blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Thursday, 3 September 2015

MY LAW CHAPTER 6



Title    : My Law
Genre  : School, Psychological, Mystery,Thriller
Author : Hittori Yudo
Chapter: 06

                                                                   06 Pembasmi
            “Siluman itu memang memiliki perbedaan yang cukup aneh dari manusia biasa, mereka punya cara hidup tersendiri, lebih mudahnya ada beberapa aturan yang tidak dipahami manusia biasa seperti kita. Untuk setiap jenisnya bahkan berbeda, pustakawan terkenal Gaberial Malwer juga mneyerah untuk mengumpulkan informasi tentang siluman!” Telingaku panas mendengar suara mengguri dari Virgo, itu membuatku sedikit kesal mengingat dia memiliki umur yang lebih muda dariku.

            “Hmm, bagian itu aku sudah jelas. Bagian ehm.. memperkosa ini apa maksudnya?” tidak seperti Nebula yang suka bercanda Virgo adalah orang yang serius dengan wajah perempuan yang imut, aku harus menghapus gambaran mengerikan itu dari kepalaku.

            “Dalam kehidupan Siluman, ada beberapa cara untuk menemukan pasangan. Dikhususkan untuk siluman kuda mereka mencari pasangan dengan cara berlari seperti kilat dan jika ada yang menghentikan mereka. Bisa menjadi tuannya, tapi untuk sekarang mungkin suami!” jadi ada hal aneh seperti itu untuk menentukan mereka menikah dengan siapa, ah kenapa menjadi seribet ini, aku hanya ingin memenggal kepala bommber itu.

            “Membantalkannya, ada cara untuk membantalkannya?” Virgo menggeram cukup lama kemudian dia menghela nafas beberapa saat.

            “Secara teknik kau hanya perlu menolak tapi ini cukup sulit. Berkaitan dengan kemunculan siluman kuda sebelum Revolusi industri, mereka masih menggunakan sistem perbudakan. Mungkin jika kau tidak melakukan sesuatu dia akan membuat dirimu menjadi tuannya! Ok usahkan jangan sampai terlibat, kau mengambil waktu luangku pastikan kau membayarnya nanti… tut..tut…tut!!” Virgo mematikan sambungnnya membuatku semakin menggeram kesal, seharusnya aku mengatakan sesuatu tadi pagi sebelum menyadari semua ini.

            “Ok Kak Nir… Nir apa tadi?”

“Nimala, tuan!” ucapnya gugup setelah aku mematikan telepon genggam.
           
“Jangan panggil aku tuan, kakak bukan budakku dan aku adik kelas kakak!” Nimala mentapku dengan wajah kebingungan, tapi wajah itu sungguh menggemaskan. Tidak – tidak ini pasti karena aku tinggal di tempat militer dan hanya mengenal Sherry saja.
           
“Tuan tidak pernah protes dengan panggilan sebelumnya!” itu karena aku tidak peduli dengan dia. Sekarang aku harus menyelesaikan masalah ini sebelum bertambah parah, aku tidak mau terseret ke dalam dunia para siluman setelah terseret dalam dunia Ras.
           
“Begini, aku menolak tradisi kalian, tentang apa itu aku juga kurang paham, tapi tolong tinggal aku sendiri dan dimana harga dirimu memanggil aku tuan!” Nimala berdehem kemudian dia mengatur nafasnya.
           
“Jika ingin membatalkan kontrak, tuan bisa memperkosa saya!” ok wajahnya terlihat seirus, tidak ada kilatan geli dari matanya membuatku tidak mengerti jalan pikir siluman kuda ini. Bukannya dia kembali lagi ke awal kami bicara.
           
“TING!!!!!!!!!!!!” suara bel membuat perhatian kami berdua tersita, aku segera menghela nafas menatap kakak kelas yang ada di depanku.
           
“Ok kak, pulang sekolah kita bahas lagi!” dia terlihat setuju dengan ucapanku kemudian aku segera pergi meinggalkannya bersama sorot mata orang – orang yang sudah menatapku dengan wajah penasaran.
           
Aku melupakan situasi, ini adalah taman sekolah pagi hari yang tentu saja dilewati mereka yang masuk dari pintu belakang. Tapi aku tidak mengira mereka begitu peduli dengan urusan semacam ini.
           
Saat aku berbelok ke arah kelasku, aku sudah dikejutkan dengan dentuman suara keras tentu saja aku langsung meloncat dan memastikan orang yang menggunakan gema suara ini. Di dalam pelatihan Ras yang kujalani secara terpaksa. Gema suara di area terbuka merupakan pertanda serang sihir.
           
