blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Sunday 11 October 2015

Stay In For Me Chapter 5

Title    : Stay In For Me(Tetap di dalam untuk ku)
Genre  : School, Romance, Family
Author : Hittori Yudo
Chapter: 05
Pertanyaan?
            “Hey?” itu adalah bunyi dari ganguan yang membuatku frustasi, belum genap 5 menit istirahat datang. Eri sudah datang padaku dengan sekotak makanan yang dibuatnya entah kapan, membuatku sedikit furstasi.

            “Drama dari cinta?”

            “Apa itu sindiran?” Eri tersenyum simpul karena merasa mendapat perhatian dariku sekarang, kurasa tujuan cewek ini sudah jelas dari awal aku melihatnya. Dia tidak mengingkan semua yang kulakukukan berjalan mulus.

            “Bukan sindiran, tapi aku mencium sesuatu yang bagus!” aku menghela nafas berat, Eei mengatakan itu seolah tahu apa terjadi apdaku saat ini. Gadis ini lebih mengerikan dari seorang paranormal.

            “Kau anjing gaib darimana? Kuharap hidungmu tidak membawa sesuatu yang buruk pada majikanmu!” Eri terlihat kesal, dia kini berlaih memadang buku yang ada di depanku, memang melihat buku pada jam istirahat bukan sesuatu yang luar biasa, tapi buku itu tampak terlihat lebih baik bagi Eri.

            “Ini buku tentang Manejemen Bisnis dan lihat semuanya bahasa jerman. Aku tidak tahu kau bisa baca ini!” apa aku harus mendapat sindiran tajam dari seorang anak kota, ini bahkan terasa menyebalkan saat mendengarnya.

            “Kau membuatku muak!” suaraku tadi membuat Eri menutup mulutnya rapat – rapat, tapi perempuan itu tampak tidak kehilangan minat pada diriku.

            “Bisakah kau pergi menccari teman atau sejenisnya, kau menganggukku!”

            “Aku tidak memiliki seseorang yang bisa diajak berbicara!”

            “Itu karena kau berada di sini!”

            “Memang ada hal yang salah aku berada di sini!”

            Aku tidak tahu Eri ini bodoh atau kurang pintar, tapi setidaknya membaca situasi adalah hal ynag umum dilaukan orang – orang yang berada di ibukota. Tidak mungkin aku mengatakan dengan terang – terangan bahwa teman sekelasku tidak bisa mendekat ke bangku karenaku.

            “Setidaknya buat mereka berbicara!” ini adalah kata – kata yang dapat membuat Eri mengerti dan berhasil, dia segera melihat ke kumpulan perempuan dan segera mendekat ke sana. Kuharap dia mendepatkan seorang teman.

            Bahkan masalah Diana membuatku tidak bisa konsentrasi setidaknya aku harus bisa konsentrasi dan segera membuat semuanya menjadi lebih mudah. Aku tidak ingin disusahkan dengan suasana Romantis dan hiperbola yang akan menimpaku.

            “Riki?” aku menatap Rama sudah berdiri di depan mejaku dengan wajah terlihat santai, semakin aku melihatnya, rasanya apa yang kulakukan adalah hal terburuk.

            “Iya, Ram?” aah pasti terdengar aneh saat aku menanggapi seperti itu, apakah suaraku terdengar gugup atau biasa – biasa saja.

            “Apa kau sibuk?” aku menggeleng dengan cepat, membuat Rama memutab bangku di hadapanku kini mengarah pada mejaku.

            “Dia gadis yang cepat terkenal!” Rama kini mengalihkan pandangnnya pada Eri yang terlihat sudah berceloteh tanpa henti, gadis itu memang hobi berbicara kurasa tidak berlebihan dia sangat cocok dengan ibu.

            “Soal Diana waktu itu, aku minta maaf. Kalian harus berakhir karenaku!” Rama masih diam, dia hanya menanggapiku dengan senyuman sementara aku merasa menjadi orang terburuk lagi.

            “Aku berharap kalian jadiaan, tapi melihatmu masih memikirkanku. Aku rasa, aku sedikit senang!” aku tidak mungkin jadiaan dengan perempuan seperti itu Ram dan lagi apa yang harus kukatakan saat mendengar itu darimu.

            “Aku tidak memiki perasaan istimewa, itu akan menyakitkan jika kami jadiaan!” ucapku membuat Rama kini diam, dia kemudian melirik beberapa bangku yang terlihat sedang melihat kami berdua.

            “Aku rasa kehadiranku menjadi tontonan gratis, kuharap nanti kita bisa bicara lagi!” ucapnya kini beranjak pergi, sudahlah kurasa aku sudah mengatakan apa yang ingin kukatakan untuk saat ini.

            “Kau bilang kau Sibuk!” aku melirik Eri yang sudah menghampiriku lagi.

            “Tentu saja!”

            “Tapi kau masih punya waktu untuk ngomong dengan pria tampan tadi!”

            “Itu bagian dari sibuknya!”

            “Aku tidak menyangka kau begitu dingin dengan teman serumahmu!” seperti sebuah bom yang jatuh pada ketinggian ratusan meter seluruh kelas menjadi riuh. Eri bodoh kenapa otaknya hanya berisi kecemburuan dan hal - hal yang serupa, bisakah dia memilih beberapa kata yang tidak menyusahkanku.

No comments:

Post a Comment