blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Saturday 18 January 2014

Last Bab 3 mulai terlihat

Title    : Last
Genre  : School, Humor, Family
Author : Hittori Yudo
Chapter: 03
Mulai Terlihat
            “Ingat! Andi…Rika kalian di sini untuk belajar. Melakukan hal yang tidak baik seperti tadi akan memperburuk nama sekolah dan asrama ini!” aku melirik Rika dia sudah mulai bosan degna ucapan kak Nia atau dia tidak tidur semalam. Hampir di setiap beberapa kata dia terus menguap. Sebaliknya kak Nia begitu semangat untuk membuat kami menyadari kesalah sejak 30 menit yang lalu.

            “30 menit lagi kita akan sekolah Nia, cepat selesaikan itu!” Kak Rifal Berkata sambil mengunyah roti dengan tatapan yang menganggu. Dia terlihat begitu menikmati kebosanan yang di berikan kak Nia.

            “Hey! Andi kau dengar aku. Kulihat dari tadi kamu melamun saja?” Kak Nia berteriak di depanku dengan wajah menyeramkan. Ini kah wajah orang yang pusing karena soal setiap harinya sungguh menakutkan.

            “Lebih baik kakak melihat Rika, dia sudat tertidur dari tadi!” ucapku melihat Rika yang sudah tumbang dari tadi di atas meja. Kak Nia segera berteriak panic sambil sedikit mengomel tentang hubungan mansyarakat beserta isinya serta sansing sosial yang di berikan.

            “Aku harus ke sekolah pagi ini, ada piket kelas!” ucapku segera berlari ke arah kamar dan mengambil tasku. Jika di biarkan Aku bisa mengantuk saat jam pelajaran karena omongan kak Nia. Memang apa yang di katakannya terdengar mendidik tapi, yang sudah di ucapkannya sudah beralalu setelah aku masuk asram ini. Karena masuk asrama ini aku jadi merasakan apa itu sangsi sosial.

            Asrama ini hanya di huni oleh orang berbakat, mereka ada di antara kerumuan orang biasa. Karena di istimewakan mereka di jauhi. Karena di jauhi mereka jadi bertindak tanpa berpikir akan perasaan orang lain. Dan karena itu semua orang menatapku dengan tatapan permusuhan.

            Saat aku berjalan semua orang akan berbisik, seolah aku adalah penjahat di sini. Semakin hebat karyamu semakin banyak musuhmu, entahlah itu seperti hukum baru yang Enstein tidak mengerti rumus yang bisa menyelsaikannya. Mungkin, karena sifat dasar manusia adalah busuk dan tidak mau mengalah yang membuat mereka menanamakan kebecian tanpa padang buluh yang mereka sebut “orang berbakat” kata terkutuk yang di berikan pada kami yang memakai asrama gratis.

            “Pagi!!” orang yang di depanku menyapa dengan senyum sinis. Yah, dalam masyarakat tegur sapa adalah kunci utama. Tapi, jika di tegur dengan senyum seperti itu siapapun orangnya akan kesal.

            “…” aku hanya mengangguk saja.
           
“Oh lihat pagi – pagi siswa berbakat sudah menunjukan kesombongannya!” mereka tertawa bersamaan, yah aku mengenal orang yang tertawa itu adalah Fira salah satu anak kelas 3. Tentu saja dia kakak kelasku sehingga papun yang terjadi aku harus hormat padannya.
           
“Hey jangan mengurusi urusan orang lain!” aku bisa mendengar suara orang ini bergema di telingaku. Oh, suara kak Melisa ketua osis yang menjabat saat ini. Itulah yang membuat orang seperti kak Fira mengangguku karena selalu dianggap berlindung di belakangnya.

            “Membosankan sekarang ibunya datang, ayo kita pergi!” Fira meninggalkan kami dengan pandangan masih tertuju padaku. Terlalu banyak orang aneh di sekolah ini hingga terasa udara di sekitar sini terasa sesak.
           
“Andi apa kamu tidak pernah membalas mereka?” Kak Melisa berdiri di depanku dengan melipat kedua tangannya di depan, dia meamdangku kesal.

            “Kalau aku membalas maka mereka akan membalas dan itu tak akan pernah selesai!” ucapku beranjak pergi meniggalkan ketua osis terhormat ini.

            “Tapi setidaknya balas mereka atau kamu akan terinjak – injak!” ucap ketua ini menaikkan suarnya 2 oktaf.

            Tidak mungkinkan, aku tidak memiliki keberani untuk melakukan hal bodoh seperti itu. Dengan berdalih akan dibalas balik aku menutup diriku sendiri dengan begitu aku merasa aman di dunia ini. Tapi aku tahu itu semua salah, pada dasarnya  aku benar – benar tidak tahu harus melakukan apa.

            “Kenapa wajahmu seperti itu, mesum!” Oh sial, sekarang wanita pengganggu itu berdiri di hadapanku dengan tatapan kesenangan, aku bisa tahu itu hanya dengan melihat wajahnya itu.

            “Kenapa kau di sini” ucapku malas, dia berdehem sedikit.

            “Sekolah!” ucapnya bosan

            “Aku juga tahu tapi, kenapa harus berdiri di hadapanku!” nada suraku naik beberapa oktaf.
           
“Penasaran.” ucapnya dengan mata berkedip sebelah.

            “Tinggalkan aku, ini tidak lucu!” ucapku detik kemudian meninggalkannya.

            Berkat itu hingga sampai di ruangan aku semakin di tatap dengan pandangan penasaran. Aku tidak suka hal semacam ini, ini bahkan lebih buruk dari di penjara. Menjadi pusat perhatian di setiap kamu melangkah sangat terasa berat.

            “And? Hari ini kamu melakukan apa lagi?” orang yang bertanya ini salah satu ketua kelas yang paling baik seangkatan, karena hanya dia penghubungku dengan anak – anak di sini.

            “Aku tidak membuat kerusuhan atau membunuh orang!” ucapku menjawab pertanyaan, Ketua kelas bernama Aliya ini tersenyum manis seolah senyum itu seperti butiran gula.

            “Bukan? Maksudku ada masalah apa lagi?” suaranya lembutnya kembali terdengar.

            “Hanya aku-“

            “Mesum aku sekelas denganmu !” setelah kata – kata itu terdengar aku tidak tahu harus melakukan apa.

No comments:

Post a Comment