Title : Borneo Dimension
Genre : Adventure,dimension,monster
Author : Hittori Yudo
Chapter: 01
Dimensi
Berbeda
Di
dunia ini secara tidak sadar sebuah komunitas yang berasal dari berbagai macam
Negara berhasil menciptakan sebuah alat yang dapat mengirim orang ke dimensi
berbeda secara acak. Sampai saat ini tidak ada orang yang dapat berpindah di
mensi atau kembali lagi ke tempatnya berasal setelah dipindahkan.
Ada
ketidak cocokan teori para ilmuan yang membuat mereka seara tidak sengaja dapat
mengirim orang tertentu menuju dunia lain. Tapi tidak alat yang dapat memonitor
tujuan mereka, hal ini dapat di samakan dengan mati tapi beberapa Negara
berpikir bijak dengan penemuan ini.
Mereka
mengirim orang –orang bersalah sebagai bahan eksperiemen. Orang –orang yang
mendapat status hukuman mati dapat dikirim ke dimensi lain dengan dalil penebusan
dosa untuk kepentingan duni, mereka tidak tahu kalau mereka tidak bisa kembali
lagi kedunianya.
Dan
prolog cerita itu pun berakhir di sini.
Matanya
berngejap beberapa kali mendapati ruangan yang terlihat rapi dan agak gelap
Rihana mendesah, dia harus memikirkan cara untuk mati setelah ini. Mungkin dia
sudah diperkosa atau dilecahkan saat tidur jadi Rihana tidak sedikitpun melirik
tubuhnya dan memandang jijik ke arah langit.
“Oh
nona, anda sudah bangun!”
Rihana
menatap sebaris perempuan yang terlihat menungguinya ada 4 orang wanita di sana
membuat sedikit terkejut.
“Tuan
Penguasa membawa anda ke sini dan dia berpesan bahwa anda tidak akan menjadi
budak karena dia sudah banyak memiliki wanita yang cantik!”
“Dia
pikir aku tidak cantik!”
Rihana
bangkit dari tidurnya, rambutnya yang kemerahan serta matanya yang tajam
melirik para pelayan dengan pandangan kesal. Bibirnya yang tipis kini
mengerucut, gadis ini langsung mencoba untuk pergi dari sisi ranjang tapi
tanganya terasa terikat.
“Ini
apa?”
“Itu
tali nona!”
“aku
tau ini tali, ini maksudnya apa?”
Tangan
kiri Rihana seakan menempel pada sisi ranjang membuat gadis ini semakin kesal
dengan apa yang terjadi saat ini.
“Tuan
bilang bila tidak melakukan ini, nona akan bunuh diri dan tuan akan segera
kesini!”
Rihana
mendesah sambil terus menunggu dia memperhatikan sekeliling yang ada di sini,
seakan mengingat sesuatu dia mendecak kesal, seperti yang dikatakan pelayan
tadi pastinya pria yang ditemuinya waktu itu adalah penguasa yang dimasuk.
“Ini
kota apa?”
“Barito,
nona!”
“Hari
ini tanggal berapa?”
“Tanggal
12 Bulan ke 4 dari periode matahari!”
Rihana
mengangguk mendengar perkataan dari pelayan tadi, dia dapat menebak dengan
pasti kalau dia sudah tertidur 2 hari setelah melewati kota terakhir. Kota ini
memang menjadi tempat yang dinginkannya karena dikatakan tempat ini tidak
memperlakukan manusia seperti budak. Tapi tujuan utamanya untuk berada di daerah
banjar dan kembali pulang ke tempat asalnya.
“Kau
sudah bangun gadis manja?”
Seorang
laki – laki berjubah merah dengan pakaian besi seakan membuatnya sedikit
mengriyit bingung, dia dapat tahu dengan pasti orang yang berada di depannya
umurnya sekitar 17 tidak jika menebak garis wajahnya mungkin 16.
“Terpesona?”
“Tidak,
terimakasih untuk lelucon gak mutu, sekarang bebas kan aku!”
“Hey
kita perlu bicara, kalau tidak kau akan melempar dirimu ke tempat monster
seperti waktu itu!”
“Aku
tidak melempar diri, tujuaanku adalah ke kerajaan Banjar!”
Lelaki
ini mengriyit bingung dia menatap beberapa kali wajah perempuan ini dengan
pandangan seksama.
“Mungkin
kah, kau terpidana?”
“Bukan!!
Aku tidak bersal-”
Menyadari
orang ini mengetahui tentang dirinya membuat Rihana tersenyum lebar.
“Kau
manusia lain juga? Ada manusia lain disini!”
