blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Friday 9 October 2015

Last Bab 10 Dan Dia Sendiri!

Title    : Last
Genre  : School, Humor, Family
Author : Hittori Yudo
Chapter: 10
Dan dia sendiri!
            Menatap para anak seni yang menghias panggung dengan berbagai pernak –pernik kemudian kembali lagi mengatur beberapa kebutuhan drama tidak membuat kak Fahmi lelah, dia masih saja mengawasiku yang mengatur vokal para pemain.

            “Kau lebih cocok sebagai assiten produksi dari pada penulis skanario!” suara kak Fahmi terlihat mengkhawatirkan, aku tidak tahu harus menjawab apa saat ini. Tapi sebagai seorang adik kelas aku hanya tersenyum mengangguk.

            “Kami akan segera fokus pada ujian setelah ini, tapi mungkin aku akan membuat video perpisahan nantinya!” suara kak Fahmi terdengar seperti gurauan, tapi aku tidak tahu hal apa yang membuatnya bergurau seperti itu.

            “Bukannya bagus, kurasa hasil video kakak akan cukup keren. Melihat pengaturan saat ini!” dia tersenyum mendengar ucapanku, kuharap aku tidak salah dengan apa yang ku katakan. Aku akan menyesal jika aku melakukan hal yang salah saat ini.

            “Tapi di kelas tiga tidak ada yang berbakat menulis sepertimu…” apakah dia memintaku mengurus sekanario film terakhir yang akan dibuatnya untuk seluruh anak kelas tiga kurasa hal itu tidak akan bijak.

            “Ahh, itu tidak mungkin kak! Semuaa orang memiliki porsi yang sama dalam hal bakat dan wadah!” aku tidak ingin masuk dalam percakapan menyebalkan ini lebih jauh, tapi yang terdengar kemudian tawa kak Fahmi.

            “Hiraki naskah yang bagus, kurasa itu akan sampai pada penonton. Tidak aku akan membuatnya sampai!” nada penuh keyakinan atau bisa di bilang naif, aku tidak tahu. Tapi yang jelas orang ini punya kemampuan untuk mewujudkan itu.

            “Hiraki, kami alat yang bernyawa!”

            “Apa maksudmu Elviana, kau tidak harus seperti ini! Katakan padaku apa yang mereka lakukan!”

            “Kami hanya ingin bebas, seperti udara yang beredar! kesetaran yang kumaksud, Far!”

            “Aku tidak mengerti, semua sama!”

            “Tidak kau tidak mengerti, apa yang kami rasakan berbeda!” itu adalah pembaca naskah yang bagus, dan Rika terlihat menjiwai semuanya. Bahkan kak Fahmi yang duduk di sebelahku hanya bisa tercengang.

            “Hirarki akan jadi sejarah, An!” kata – kata kak Fahmi yang aku anggap sebagai gurauan saja. Aku tidak akan peduli jika itu jadi sejarah atau tidak, tapi aku akan berusaha semuanya bisa mengerti dengan apa yang akan mereka lihat.

            “OK, semuanya kita akan berlatih lagi satu hari untuk besok! Jadi bereskan barang – barang kalian dan kita pulang!” suara kak Fahmi kini memecahkan keheningan setelah pembaca dan latihan gestur. Kami semua menghela nafas dan mulai membereskan barang – barang yang ada.

            “An, aku tidak tahu naskah ini sebagus ini!” suara orang yang tidak kukenal kini membuatku menoleh mendapati Kak Fira membuatku terdiam, biasanya dia selalu berbicara dengan nada sinis padaku.

            “Ehm terima kasih kak!” ucapku gugup, aku tidak mau perempuan yang satu ini membuat masalah saat orang – orang berkumpul sekarang.

            “Apa – apaan wajah ketakutan begitu, anggap saja aku jatuh cinta denganmu sekarang!” kata – kata itu memang terdengar seperti bercanda tapi seluruh ruang menjadi hening dan hanya terdengar kekehan kak Fira.

            “Ahha, terima kasih atas pujiannya kak!” suara ku mungkin terasa aneh saat ini, tapi situasi yang kualami bahkan jauh lebih aneh dari yang kuduga. Semua mata mangarhakan sorot matanya padaku, termasuk juga Rika yang terlihat meminta penjelasan.

            “Kalau begini kau melakukan kerja bagus aku tidak akan melakukan apapun padamu-“

            “Ok kak aku mau pulang!” ucapku segera bergegas berjalan lebih cepat, aku tidak mau menjadi tontonan seluruh orang sekarang.

            “An! Tunggu!” suara Rika yang terdengar kehabisan nafas kini berjalan ke arahku wajahnya yang terlihat penasaran kini menatapku ragu.

            “Apa?” ucapku membuat Rika menarik nafas dalam – dalam.

            “Kita pulang bareng ya!” aku mengangguk setuju membuat Rika kini berjalan berdampingan denganku. Dia tidak memberikan suara apapun bahkan untuk berusaha bertanya, wanita yang sulit dimengerti.

            “Apa kak Nia baik – baik saja?” suara Rika terdengar mencoba mengalihkan suasana yang tidak enak, aku kini meliriknya seklisa kemudian mengambil nafas dalam – dalam.

            “Aku benci caramu bersikap dan menyembunyikan semua yang kau mau!” setelah mengatakan itu aku mempercepat langkah dan tidak peduli Rika yang mulai memanggilku dengan kesal.

            “Aku benar – benar benci wanita seperti dia!” aku bergumam seperti itu hingga mencapai asrama dan masuk ke dalam kamar. Aku benar – benar benci wanita itu.

No comments:

Post a Comment