Title : Mimpi dan Angan
Genre : Family,dimension, tragedi
Author : Hittori Yudo
Chapter: 02
Pagi ya ?
Aku menatap sekelilingku dengan wajah hampir
setengah kesal, untuk pertama kalinya aku bisa bangun membuka mata sendiri
tanpa harus diteriaki, diancam, atau karena kelamaan tidur. Tepat pukul 6 pagi
aku membuka mata dan mendapati peri - peri ini sudah tidur dengan posisi mereka
masing – masing.
“Ini neraka, apa salahku pada tuhan!” hujatku
sambil mencoba lari dari kaki serta wajah – wajah tidur para peri. Kenapa aku
katakan Peri, karena hampir aku tidak menemukan kejelekan di wajah mereka
tidur. Syukurnya aku cukup lelah untuk sekedar lepas kendali.
Menghitung satu persatu sampai pada Yui, aku tidak
menemukan Yume di sini, seharusnya gadis itu berada di sini. Apa yang kukatakan
kurasa mereka semua wanita hanya Yui yang gadis disini, bukan dia bahkan belum
matang untuk dikatakan gadis.
“Nika…”
“Hmmm, nanti ya Ki, kamu bakal puas!”
“Hey bangun Nika, gak ada orang waras yang bicara
gitu!”
“Cihhh!!” Nika mendesih kemudian membuka kelopak
matanya perlahan, warna mana hitam menyilaukan seperti sebuah bayangan
berkumpul di dalamnya membuatku terpana.
“Baru sadar istrimu ini cantik?” aku mendengus
mengalihkan tatapanku dari Nika, dia hanya terkekeh kemudian mendekatiku ke
arah sisi ranjang.
“Iya kau memang cantik dan kebanyakan orang cantik
itu aneh, tidak ada wanita yang mau berbagai suaminya dan kau-”
“Rifki gemesin!!!” selalu saja dia mengalihkan
semua usahaku untuk mendapatkan informasi, tidak ada orang yang bisa memberikan
informasi yang baik di sini kecuali Nika karena dia istri pertama. Wanita ini
benar – benar licik.
“Hey, kau baru saja berpikir kotor tentangku kan
Ki, mau mulai dari mana? Paha? Kepala? atau-”
“Berhentilah berkata sesuatu yang membuatku
berpikir jorok, aku tidak tahu seperti apa hubungan kita dulu tapi kamu
perempuan sayang. Jadi jangan buat dirimu jadi murah walau dengan suamimu!” aku
tahu kata – kata ini menyinggung ego Nika, jadi aku tidak memaksakan diri untuk
melihatnya dari berbalik berjalan ke arah pintu.
“Kau manis sayang!” dia memang wanita yang aneh,
aku tidak tahu apa yang digunakan diriku di masa ini untuk membuat wanita
seperti itu jadi tergila – gila.
Membuka pintu pelan aku mendapati area lorong yang
cukup panjang, setelah pulang denggan Yui, aku sempat mengejap beberapa kali
saat melihat rumah yang kutinggali bukan rumah modern melainkan sebuah mansion
super besar.
“Yume!!!” entah kenapa untuk kali ini aku merasa
cukup penasaran dengan gadis itu, walaupun dia tidak begitu akrab dengan Anita
sifat tenangnya membuatku sedikit tertarik. Apa yang kupikirkan, dia juga salah
satu istriku betapa bejatnya aku menikahinya hanya karena tertarik.
“Aku disini Rifki!” teriaknya kecil membuatku
menoleh ke arah bawah. Yume sudah terlihat rapi dengan pakaian kerjanya
kemudian sarapan sudah tertata rapi, dia hanya tinggal menata buah dan kurasa
semua hidangan sudah siap.
“Aah, maaf membuat repot kurasa aku harus
membantumu tadi!”
“Eeeh?”
“Iya, gak papa!”
“Aku hanya sedikit capek, hahaha…” dia terlihat
seperti memaksakan senyumnya membuat segera menarik wajahnya dan menempelkan
dahiku.
“Apa ini, kau demam! Jangan memaksakan diri!” aku
segera mengankat tubuhnya dan entah kenapa ini seperti reflek bagiku.
“Ahh, Rifiki apa yang kau lakukan?” aku bahkan
tidak mengira tubuh Yume bisa seringan kapas seperti ini.
“Kamarmu dimana?”
“Tapi-”
“Katakan saja!”
Yume segera menunjuk ke arah lorong yang ada di
sudut kiri, aku segera beranjak membawanya kesana. Bagaimana mungkin gadis ini
memaksakan dirinya untuk membuat sarapan sementara dia demam.
“Tunggu sebentar! Aku akan mengambilkan handuk
kecil jangan bergerak!” ucapku memperingati setelah menyelimuti Yume aku segera
berlari ke kamar yang ku gunakan tadi malam tempat kami semua tidur.
Bukan kesengajaan, itu adalah keterpaksaan yang di
cetuskan oleh Nika dan Yui, membuatku harus menahan nafas saat tidur. Bagiku
itu seperti neraka saja seharusnya aku harus lebih keras pada mereka.
