini sedang menggelinding di kepalanya.
Layaknya anak kecil wajahnya berbuah cerah terus berpaling padaku.
“Seorang
perempuan dengan rambut perak dan juga gaun terusan serba hitam. Dia bersiul
lagu Fur Elise dari Bethoven” ucap ibu
dengan senyum lebar di bibirnya. Aku tidak begitu mengerti seberapa
mengerikan pengetahuan mantan jurnalis ini. Setidaknya aku baru mengetahui lagu
Legendaris Bethoven itu dari beberapa minggu lalu saat seorang teman
memperkenalkan lagu klasik yang dianggap sebagai pembawa kutukan. Tapi beliau
dengan mudahnya menyebut judul lagu itu.
“Berarti
dia dari Taiwan” ucapku mengangguk sedikit membuat ibu, mulai memadangku dengan
wajah penasaran dia mulai bersimpuh di depan dengan senyum riangan seolah
senyum itu sudah biasa di pamerkannya. Ibuku ini sangat senang jika membahas
sesuatu yang sudah di ketahuinya tapi ingin membuat orang lain mengetahuinya.
Semacam mental naïf para jurnalis jaman sekarang.
“Kalau
tidak salah di Taiwan nada tersebut di gunakan truk sampah untuk memberitahu
dia sudah dekat kan ? tapi apa kamu tahu ada negara lain yang menggunakan nada
ini juga dalam kegiatan sosial” ibu menarik alisnya sedikit seolah dia sangat
menikmati pembicaran ini.
“Negara
? apa maksud ibu dan lagi aku tidak
begitu berminat untuk bermain tebak – tebakan dengan ibu. Dia memintaku datang
ke Villa Selatan jam 7 jadi hanya tinggal 4 jam hingga pertemuan itu
berlangsung” ucapku dengan nada mengeluh ibu mulai cemberut dia nampak tidak
ingin memaksakan keinginannya saat ini.
“
Brazil, turki dan Iran juga menggunakan lagu itu sebagai pemberitahu pada
masyarakat. Tapi untuk mengetahui orang itu berasa dari mana cukup konyol hanya
dengan modal lagu yang di siulkannya” ibu beranjak pergi setelah berkata dengan
nada cukup meyakitkan bagiku, dia menggap semua hal misteri yang kupecahkan
seolah hanya keberuntungan dasar jurnalis sialan.
“Tapi
ibu tahu kenapa judul ‘Fur Ellise’ dan itu begitu terkenal hingga sekarang”
ucapku membuat antena keingin tahuan ibu berdiri dengan tegaknya.
“Kamu
tahu?” ucap ibu mulai panik, karena merasa di ungguli olehku. Aku menggangguk
membuat ibu semakin penasaran, tapi wajah berubah menjadi kesal kemudian seolah
jawabanya sudah di temukan.
“Jangan
katakana Bethoven menulis untuk perempuan yang di sukainya karena menikah
dengan orang lain” aku tersenyum getir mendengar peryataan ibu barusan. Tak
kusangka pengetahuan nyonya ini sangat luas hingga membuatku tidak bisa
berkutik.
“Ya
sudah berjuanglah dengan perempuan misterius itu” ucap ibu beranjak pergi.
Tunggu dulu, perempuan berarti bukan wanita. Dengan kata lain sipengirim surat
adalah orang yang seumuran denganku. Sial, ini membuatku kepalaku pusing.
Apalagi ini diadakan di Villa dan aku tidak mengetahui apa – apa mengenai orang
ini, topik apa yang kubicarakan nanti dan apa –apaan pertemuan di villa
terkenal ini aku bahkan tidak pernah masuk ke sana sejak tinggal di sini.
Villa
selatan adalah Villa yang dimiliki oleh salah seorang pengusaha di daerahku.
Dia cukup terkenal dan sukses dengan usaha perkebunan dan pertambangan yang
sering di bicarakan orang – orang di sekitar. Hanya berjarak beberapa meter
dari rumahku, aku bisa melihat dari kejauhan Villa itu. Memang butuh waktu 20
menit dengan jalan kaki, tapi itu tidak cukup melelahkan karena sepanjang jalan
kamu bisa melihat pantai indah dan aroma laut yang menyegarkan.
