blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Wednesday, 7 October 2015

Borneo Dimension Chapter 1



Title    : Borneo Dimension
Genre  : Adventure,dimension,monster
Author : Hittori Yudo 
Chapter: 01

Dimensi Berbeda
Di dunia ini secara tidak sadar sebuah komunitas yang berasal dari berbagai macam Negara berhasil menciptakan sebuah alat yang dapat mengirim orang ke dimensi berbeda secara acak. Sampai saat ini tidak ada orang yang dapat berpindah di mensi atau kembali lagi ke tempatnya berasal setelah dipindahkan.


Ada ketidak cocokan teori para ilmuan yang membuat mereka seara tidak sengaja dapat mengirim orang tertentu menuju dunia lain. Tapi tidak alat yang dapat memonitor tujuan mereka, hal ini dapat di samakan dengan mati tapi beberapa Negara berpikir bijak dengan penemuan ini.

Mereka mengirim orang –orang bersalah sebagai bahan eksperiemen. Orang –orang yang mendapat status hukuman mati dapat dikirim ke dimensi lain dengan dalil penebusan dosa untuk kepentingan duni, mereka tidak tahu kalau mereka tidak bisa kembali lagi kedunianya.

Dan prolog cerita itu pun berakhir di sini.
 

Matanya berngejap beberapa kali mendapati ruangan yang terlihat rapi dan agak gelap Rihana mendesah, dia harus memikirkan cara untuk mati setelah ini. Mungkin dia sudah diperkosa atau dilecahkan saat tidur jadi Rihana tidak sedikitpun melirik tubuhnya dan memandang jijik ke arah langit.

“Oh nona, anda sudah bangun!”

Rihana menatap sebaris perempuan yang terlihat menungguinya ada 4 orang wanita di sana membuat sedikit terkejut.

“Tuan Penguasa membawa anda ke sini dan dia berpesan bahwa anda tidak akan menjadi budak karena dia sudah banyak memiliki wanita yang cantik!”

“Dia pikir aku tidak cantik!”

Rihana bangkit dari tidurnya, rambutnya yang kemerahan serta matanya yang tajam melirik para pelayan dengan pandangan kesal. Bibirnya yang tipis kini mengerucut, gadis ini langsung mencoba untuk pergi dari sisi ranjang tapi tanganya terasa terikat.

“Ini apa?”

“Itu tali nona!”

“aku tau ini tali, ini maksudnya apa?”

Tangan kiri Rihana seakan menempel pada sisi ranjang membuat gadis ini semakin kesal dengan apa yang terjadi saat ini.

“Tuan bilang bila tidak melakukan ini, nona akan bunuh diri dan tuan akan segera kesini!”

Rihana mendesah sambil terus menunggu dia memperhatikan sekeliling yang ada di sini, seakan mengingat sesuatu dia mendecak kesal, seperti yang dikatakan pelayan tadi pastinya pria yang ditemuinya waktu itu adalah penguasa yang dimasuk.

“Ini kota apa?”


“Barito, nona!”

“Hari ini tanggal berapa?”

“Tanggal 12 Bulan ke 4 dari periode matahari!”

Rihana mengangguk mendengar perkataan dari pelayan tadi, dia dapat menebak dengan pasti kalau dia sudah tertidur 2 hari setelah melewati kota terakhir. Kota ini memang menjadi tempat yang dinginkannya karena dikatakan tempat ini tidak memperlakukan manusia seperti budak. Tapi tujuan utamanya untuk berada di daerah banjar dan kembali pulang ke tempat asalnya.

“Kau sudah bangun gadis manja?”

Seorang laki – laki berjubah merah dengan pakaian besi seakan membuatnya sedikit mengriyit bingung, dia dapat tahu dengan pasti orang yang berada di depannya umurnya sekitar 17 tidak jika menebak garis wajahnya mungkin 16.

“Terpesona?”

“Tidak, terimakasih untuk lelucon gak mutu, sekarang bebas kan aku!”

“Hey kita perlu bicara, kalau tidak kau akan melempar dirimu ke tempat monster seperti waktu itu!”

“Aku tidak melempar diri, tujuaanku adalah ke kerajaan Banjar!”

Lelaki ini mengriyit bingung dia menatap beberapa kali wajah perempuan ini dengan pandangan seksama.

“Mungkin kah, kau terpidana?”

“Bukan!! Aku tidak bersal-”

Menyadari orang ini mengetahui tentang dirinya membuat Rihana tersenyum lebar.

“Kau manusia lain juga? Ada manusia lain disini!”

Teriakan Girang dari Rihana membuat Lelaki ini geleng – geleng kepala, dia kemudian memerintahkan pelayan untuk melepaskan ikatannya kemudian membawa Rihana ke ujung kamarnya dimana bangku – bangku dari kayu sudah tersedia.

“Perkenalkan namaku Vin penguasa dari Barito, kau?”

“Rihana, aku harus cepat, bila tidak kita akan terlembat!”

“Aku tidak ke sana, karena tempat itu sudah penuh dengan monster!”

“Apa maksudmu, bukannya pengelana dimensi datang untuk menjemput kita karena kebebasan bersyarat telah diberlakukan?”

“Tidak ada yang bisa kembali ke dunia yang dulu percayalah!”

“Kau bohong, waktu itu mereka bilang bisa kembali!”

“Pernahkah kau mendengar kabar orang yang mendata keberadaanmu atau memberikan peralataan agar mereka bisa mengawasimu?”

“Tentu saja tidak!”

“Lalu dari mana kau tahu semua kembali dengan gossip kerajaan banjar dapat melakukannya!”

“Teman – temanku bilang kalau-“

“Itu gossip yang dilakukan kerajaan Banjar lakukan untuk mengumpulkan pasukan melawan monster!”

“Mana mungkin, kau akan pergi!”

“Silahkan!”

Rihana kini mencoba untuk melangkah pergi tapi melihat Vin tidak mencegahnya dia membalikan badanya.

“Kenapa kau seyakin itu?”

“Hmmm!!! Kenapa kau ingin tahu?”

“Aku hanya penasaran, tapi kau cukup aneh untuk orang yang berasal dari dunia lain bahkan kau seperti orang pribumi!”

“Aku Vin, penguasa Barito tentu saja aku seperti pribumi!”


“Dan baru kali ini aku melihat penguasa seorang dari dunia lain!”

“Karena tidak ada yang memanfaatkan otak mereka!”

“Tok…tok…tok…tok!!” suara ketukan pintu membuat Rihana terdiam dia tidak membalas perkataan Vin dan kini matanya mengarah pada pintu.

“Masuk!”

Seorang lelaki tua masuk dengan menggem sebuah kertas catatan, dia terlihat gusar membuat Rihana sedikit penasaran.

“Tuan! kerjaan Banjar meminta 10.000 pasukan anda untuk bertempur dan putranya sendiri yang mengantarkan pesan!”

“Suruh dia masuk!”

Setelah mengatakan itu Lelaki tua ini segera pergi tapi tatapan matanya menatap Rihana dengan garang sebelum meninggalkan pintu.

“Seseorang akan datang, kau duduklah di sini!”

Rihana yang tidak mengerti dengan ucapan dari Vin hanya bisa mematuhi kemudian segera duduk di sisi kursi paling ujung.

“Tuan dari Barito, ini termasuk daerah kekuasaanku kenapa aku harus meminta izin darimu untuk membawa pasukan?”

Pria ini berumur 20 tahun pengeran dari kerajaan Banjar, matanya berwarna biru gelap dengan kulit yang berwarna sawo matang dia menyeret beberapa budak di belakangnya menggunakan rantai. Untuk pertama kalinya Rihana merasa marah.

“Terima kasih untuk ke datangan anda sendiri pangeran Gamir, tapi di tempat kami tidak diperbolehkan perbudakan. Saya bisa saja memenganggal kepala anda di sini kemudian menguburkan anda beserta pesuruh anda!”

Suara itu terkesan lembut tapi membuat orang bernama Gamir ini segera melepaskan rantainya dengan wajah acuh. Dia terlihat geram dan kini duduk di hadapan Vin tanpa memperdulikan sosok Rihana.

“Kau bisa mengambil para budak tidak becus itu! Dan aku kesini atas perintah ayah untuk meminjam pasukanmu!”

Vin tersenyum simpul sorot matanya terlihat cukup menikmati suasana ini. Berbeda dengan Rihana yang kini menatap kasian kepada para budak yang dibawa. Mereka memang terlihat cantik dan sebagian berasal dari ras berbeda dari manusia membuatnya semakin tidak mengerti dengan kerajaan banjar.

“Atas kemurahan hati anda, saya meminjamkan pasukan sebanyak 8.000 dengan uang sekitar 5 juta koin emas. Tentu saja itu bukan apa – apa bagi kerajaan kan?”

“Kau gila, kau hanya bangsawaan rendahan kenapa kau memeras kami sebanyak itu!”