“Rifki, kamu mencari apa?” Anita terlihat setengah
malas bangun sementara Nika dan Yui sudah menghilang entah kemana.
“Yume demam, aku harus mencari handuk dan
menyiapkan es, dia bisa sakit kalau begini!”
“Eeh? Apa? Yume demam!” Anita yang setengah sadar
kini sadar sepenuhnya dan pergi dari kamarku. Sementara kau hanya mengobrak
–abrik laci yang ada di kamarku tanpa menemukan sapu tangan atau handuk kecil.
Bukannya menemukan sapu tangan, aku malah menemukan
sebuah diary kecil yang terbukus kain. Jangan – jangan ini yang kucari! Tunggu
dulu, aku harus menyembunyikan ini jika ada yang mengetahuinya pasti mereka
juga ingin membacanya.
Kuletakan lagi buku itu di laci di tambah sedikit
pakaian untuk menyamrkan tempatnya, aku tidak ingin ketiga wanita itu melihat
ini.
“Ki, apa yang kau cari, sayang?” kulihat Nika
menatapku dengan wajah penasaran, aku segera menggeleng pelan kemudian menutup
lemariku.
“Yume ini kebiasaan kalau sakit gak mau bilang!”
kini Nika terlihat bersungut dengan wajah khawatir.
“Aneh?”
“Hah? Aneh gimana Ki?”
“Aneh saja, aku gak ngerti apa yang kalian
pikirkan. Biasanya kalau orang punya istri banyak salah satunya akan berharap
istri lainnya pergi atau-”
“Ok sayang cukup sampai di situ, argumenmu bisa
membuat yang lain terluka. Rifki yang kukenal selalu bisa menjaga wibawanya
kan!”Nika dengan santai berucap diringi kedipan mata membuatku segera menutup
mulut.
“Lagipula, Anita itu dulunya perawat seharusnya dia
bisa mengatasi Yume!” aku segera mengangguk kemudian menatap kembali pakaian
Nika, itu adalah pakai kerjanya dengan celana panjang kain. Jarang sekali
melihat wanita mengenakan itu kekantor biasanya dulu seingatku wanita masih
menggunakan rok selutut yang ngepas di badan.
“Kau mau kemana?” seakan sadar Nika melihat dirinya
sendiri.
“Oh aku, aku mau mengatar Yui ke sekolah kemudian
menggantikanmu di kantor!”
“maaf merepotkanmu seharusnya-”
“Kamu lucu ya, minta maaf terus. Aku jadi bertanya
– tanya kenapa dari tadi kau minta maaf padahal tidak ada hal yang terlihat
mengecawakan!” aku hanya terdiam lagi, banyak sekali yang aku tidak mengerti
dari mereka dan yang pasti sampai kapanpun aku masih tidak mengerti jalan
pikiran dari Nika. Wanita yang punya kelebihan dan dapat mengatur segalanya
menjadi istriku seperti keanehan saja.
“Kalau begitu aku berangkat pastikan kau melihat
Yume dan tentu saja jangan terlalu dekat dengan Anita, dia itu-”
“Mbak kau sengaja mengatakan itu padanya?” Anita
terlihat berdiri di belakang Nika dengan ekspresi melipat tangan. Aku rasa dia
cukup lama di situ mendengar pembicara kami.
“Aaah, maaf mbak hanya mau bilang dia itu suka
nguping! Anita kau berngkat juga kan?” Anita hanya mendengus kemudian menatapku
dengan tatapan kasihan.
“Aku akan menjaga Yume, aku tidak mungkin
membiarkan Rifki di sini sendiri merawat Yume!” kata – kata itu memiliki arti
yang ambigu bagiku, aku tidak paham apakah dia ingin merawat Yume atau dia
ingin aku tidak merawat Yume membuatku sedikit kebingungan.
“Kau tahu sendiri itu perusahaan besar yang tidak
bisa di tinggal, kalau kau meinggalkannya sama saja kau membunuh Rifki!”
terkadang aku tidak mengerti kenapa Nika begitu keras pada Anita dan Anita
begitu tidak bersahabat pada kedua orang disini.
“Baiklah aku akan pergi tentu saja dengan mobil
mbak kan!” ejeknya yang sambil berjalan keluar kamar, Nika hanya mendesah
kemudian menatapku dengan senyuman lalu pergi dari kamar juga.
“Waktu yang tepat untuk membuka-“
“Sakit!!” aku meringis merasakan kepalaku cukup
sakit saat ini dan entah kenapa pandanganku menjadi buram seoalah aku ingin
tertidur.
***
“Hey!!!” aku membuka mata perlahan dan mendapati
wajah kakakku yang terlihat kesal.
“Kalau mau tidur pindah ke kamar, kalau di sini
ganggu kakak aja!” kakak terlihat kesal menatapku sementara aku bangun dengan ogah
– ogahan. Jadi tentang tiga istri itu
mimpi ya, sayang sekali.
“Apa yang lucu cepat bangun!” kakakku semakin
mencak, aku tidak mengerti kenapa dia jadi sepeduli ini padaku.
“Aah kak, biar saja mungkin Rifkinya capek!” aku
menatap orang yang bicara barusan dan hampir saja membuat mataku keluar.
No comments:
Post a Comment