Langkahku
berhenti di depan Villa bersama dengan itu sebuah gerbang terbuka dengan suara
yang cukup unik. Biasanya saat gerbang terbuka akan berbunyi “Reeee” atau
“sraaaaak” tapi gerbang ini berbunyi mirip penggalan lagu bethoven, lagi – lagi
bethoven seberapa cinta pemilik rumah ini dengan lagu bethoven sih.
“Selamat
datang Mr Aderson, nama saya Olivia saya pelayan di sini” Perempuan ini
menyambutku dengan senyum ramahnya, lengkap dengan pakaian maid warna putih
dengan celemek putih. Mengingatku pada Pelayan abad ke 18 bagi bangsawaan
Belanda.
“Ahh
Iya, apa orang yang mengundangku ada ?” ucapku gugup karena tidak pernah di
lakukan sesopan ini selama masa hidupku.
“Tentu
saja tuan” ucapnya tersenyum ramah.
Olivia
mengantarku ke ruang utama yang terlihat begitu luas. Ini hampir sama dengan
luas rumahku dengan berbagia macam lemari yang memajang piring di sepanjang
dindingnya. Aku paham dengan piring – piring ini yang nampak terlihat begitu
tua. Mungkin saja nilainnya ini mencapai ratusan juta perbuahnya.
“Selamat
datang di rumahku” Perempuan yang duduk di atas sofa untuk satu orang ini
tersenyum tipis melihatku. Otomatis aku membalas senyumnya dengan penuh hormat.
“Ngomong
– nogmong mana yang lain, bukannya ini pesta” Perempuan ini bangkit dari sofa
dan mendatangiku dengan langkah ala bangsawaan. Yah langkah dengan kaki
berjalan segaris dengan kepala yang tidak bergerak, butuh latihan bertahun –
tahun untuk melakukan hal itu.
“Namaku
Luoise, Pesta yang kumaksud hanya kita berdua” dia mengedipkan sebelah matanya
saat berkata seperti tadi, memang tidak ada unsur menjijikan di dalamnya atau
berbau negatif tapi malah terlihat natural. Benar – benar bangsawan, aku benar
- benar tidak mengerti cara pandang mereka terhadap orang lain.
“Lalu
tujuan anda, apa ? untuk apa saya dibawa kemari?” Louise ternyum sedikit di mempersilahkanku
mengikutinya ke salah satu ruangan.
“Ini”
dia memberikan satu lembar foto sebuah piring dengan warna biru.
“Piring
yang bagus, jadi ada apa dengan foto ini” ucapku tidak tertarik dengan foto
yang di berikannya.
“Aku
tidak menanyakan mengenai pring ini ! tapi apa kamu bisa tahu piring ini asli
atau tidak” Louise memberikan senyum yang tampak misterius.
“Untuk
apa aku melakukan hal semacam ini? Aku tidak begitu tertarik dengan piring
semacam ini” aku berucap kesal seolah ingin pergi.
“Tapi,
piring ini di lelang dengan harga $
1000.000 aku tidak mungkin membelinya jika piring ini ternyata palsu. Aku hanya
ingin kamu membuktikan ini asli saja” aku terdiam sebentar kemudian kembali
berjalan ke arahnya dan mengambil foto darinya.
“Palsu,
ini keramik yang tidak berumur tua bisa di katakana hanya imitasi dari keramik
asli. Kamu bisa melihat warna dari piring keramik ini tidak kekuningan. Biasanya
piring keramik yang sudah tua akan berwarna kekuningan tapi terlihat alami. Dan
yang paling mengganjal keramik ini tidak melampirkan sertifikat, biasanya
seorang pelelang akan memberikan sertifkat pada barang antik ini agar barang
ini bisa di jual dengan harga tinggi. Kalau dia mau melelang barang ini dia
harus menyertakan itu bersama no regnya. Itu saja” ucapku berkata bosan melihat
foto ini.
Lousie
melihatku dengan pandangan takjub seolah melihat makhluk lain. Kemudian beberap
saat kemudian tersenyum penuh kemenangan, aku benar – benar tidak mengerti
bagaiman bangsawaan bersikap.
“Memang
detektif hebat? Aku jadi tidak begitu susah untuk membeli piring itu” Louise
tersenyum santai. Itulah kesan pertamaku bertemu Lousie cantik, elegan, dan
misterius. Tapi di balik itu semua aku tidak tahu apa tujuan utamanya bertemu
denganku.
Wih cerpen ala western yang bagus bro. Tapi ane sedikit kurang lancar saat baca. Tadi ada kata yang terbalik dan kurang.
ReplyDelete