blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Thursday, 5 November 2015

Stay In For Me Chapter 7



Title    : Stay In For Me(Tetap di dalam untuk ku)
Genre  : School, Romance, Family
Author : Hittori Yudo
Chapter: 07
Terus menganggu
            Walaupun bagian yang itu terlihat penting, tapi kau tidak bisa mendapatkannya, sesuatu yang penting itu. Seperti memakan buah yang lezat tapi tidak bisa kau cerna dengan baik atau seperti mendapatkan box harta karun yang kuncinya menghilang.

            Eri terlihat memperhatikanku dari seberang bangku, aku tidak membalas tatapan itu tapi aku merasa gadis ini sedikit mengesalkan sekarang. Walaupun konsentrasi pada bacaan ini membuatku terganggu, aku masih terus membaca hingga Eri menghampiri.

            “Kau selalu sibuk!” dia mulai, satu hal yang paling kubenci saat dia mulai mengatakan hal yang tidak penting, yang nantinya akan membuat kehebohan.

            “Akh, kau bisa lihat masih banyak hal yang membuatku sibuk!” Dia tersenyum sinis kemudian menarik bukuku.

            “Bukannya kau bisa lakukan ini dirumah, jadi bantu aku untuk mencari sesuatu yang menarik!” jam kosong ketiga da ri pelajaran matematika memang membuat bosan dan kurasa itu berlaku pada Eri.

            “Carilah teman dan mengobrol, hal itu tidak sulit!” dia merengut dan aku bisa memastikan dia sedang dalam mode yang tidak menyenangkan sekarang.

            “Kita keluar cari udara segar!” tanpa aba –aba Eri menarik tanganku keluar dari kelas, au berusaha terlihat memelas dihadapan teman sekelas tapi hal bodoh ap yang kudapatkan mereka malah memberikan gerakan seolah menyuruhku untuk semangat.

            “BUKK!!!” suara tabrakan, aku segera mengintip orang yang ditabrak oleh Eri dan sial, kenapa dari banyak orang harus dia yang ditabrak.

            “Kau tidak apa – apa, maafkan aku!” Eri segera mencoba memberikan bantuan, tapi Diana segera menepis tangan itu dengan wajah kesal. Mereka akan bertengkar karena masalah ini.

            “Apa maksudmu, kau sengaja!” Diana berdiri dan kini sudah berkacang pinggang, seharusnya kau jangan cari masalah dengan dia Eri.

            “Aku tidak sengaja, maaf!” Eri terlihat sopan dan tampakanya Diana tidak berkutik, kurasa dia berusaha memancing kemarahan Eri tapi jika dia meneruskannya sekarang dia akan menjadi antagonis disini.

            “Hmft!!” Diana segera pergi dari hadapan kami membuatku segera menghela nafas, kukira Eri akan terpancing.

            “Dasar wanita lemah!” apa, apa yang dikatakan Eri tadi.

            “Kau bilang apa?” ucap Diana kini mulai mendekat, apa yang terjadi disini. Bukannya tadi Diana meminta maaf.

            “Maaf, aku hanya kecepelosan!” kenapa dengan si bodoh ini, apa dia tidak mengerti dengan masalah ini.

            “K- kau!” aku bisa melihat api kemarahan dari wajah Diana, gadis ini mungkin akan menyerang Eri saat ini.

            “Diana sudah, tidak ada yang perlu dibahas!” suaraku membuat Diana kembali diam, gadis ini segera berjalan dengan wajah kesal.

            “Wow, Riki kau punya charisma!” mata Eri berbinar menatapku seolah aku memiliki sesuatu yang istimewa.

            “Kau juga, jangan cari masalah!” ucapku membuat wajah Eri kembali cemberut, aku tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh gadis ini.

            “Aku tidak salah, ahh iya jalan – jalan!” seakan mengingat hal yang penting, Eri mulai menarikku lagi. Itu akan menjadi bencana jika dia terus menarikku kesana kemari.

            “Ini sekolah, kau tidak bisa berlaku seenak!” ucapku membuat Eri merengut kesal, mungkin dia merasa bosan di dalam kelas. Tapi ketemu kepala sekolah atau guru piket akan lebih berbahaya lagi nantinya.

            “Ok!” Eri menyerah dan kini mulai masuk lagi ke dalam kelas, bersama dengan itu tatapan dari orang –orang sekalas seolah ingin menggilingku hidup – hidup.

            Eri brengsek, dia sudah berhasil mencuri hati teman – teman sekelasku, kalau begini. Aku hanya akan dianggap sebagai pembuat masalah dan sejak kapan mereka mulai menatapku seperti itu.

            Aku berjalan kembali ke tempat duduk untuk segera memulai runtinitasku setidaknya aku bisa menenggelamkan pikiranku sekarang. Tapi belum beberapa menit aku membaca buku, Eri sudah duduk di depan mejaku.

            “Apa yang kau lakukan lagi?”

            “Tidak ada!”

            “Bisakah kau berhenti!”

            “Behenti?”

            “Berhenti untuk mengangguku, masih banyak orang yang ada di dalam kelas ini yang pantas untuk kau ganggu!” Eri mengedarkan pandangnya keseluruh kelas mengikuti saranku, tapi beberapa menit kemudian wajahnya kembali menatapku.

            “Kau yang lebih menarik, tidak ada lagi orang yang membaca buku dikelas!” jadi matanya berusaha mengobservasi seberapa banyak orang yang mirip denganku, bukannya itu sama saja dia mencari orang yang sama.

            “Kau menyebalkan!”  

            “Mereka bilang aku cantik!”

            “Dari mana datang keyakinan kotor itu!” Eri terkekeh kemudian dia mulai berdiri dihadapanku wajahnya beberapa centi sekarang.

            “Aku ingin kau tahu-” suara terpotong dengan senyumnya setelah itu, aku tidak mengerti apa yang di inginkan gadis ini.

            “Ingin?”

            “Apa kau yakin ingin mendengarnya disini!” aku segera menggelengkan kepala, sejak kapan Eri berbuah menjadi pemberani seperti ini, tunggu dulu sejak awal gadis ini memang tidak tahu malu.

            “Ehm, yakin!” aku mengangguk, kata –kata dari perempuan ini adalah racun, walaupun aku kebal orang –orang yang ada disini tidak memili antibody dengan racun yang akan dikeluarkan Eri.

            “Aku yakin Riki sedang menghinaku, saat ini!” aku diam, itu bukanlah hal yang bisa kusangkal. Aku menghinanya dari tadi.

            “Baiklah apa mau! Kali ini katakan!” dia kemudian melirik ke arah samping dengan wajah menghela nafas.

            “Riki?” kenapa Diana ada disini dan apa – apaan tatapan membunuh itu, aku bukan suaminya yang sedang selingkuhkan dan dari mana aku dapat analogi gila tadi.

            “Aku kembali untuk memastikan sesuatu!” itulah perkataan dari Diana membuat Eri seakan tersenyum lebar. 2 orang ini memang benar – benar gila.

No comments:

Post a Comment