“Swisss!!!” Sial, tepat di atasku seorang pria mengarahkan pedangnya dengan senyum yang mengerikan. Itu bukan serang terlihat seperti sebuah ancaman. Kemudian beberapa detik berikutnya aku hanya kembali berpijak pada lantai dan menatap pria yang seolah tidak melakukan seasuatu padaku.
           
Kejadian itu hanya berlangsung selam 2 detik tentu saja walaupun ditempat ramai tidak ada yang bisa melihat situasi yang kualami barusan. Bahkan pedang yang diperlihatkan tadi, tidak terlihat lagi, apa ini semacam sihir menyembunyikan benda, tapi yang aku yakin orang ini pasti mengancamku, jangan – jangan karena siluman kuda tadi.
           
“Hey?”
           
“Eh? Kau ternyata!”
           
“Bagaimana Kak Nimala cantik bukan, aku heran kau kenal dimana. Dia itu seperti ratu di sekolah ini!” Rama menjelaskan dengan wajah berbinar, tentu saja aku hanya menghela nafas pasrah.
           
“Oh begitu, aku tidak tertarik!” balasku membuat Rama menggeram kesal, orang ini bahkan tidak tahu bagaimana aku kesulitan dengan perempuan yang dia bilang ratu. Aku mencoba melangkah pergi meninggal Rama yang terlihat sangat kesal.
           
“Tapi untuk orang seukuran kak Nimala ini terlihat aneh, kak Nimala seperti gadis tidak tersentuh. Mencari seseorang dan itu adik kelas seperti bukan dirinya!” langkahku terhenti saat Rama mengatakan itu, pantas saja semua orang menatapku penuh minat. Pasti perempuan itu sebabnya.
           
“Ram seperti apa dia?”
           
“Eh, bukannya kau yang tadi bicara dengan Kak Nimala?”
           
“Dia hanya menanyakan tentang kasus 2 minggu lalu!”
           
“Oh hanya itu, kukira semacam pernyataan cinta atau sejenisnya.” Ucap Rama terlihat lega, apa dia selalu mencari orang yang lebih tua darinya. Aku turut berduka dengan masa depanya, pasti itu gelap gulita.
           
“Kak Nimala anak dari Fredian Bardas, dia pengusaha besar yang melebarkan sayap ke IT tapi ada gossip yang mengatakan keluarga mereka memiliki ritual yang aneh, tapi kurasa itu hanya gossip dari cewek – cewek yang tidak suka padanya!” jadi sekarang aku harus berhadapan dengan pengusaha itu agar anaknya bisa sedikit mengerti dengan apa yang diucapkannya.
           
“Oh ok, aku duluan!” walaupun terlihat kesal, Rama hanya mendesah mendengar ucapanku. Dia memang satu – satu orang yang mengerti dengan sikapku.
           
Setelah duduk di kursiku, aku kembali terdiam membayangkan orang yang tadi ingin menyerangku. Mungkin saja dia juga siluman atau Ras, yang manapun sama saja mereka merasakan mana padaku seperti mencium gula dari seekor semut. Belum lagi Nebula mangatakan manaku juga besar.
           
“Pedang ya, untuk pertama kalinya aku tahu mereka bisa menggunakan senjata seperti itu!”
           
“Maksudmu yang tadi?” itu adalah suara orang yang memperlihatkan pedang padaku, dia tersenyum padaku seperti melihat sebuah permainan.
           
“Kau?”
           
“Ya, teman sekelasmu!” ucapnya kini melangkah ke depanku. Aku memang tidak memperhatikan orang yang berada dikelas, pantas saja aku seolah mengenalnya.
           
“Fanda agatama! Aku pemburuan siluman!” itu adalah ucapan santai dengan senyum lebar seolah tidak sedang bercanda. Tentu saja yang lain mendengarnya seperti candaan membuat sebagian dari mereka tertawa.

“Hey, gak usah tegak gitu! Kau cuma bercanda!” ucapnya lagi membuatku hanya membalas dengan senyum yang dipaksakan.
           
“Kidan orang yang serius, jadi harap maklum Aga!” seorang perempuan yang kukenal beberapa bulan lalu memberikan komentarnya kemudian kembali lagi pada buku yang ada di atas mejanya, sial semuanya semakin rumit.

No comments:

Post a Comment