“Tuan yang terhormat, Daerah barito adalah titik terakhir penghalau monster untuk masuk dari derah selatan. Bukannya anda berpikir kalau kami memberontak sekarang merupakan jalan terbaik, karena pada akhirnya kita tidak pernah sepaham!”

Gamir tidak bisa membantah dengan apa yang dikatakan oleh Vin, walaupun mereka berada dalam satu daerah kerajaan. Daerah Vin merupakan titik yang sangat rawan. Membiarkan kehilangan pasukan sebanyak 10.000 bisa membuat kerajaan akan di serang.

“Oh tentu saja itu sudah dipotong dengan harga budak di sana!”
Gamir semakin tidak terima, dia menghentak sesuatu ke atas meja membuat Vin hanya bisa tersenyum puas.

“Surat aset, baiklah jika itu kurang dari 5 juta koin emas aku akan memeritahkan mereka untuk memberontak esok lusa!”

Gamir hanya terpaku, seperti yang dingatkan ayahnya dia harus berhasil membawa pasukan yang ada jika tidak. Kemungkinan besar kerajaan akan terkena imbasnya dan itu membahayakan posisinya sebagai putra mahkota.

“Ayah bilang untuk segera datang ke kerajaan saat mendapat berita kemenangan. Dia ingin merayakan denganmu!”

“Terima kasih tuan nanti saya pikirkan!”

Gamir segera melangkah pergi, dia sedikit menoleh pada para budak kemudian menghentikan langkahnya.

“Kenapa kau mengingkan sesuatu yang bekas?”

“Tidak tuan anda salah paham, saya ingin menghadiahkan sesuatu pada orang yang berada di samping saya. Sepertinya dia menyukai orang – orang yang di bawa tuan pangeran!”

Tatapan Gamir kini menatap Rihana untuk pertama kalinya dia ingin tertawa melihat seorang gadis tapi melihat perilakuan Vin yang dikenal pelit memberikan seorang budak bukan merupakan ciri dirinya. Vin adalah orang egois yang tidak segan – segan berkata kasar walaupun merugikan dirinya, orang yang mampu berdiri diatas pendapatnya melawan raja.

Tentu saja terpikat dengan gadis yang terlihat seperti gembel merupakan suatu yang lucu. Bahkan dia merasa budak – budaknya jauh lebih cantik dari gadis yang duduk di samping Vin. Sambil menahan perutnya kini Vin hanya melambaikan tangan untuk pergi.

“Kalian bawa mereka ke kamar asrama dan berikan pakaian bersih. Aku tidak mau melihat barang itu kotor sedikitpun saat di meja makan!”

Mendapat intruksi dari tuan Barito, 4 orang pelayan ini segera menghampiri mereka dan membawa budak – budak tadi keluar dari ruangan ini. Menyisahkan Vin dan Rihana yang masih duduk berdekatan.

“Masih mau pergi nona?”

“Tidak, apa kau memang ingin memberikan mereka padaku!”

“Tentu saja tidak, mereka akan berada di sini untuk membantuku, untuk apa aku memotong uangku hanya untuk memberikannya padamu!”

“Kau orang baik ternyata, walaupun terpidana!”

“Tapi mereka harus membayarnya dengan cara lain!”

“Kau bermaksud menggunakan mereka?”

“Aku tidak pernah melakukan hal yang kau pikirkan Nona!”

“Maafkan aku!”

“Dimaafkan!”

Vin segera ingin melangkahkan kaki pergi melwati pintu diikuti oleh pesuruhnya, tapi langkah itu berhenti saat mencapai pintu.

“Kita tidak punya jalan kembali Nona, jadi biasakan dirimu!”

Rihana hanya terpaku mendengar ucapan Vin, dia tidak tahu laki – laki itu sudah menyerah sejak kapan tapi baginya kembali adalah kewajibannya. Dia masih punya keluarga yang menunggunya.

“Aku akan ke banjar!”

“Baiklah! Ok karena kau yang mau ke sana. Sial, El aku akan ikut pangeran itu ke kerajaan!”

“Eeh? Tuan tapi kita-“

“Pastikan kau mengurus semuanya dan panggilkan Dimas kemari!”

Pesuruh ini hanya mengangguk kemudian segera berjalan beberapa langkah meninggalkan Vin dan Rihana berdua. Vin masih tidak mengerti dirinya, dia merasa tidak bisa meninggalkan gadis ini karena mereka berasal dari tempat yang sama.

No comments:

Post a Comment