Teriakan
Girang dari Rihana membuat Lelaki ini geleng – geleng kepala, dia kemudian
memerintahkan pelayan untuk melepaskan ikatannya kemudian membawa Rihana ke
ujung kamarnya dimana bangku – bangku dari kayu sudah tersedia.
“Perkenalkan
namaku Vin penguasa dari Barito, kau?”
“Rihana,
aku harus cepat, bila tidak kita akan terlembat!”
“Aku
tidak ke sana, karena tempat itu sudah penuh dengan monster!”
“Apa
maksudmu, bukannya pengelana dimensi datang untuk menjemput kita karena
kebebasan bersyarat telah diberlakukan?”
“Tidak
ada yang bisa kembali ke dunia yang dulu percayalah!”
“Kau
bohong, waktu itu mereka bilang bisa kembali!”
“Pernahkah
kau mendengar kabar orang yang mendata keberadaanmu atau memberikan peralataan
agar mereka bisa mengawasimu?”
“Tentu
saja tidak!”
“Lalu
dari mana kau tahu semua kembali dengan gossip kerajaan banjar dapat
melakukannya!”
“Teman
– temanku bilang kalau-“
“Itu
gossip yang dilakukan kerajaan Banjar lakukan untuk mengumpulkan pasukan
melawan monster!”
“Mana
mungkin, kau akan pergi!”
“Silahkan!”
Rihana
kini mencoba untuk melangkah pergi tapi melihat Vin tidak mencegahnya dia
membalikan badanya.
“Kenapa
kau seyakin itu?”
“Hmmm!!!
Kenapa kau ingin tahu?”
“Aku
hanya penasaran, tapi kau cukup aneh untuk orang yang berasal dari dunia lain
bahkan kau seperti orang pribumi!”
“Aku
Vin, penguasa Barito tentu saja aku seperti pribumi!”
“Dan
baru kali ini aku melihat penguasa seorang dari dunia lain!”
“Karena
tidak ada yang memanfaatkan otak mereka!”
“Tok…tok…tok…tok!!”
suara ketukan pintu membuat Rihana terdiam dia tidak membalas perkataan Vin dan
kini matanya mengarah pada pintu.
“Masuk!”
Seorang
lelaki tua masuk dengan menggem sebuah kertas catatan, dia terlihat gusar
membuat Rihana sedikit penasaran.
“Tuan!
kerjaan Banjar meminta 10.000 pasukan anda untuk bertempur dan putranya sendiri
yang mengantarkan pesan!”
“Suruh
dia masuk!”
Setelah
mengatakan itu Lelaki tua ini segera pergi tapi tatapan matanya menatap Rihana
dengan garang sebelum meninggalkan pintu.
“Seseorang
akan datang, kau duduklah di sini!”
Rihana
yang tidak mengerti dengan ucapan dari Vin hanya bisa mematuhi kemudian segera
duduk di sisi kursi paling ujung.
“Tuan
dari Barito, ini termasuk daerah kekuasaanku kenapa aku harus meminta izin
darimu untuk membawa pasukan?”
Pria
ini berumur 20 tahun pengeran dari kerajaan Banjar, matanya berwarna biru gelap
dengan kulit yang berwarna sawo matang dia menyeret beberapa budak di
belakangnya menggunakan rantai. Untuk pertama kalinya Rihana merasa marah.
“Terima
kasih untuk ke datangan anda sendiri pangeran Gamir, tapi di tempat kami tidak
diperbolehkan perbudakan. Saya bisa saja memenganggal kepala anda di sini
kemudian menguburkan anda beserta pesuruh anda!”
Suara
itu terkesan lembut tapi membuat orang bernama Gamir ini segera melepaskan
rantainya dengan wajah acuh. Dia terlihat geram dan kini duduk di hadapan Vin
tanpa memperdulikan sosok Rihana.
“Kau
bisa mengambil para budak tidak becus itu! Dan aku kesini atas perintah ayah
untuk meminjam pasukanmu!”
Vin
tersenyum simpul sorot matanya terlihat cukup menikmati suasana ini. Berbeda
dengan Rihana yang kini menatap kasian kepada para budak yang dibawa. Mereka
memang terlihat cantik dan sebagian berasal dari ras berbeda dari manusia
membuatnya semakin tidak mengerti dengan kerajaan banjar.
“Atas
kemurahan hati anda, saya meminjamkan pasukan sebanyak 8.000 dengan uang
sekitar 5 juta koin emas. Tentu saja itu bukan apa – apa bagi kerajaan kan?”
“Kau
gila, kau hanya bangsawaan rendahan kenapa kau memeras kami sebanyak itu!”
