blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Sunday 13 December 2015

Stay In For Me Chapter 11



Title    : Stay In For Me(Tetap di dalam untuk ku)
Genre  : School, Romance, Family
Author : Hittori Yudo
Chapter: 11
Seorang Ayah
            Sesuatu yang hangat di pagi hari memang sangat pas, mengingat tempat in cukup dingin di pagi hari dan kurasa ini pertama kalinya aku bangun pada pukul 4 pagi, tidak lebih tepatnya aku terlalu cepat tidur tadi malam dan hasilnya aku bangun terlalu pagi.

            “Riki kau bangun cepat sekali?” ibu terlihat terkejut dengan piyama costum kesukaannya dia berjalan ke arah rak mengambil teh kemudian menyedunya.

            “Bu? Apa Ana itu Eri?” Ibu terhenti menyedu teh kemudian menatapku dengan wajah tidak enak.

            “Hmm, kau sudah tahu. Lalu?” ibu balik bertanya, membuatku tidak mengerti dengan ucapannya.

            “Ehmm…Dia tunanganku ?” kali ini aku mengucapkannya dengan sedikit gugup membuat Ibu menghela nafas panjang.

            “Itu harapan kami dan kurasa Eri hanya ingin mengabulkan permintaan ibunya!” aku sedikit bingung dengan ucapan Ibu membuatnya kembali tersenyum.

            “Itu sudah berlangsung setahun lalu, kau ingat Ayahmu meninggal dalam perjalanan kan ?” aku sebenarnya tidak begitu menyukai cerita mengenai ayah mengingat caranya meninggal membuatku sedikit marah.

            “Dia meinggal dengan seorang perempuan saat perjalanan pulang kan, tepat 2 tahun lalu!” Ibu tersenyum, senyum itu terlihat perih. Memang itu hanya perjalanan bisnis ayah bersama sekertarisnya jadi sedikit banyak aku kenal dengan perempuan yang meninggal bersama ayah. Tapi karena itu banyak gossip beredar ayah meninggal bersama selingkuhannya.

            “Dia ibu Eri!” aku terdiam, berarti Eri juga marah dengan gossip yang beredar yang menyeret ibunya.

            “Ehm, tapi mereka hanya sebatas teman kerja ?” ucapanku membuat ibu menggelengkan kepala dengan sangat cepat, tapi masih terus mempertahankan senyumnya.

            “Mereka dijodohkan dari kecil, ibu tahu cerita itu sebanyak apapun ayahmu ingin menghindar dari perjodohan dengan teman masa kecilnya dia masih tidak bisa meninggalkannya!” tatapan ibu melembut, seperti seorang yang terlihat kehilangan tapi tatapan itu bahkan tidak pernah kulihat walau mayat ayah berada di depannya. Ibu masih mempertahankan senyum waktu itu.

            “Mereka bodoh ya, padahal mereka saling mencintai dan kenapa mereka tidak bersama saja. ayahmu adalah orang yang keras kepala dan kurasa ibu Eri juga sama, mereka sama – sama saling menyukai tapi terlalu egois untuk saling mengatakan!” ibu terduduk sepertinya campuran emosi yang tidak tertahankan membuatnya ingin menangis.

            “Kurasa bagian itu tidak benar bu!” Ibu menatapku dengan wajah kebingungan, dia terlihat tidak mengerti dengan perkataanku.

            “Bukannya ayah selalu mengatakan kalau ibu adalah orang yang paling dicintainya kalaupun dia menyukai teman masa kecilnya itu adalah masa lalu yang tidak bisa diubah, buktinya saja dia meninggal masih dengan status sebagai suami ibu, walaupun kejadian itu tidak mengenakan!” yah aku tidak tahu secara pasti bagaimana ayah dikantor dan bagaimana ibu Eri mengingat ayah berteman baik dengan ayah Eri dan bisa dikatakan akrab, tidak mungkin ayah menghinati itu, karena itu bukan ayah yang kukenal.

            “Ehm ibu tahu itu, tidak perlu kau ingatkan!” ibu terlihat kesal dengan ucapanku, sepertinya dia sudah mulai pulih dari emosi yang tidak bisa di tahan itu.

            “Tapi ibu seperti orang yang patah hati, bukannya ibu suka kerutan dahi ayah?” wajah ibu memerah saat aku mengingatkan itu, sepertinya pada pagi hari ibu terlihat rapuh dan sensitif.

            “Kalau begitu aku mandi dulu, Bu!” ibu mengangguk membuatku segera berdiri dan berjalan ke arah lorong. Aku menemukan Eri yang terlihat sedang berusaha menopang kakinya, sepertinya gadis yang tidak punya sopan santun ini menguping.

            “Kau mendengar?”

            “Aku tidak mendengar apapun?”

            “Aku tahu kau mendengar, sampai kakimu tidak bisa berdiri karena terkejut!” dia menatapku dengan wajah yang terlihat sedikit kesal, kemudian dia berbalik kini berjalan mendekat ke arahku.

            “Apa kau tahu apa yang kupikiran tentang ibuku selama ini?” aku menggelengkan kepala membuat Eri tersenyu masam.

            “Dia mengkhinati ayah!” ucapnya tajam walaupun tidak ada yang bisa memastikan perasaan mereka secara langsung, aku tahu itu tidak mungkin terjadi.

            “Mereka hanya teman kerja dan kebetulan mati bersama? Apa aku salah!” itu memang kesimpulanku dari dulu tapi gossip sialan itu selalu membuatku kesal.

            “Itu bisa saja, tapi aku beranggapan sama dengan ibumu!”

            “Mereka saling menyukai?”

            “Iya! Kurasa itu yang seharusnya menjadi alat untuk membuktikan mereka-”

            “Persetan! Jika kau pikir orang yang saling mencintai bisa mengatakan ‘Tetap disini bersamaku’ itu tidak mudah. Mereka harus memikirkan orang yang terlalu menyukai mereka dalam belum lagi mereka sudah masuk dalam lingkaran keluarga! Cinta atau semacamnya itu tidak berarti lagi jika kau punya tanggung jawab!” Eri memucat membuatku merasa tidak enak, ini pertama kali aku membentaknya karena marah.

            “Aku minta maaf!”  kuharap gadis ini benar – benar mengerti tidak ada kenyataan yang seindah novel romance.

            “Kau seharusnya minta maaf pada ibumu, aku hanya menyampaikan pendapat!” aku ingin segera tapi Eri menarikku.
            Dia memanggang dadanya dengan wajah terlihat serius saat aku menatap matanya, seolah gadis ingin ingin mengatakan sesuatu.

            “Stay In for Me!” seolah mengatakan pada hatinya dia tersenyum padaku, senyum yang membuatku tidak paham.

2 comments: