Title : Stay In For Me(Tetap di
dalam untuk ku)
Genre : School, Romance, Family
Author : Hittori Yudo
Chapter: 11
Seorang Ayah
Sesuatu yang hangat di pagi hari
memang sangat pas, mengingat tempat in cukup dingin di pagi hari dan kurasa ini
pertama kalinya aku bangun pada pukul 4 pagi, tidak lebih tepatnya aku terlalu
cepat tidur tadi malam dan hasilnya aku bangun terlalu pagi.
“Riki kau bangun cepat sekali?” ibu
terlihat terkejut dengan piyama costum kesukaannya dia berjalan ke arah rak
mengambil teh kemudian menyedunya.
“Bu? Apa Ana itu Eri?” Ibu terhenti
menyedu teh kemudian menatapku dengan wajah tidak enak.
“Hmm, kau sudah tahu. Lalu?” ibu
balik bertanya, membuatku tidak mengerti dengan ucapannya.
“Ehmm…Dia tunanganku ?” kali ini aku
mengucapkannya dengan sedikit gugup membuat Ibu menghela nafas panjang.
“Itu harapan kami dan kurasa Eri
hanya ingin mengabulkan permintaan ibunya!” aku sedikit bingung dengan ucapan
Ibu membuatnya kembali tersenyum.
“Itu sudah berlangsung setahun lalu,
kau ingat Ayahmu meninggal dalam perjalanan kan ?” aku sebenarnya tidak begitu
menyukai cerita mengenai ayah mengingat caranya meninggal membuatku sedikit
marah.
“Dia meinggal dengan seorang
perempuan saat perjalanan pulang kan, tepat 2 tahun lalu!” Ibu tersenyum,
senyum itu terlihat perih. Memang itu hanya perjalanan bisnis ayah bersama
sekertarisnya jadi sedikit banyak aku kenal dengan perempuan yang meninggal
bersama ayah. Tapi karena itu banyak gossip beredar ayah meninggal bersama
selingkuhannya.
“Dia ibu Eri!” aku terdiam, berarti
Eri juga marah dengan gossip yang beredar yang menyeret ibunya.
“Ehm, tapi mereka hanya sebatas
teman kerja ?” ucapanku membuat ibu menggelengkan kepala dengan sangat cepat,
tapi masih terus mempertahankan senyumnya.
“Mereka dijodohkan dari kecil, ibu
tahu cerita itu sebanyak apapun ayahmu ingin menghindar dari perjodohan dengan
teman masa kecilnya dia masih tidak bisa meninggalkannya!” tatapan ibu
melembut, seperti seorang yang terlihat kehilangan tapi tatapan itu bahkan
tidak pernah kulihat walau mayat ayah berada di depannya. Ibu masih
mempertahankan senyum waktu itu.
“Mereka bodoh ya, padahal mereka
saling mencintai dan kenapa mereka tidak bersama saja. ayahmu adalah orang yang
keras kepala dan kurasa ibu Eri juga sama, mereka sama – sama saling menyukai
tapi terlalu egois untuk saling mengatakan!” ibu terduduk sepertinya campuran
emosi yang tidak tertahankan membuatnya ingin menangis.
“Kurasa bagian itu tidak benar bu!”
Ibu menatapku dengan wajah kebingungan, dia terlihat tidak mengerti dengan
perkataanku.
“Bukannya ayah selalu mengatakan
kalau ibu adalah orang yang paling dicintainya kalaupun dia menyukai teman masa
kecilnya itu adalah masa lalu yang tidak bisa diubah, buktinya saja dia
meninggal masih dengan status sebagai suami ibu, walaupun kejadian itu tidak
mengenakan!” yah aku tidak tahu secara pasti bagaimana ayah dikantor dan
bagaimana ibu Eri mengingat ayah berteman baik dengan ayah Eri dan bisa
dikatakan akrab, tidak mungkin ayah menghinati itu, karena itu bukan ayah yang
kukenal.
“Ehm ibu tahu itu, tidak perlu kau
ingatkan!” ibu terlihat kesal dengan ucapanku, sepertinya dia sudah mulai pulih
dari emosi yang tidak bisa di tahan itu.
“Tapi ibu seperti orang yang patah
hati, bukannya ibu suka kerutan dahi ayah?” wajah ibu memerah saat aku
mengingatkan itu, sepertinya pada pagi hari ibu terlihat rapuh dan sensitif.
“Kalau begitu aku mandi dulu, Bu!”
ibu mengangguk membuatku segera berdiri dan berjalan ke arah lorong. Aku
menemukan Eri yang terlihat sedang berusaha menopang kakinya, sepertinya gadis
yang tidak punya sopan santun ini menguping.
“Kau mendengar?”
“Aku tidak mendengar apapun?”
“Aku tahu kau mendengar, sampai
kakimu tidak bisa berdiri karena terkejut!” dia menatapku dengan wajah yang
terlihat sedikit kesal, kemudian dia berbalik kini berjalan mendekat ke arahku.
“Apa kau tahu apa yang kupikiran
tentang ibuku selama ini?” aku menggelengkan kepala membuat Eri tersenyu masam.
“Dia mengkhinati ayah!” ucapnya
tajam walaupun tidak ada yang bisa memastikan perasaan mereka secara langsung,
aku tahu itu tidak mungkin terjadi.
“Mereka hanya teman kerja dan
kebetulan mati bersama? Apa aku salah!” itu memang kesimpulanku dari dulu tapi
gossip sialan itu selalu membuatku kesal.
“Itu bisa saja, tapi aku beranggapan
sama dengan ibumu!”
“Mereka saling menyukai?”
“Iya! Kurasa itu yang seharusnya
menjadi alat untuk membuktikan mereka-”
“Persetan! Jika kau pikir orang yang
saling mencintai bisa mengatakan ‘Tetap disini bersamaku’ itu tidak mudah.
Mereka harus memikirkan orang yang terlalu menyukai mereka dalam belum lagi
mereka sudah masuk dalam lingkaran keluarga! Cinta atau semacamnya itu tidak
berarti lagi jika kau punya tanggung jawab!” Eri memucat membuatku merasa tidak
enak, ini pertama kali aku membentaknya karena marah.
“Aku minta maaf!” kuharap gadis ini benar – benar mengerti
tidak ada kenyataan yang seindah novel romance.
“Kau seharusnya minta maaf pada
ibumu, aku hanya menyampaikan pendapat!” aku ingin segera tapi Eri menarikku.
Dia memanggang dadanya dengan wajah
terlihat serius saat aku menatap matanya, seolah gadis ingin ingin mengatakan
sesuatu.
“Stay In for Me!” seolah mengatakan
pada hatinya dia tersenyum padaku, senyum yang membuatku tidak paham.
Sugoi , imajinasi sendiri ya ?
ReplyDeleteiya hehe
Delete