“Tuan
yang terhormat, Daerah barito adalah titik terakhir penghalau monster untuk
masuk dari derah selatan. Bukannya anda berpikir kalau kami memberontak
sekarang merupakan jalan terbaik, karena pada akhirnya kita tidak pernah
sepaham!”
Gamir
tidak bisa membantah dengan apa yang dikatakan oleh Vin, walaupun mereka berada
dalam satu daerah kerajaan. Daerah Vin merupakan titik yang sangat rawan.
Membiarkan kehilangan pasukan sebanyak 10.000 bisa membuat kerajaan akan di
serang.
“Oh
tentu saja itu sudah dipotong dengan harga budak di sana!”
Gamir
semakin tidak terima, dia menghentak sesuatu ke atas meja membuat Vin hanya
bisa tersenyum puas.
“Surat
aset, baiklah jika itu kurang dari 5 juta koin emas aku akan memeritahkan
mereka untuk memberontak esok lusa!”
Gamir
hanya terpaku, seperti yang dingatkan ayahnya dia harus berhasil membawa
pasukan yang ada jika tidak. Kemungkinan besar kerajaan akan terkena imbasnya
dan itu membahayakan posisinya sebagai putra mahkota.
“Ayah
bilang untuk segera datang ke kerajaan saat mendapat berita kemenangan. Dia ingin
merayakan denganmu!”
“Terima
kasih tuan nanti saya pikirkan!”
Gamir
segera melangkah pergi, dia sedikit menoleh pada para budak kemudian
menghentikan langkahnya.
“Kenapa
kau mengingkan sesuatu yang bekas?”
“Tidak
tuan anda salah paham, saya ingin menghadiahkan sesuatu pada orang yang berada
di samping saya. Sepertinya dia menyukai orang – orang yang di bawa tuan
pangeran!”
Tatapan
Gamir kini menatap Rihana untuk pertama kalinya dia ingin tertawa melihat
seorang gadis tapi melihat perilakuan Vin yang dikenal pelit memberikan seorang
budak bukan merupakan ciri dirinya. Vin adalah orang egois yang tidak segan –
segan berkata kasar walaupun merugikan dirinya, orang yang mampu berdiri diatas
pendapatnya melawan raja.
Tentu
saja terpikat dengan gadis yang terlihat seperti gembel merupakan suatu yang
lucu. Bahkan dia merasa budak – budaknya jauh lebih cantik dari gadis yang
duduk di samping Vin. Sambil menahan perutnya kini Vin hanya melambaikan tangan
untuk pergi.
“Kalian
bawa mereka ke kamar asrama dan berikan pakaian bersih. Aku tidak mau melihat
barang itu kotor sedikitpun saat di meja makan!”
Mendapat
intruksi dari tuan Barito, 4 orang pelayan ini segera menghampiri mereka dan
membawa budak – budak tadi keluar dari ruangan ini. Menyisahkan Vin dan Rihana
yang masih duduk berdekatan.
“Masih
mau pergi nona?”
“Tidak,
apa kau memang ingin memberikan mereka padaku!”
“Tentu
saja tidak, mereka akan berada di sini untuk membantuku, untuk apa aku memotong
uangku hanya untuk memberikannya padamu!”
“Kau
orang baik ternyata, walaupun terpidana!”
“Tapi
mereka harus membayarnya dengan cara lain!”
“Kau
bermaksud menggunakan mereka?”
“Aku
tidak pernah melakukan hal yang kau pikirkan Nona!”
“Maafkan
aku!”
“Dimaafkan!”
Vin
segera ingin melangkahkan kaki pergi melwati pintu diikuti oleh pesuruhnya,
tapi langkah itu berhenti saat mencapai pintu.
“Kita
tidak punya jalan kembali Nona, jadi biasakan dirimu!”
Rihana
hanya terpaku mendengar ucapan Vin, dia tidak tahu laki – laki itu sudah
menyerah sejak kapan tapi baginya kembali adalah kewajibannya. Dia masih punya
keluarga yang menunggunya.
“Aku
akan ke banjar!”
“Baiklah!
Ok karena kau yang mau ke sana. Sial, El aku akan ikut pangeran itu ke
kerajaan!”
“Eeh?
Tuan tapi kita-“
“Pastikan
kau mengurus semuanya dan panggilkan Dimas kemari!”
Pesuruh
ini hanya mengangguk kemudian segera berjalan beberapa langkah meninggalkan Vin
dan Rihana berdua. Vin masih tidak mengerti dirinya, dia merasa tidak bisa
meninggalkan gadis ini karena mereka berasal dari tempat yang sama.
No comments:
Post a Comment