Title : Stay In For Me(Tetap di
dalam untuk ku)
Genre : School, Romance, Family
Author : Hittori Yudo
Chapter: 07
Terus menganggu
Walaupun bagian yang itu terlihat penting,
tapi kau tidak bisa mendapatkannya, sesuatu yang penting itu. Seperti memakan
buah yang lezat tapi tidak bisa kau cerna dengan baik atau seperti mendapatkan
box harta karun yang kuncinya menghilang.
Eri terlihat memperhatikanku dari
seberang bangku, aku tidak membalas tatapan itu tapi aku merasa gadis ini
sedikit mengesalkan sekarang. Walaupun konsentrasi pada bacaan ini membuatku
terganggu, aku masih terus membaca hingga Eri menghampiri.
“Kau selalu sibuk!” dia mulai, satu
hal yang paling kubenci saat dia mulai mengatakan hal yang tidak penting, yang
nantinya akan membuat kehebohan.
“Akh, kau bisa lihat masih banyak
hal yang membuatku sibuk!” Dia tersenyum sinis kemudian menarik bukuku.
“Bukannya kau bisa lakukan ini
dirumah, jadi bantu aku untuk mencari sesuatu yang menarik!” jam kosong ketiga
da ri pelajaran matematika memang membuat bosan dan kurasa itu berlaku pada
Eri.
“Carilah teman dan mengobrol, hal
itu tidak sulit!” dia merengut dan aku bisa memastikan dia sedang dalam mode
yang tidak menyenangkan sekarang.
“Kita keluar cari udara segar!”
tanpa aba –aba Eri menarik tanganku keluar dari kelas, au berusaha terlihat
memelas dihadapan teman sekelas tapi hal bodoh ap yang kudapatkan mereka malah
memberikan gerakan seolah menyuruhku untuk semangat.
“BUKK!!!” suara tabrakan, aku segera
mengintip orang yang ditabrak oleh Eri dan sial, kenapa dari banyak orang harus
dia yang ditabrak.
“Kau tidak apa – apa, maafkan aku!”
Eri segera mencoba memberikan bantuan, tapi Diana segera menepis tangan itu
dengan wajah kesal. Mereka akan bertengkar karena masalah ini.
“Apa maksudmu, kau sengaja!” Diana
berdiri dan kini sudah berkacang pinggang, seharusnya kau jangan cari masalah
dengan dia Eri.
“Aku tidak sengaja, maaf!” Eri
terlihat sopan dan tampakanya Diana tidak berkutik, kurasa dia berusaha
memancing kemarahan Eri tapi jika dia meneruskannya sekarang dia akan menjadi
antagonis disini.
“Hmft!!” Diana segera pergi dari
hadapan kami membuatku segera menghela nafas, kukira Eri akan terpancing.
“Dasar wanita lemah!” apa, apa yang
dikatakan Eri tadi.
“Kau bilang apa?” ucap Diana kini
mulai mendekat, apa yang terjadi disini. Bukannya tadi Diana meminta maaf.
“Maaf, aku hanya kecepelosan!”
kenapa dengan si bodoh ini, apa dia tidak mengerti dengan masalah ini.
“K- kau!” aku bisa melihat api
kemarahan dari wajah Diana, gadis ini mungkin akan menyerang Eri saat ini.
“Diana sudah, tidak ada yang perlu
dibahas!” suaraku membuat Diana kembali diam, gadis ini segera berjalan dengan
wajah kesal.
“Wow, Riki kau punya charisma!” mata
Eri berbinar menatapku seolah aku memiliki sesuatu yang istimewa.
“Kau juga, jangan cari masalah!”
ucapku membuat wajah Eri kembali cemberut, aku tidak mengerti apa yang
dipikirkan oleh gadis ini.
“Aku tidak salah, ahh iya jalan –
jalan!” seakan mengingat hal yang penting, Eri mulai menarikku lagi. Itu akan
menjadi bencana jika dia terus menarikku kesana kemari.
“Ini sekolah, kau tidak bisa berlaku
seenak!” ucapku membuat Eri merengut kesal, mungkin dia merasa bosan di dalam
kelas. Tapi ketemu kepala sekolah atau guru piket akan lebih berbahaya lagi
nantinya.
“Ok!” Eri menyerah dan kini mulai
masuk lagi ke dalam kelas, bersama dengan itu tatapan dari orang –orang sekalas
seolah ingin menggilingku hidup – hidup.
Eri brengsek, dia sudah berhasil
mencuri hati teman – teman sekelasku, kalau begini. Aku hanya akan dianggap
sebagai pembuat masalah dan sejak kapan mereka mulai menatapku seperti itu.
Aku berjalan kembali ke tempat duduk
untuk segera memulai runtinitasku setidaknya aku bisa menenggelamkan pikiranku
sekarang. Tapi belum beberapa menit aku membaca buku, Eri sudah duduk di depan
mejaku.
“Apa yang kau lakukan lagi?”
“Tidak ada!”
“Bisakah kau berhenti!”
“Behenti?”
“Berhenti untuk mengangguku, masih
banyak orang yang ada di dalam kelas ini yang pantas untuk kau ganggu!” Eri
mengedarkan pandangnya keseluruh kelas mengikuti saranku, tapi beberapa menit
kemudian wajahnya kembali menatapku.
“Kau yang lebih menarik, tidak ada
lagi orang yang membaca buku dikelas!” jadi matanya berusaha mengobservasi
seberapa banyak orang yang mirip denganku, bukannya itu sama saja dia mencari
orang yang sama.
“Kau menyebalkan!”
“Mereka bilang aku cantik!”
“Dari mana datang keyakinan kotor
itu!” Eri terkekeh kemudian dia mulai berdiri dihadapanku wajahnya beberapa
centi sekarang.
“Aku ingin kau tahu-” suara
terpotong dengan senyumnya setelah itu, aku tidak mengerti apa yang di inginkan
gadis ini.
“Ingin?”
“Apa kau yakin ingin mendengarnya
disini!” aku segera menggelengkan kepala, sejak kapan Eri berbuah menjadi
pemberani seperti ini, tunggu dulu sejak awal gadis ini memang tidak tahu malu.
“Ehm, yakin!” aku mengangguk, kata
–kata dari perempuan ini adalah racun, walaupun aku kebal orang –orang yang ada
disini tidak memili antibody dengan racun yang akan dikeluarkan Eri.
“Aku yakin Riki sedang menghinaku,
saat ini!” aku diam, itu bukanlah hal yang bisa kusangkal. Aku menghinanya dari
tadi.
“Baiklah apa mau! Kali ini katakan!”
dia kemudian melirik ke arah samping dengan wajah menghela nafas.
“Riki?” kenapa Diana ada disini dan
apa – apaan tatapan membunuh itu, aku bukan suaminya yang sedang selingkuhkan
dan dari mana aku dapat analogi gila tadi.
“Aku kembali untuk memastikan
sesuatu!” itulah perkataan dari Diana membuat Eri seakan tersenyum lebar. 2
orang ini memang benar – benar gila.
No comments:
Post a Comment