BAB VII : PERTENTANGAN
Pagi ini hari terburuk
dari yang terburuk. Riki berjalan dengan langkah was –was di setiap sudut
sekolah. Walaupun sudah menunjukan jam 7 kurang wajah Rika belum juga nampak
saat ini membuatnya yakin kalau dia dalam maslah besar. Apalagi melihat tidak
ada satu smspun setelah itu, itu membuatnya semakin takut.
“Rika?”
kekhawatiran Riki memuncak dia melihat Rika berjalan dengan pandang lesu yang
hampir membuatnya kalang kabut saat ini.
“Pagi
Riki!” hanya itu respon Rika kemudian berjalan pergi meniggalkan Riki dengan
wajah yang masih lesu.
“Rika
kamu sakit?” wajah takut Riki berubah menjadi panik, tidak ada ketakutan yang
tadi mencekam telah menghilang sepenuhnya.
“Jangan
pedulikan aku, aku hanya batu kerikil yang tak berguna!” ucap Rika dengan
pandangan yang membuat Riki iba.
“Yah
kerikil yang di biarkan lama – kelamaan akan membuat kita tersandung. Benarkan
sayang…” kini Ria sudah berdiri di samping Riki. Riki hanya memadang Ria
frustasi, biarpun kata – katanya terkesan meyakinkan tapi wajah yang tanpa
eksperesi dan suara datar membuat Riki hanya menghela nafas.
“Aku
hanya batu kerikil, Aku hanya batu kerikil!” Rika terus mengulang –ngulang
kalimat itu hingga masuk ke dalam kelas.
“Wah,
efeknya hebat banget ya…” Ria datang berada di samping Riki dengan pandangan
biasa walaupun kata – katanya terkesan mengejek tapi tidak sesuai dengan
eksperesi wajahnya saat ini.
“Ria
ini salahmu, kamu harus tanggung jawab!” Riki berteriak dengan wajah memerah
karena kesal. Sementara Ria balik menatap Riki seolah hal yang di bicarakannya
tidak begitu penting.
“Dia
yang membuatku harus mengeluarkan seluruh kekuatan untuk mengejeknya..” Riki
terdiam karena tidak mengerti maksud dari kata – kata Ria.
“Maskudmu
apa?” ucap Riki kebingungan, Ria kembali menghela nafas pelan.
“Dia
yang membuatku harus mengeluarkan seluruh kekuatan untuk mengejeknya...” Riki
mengusap kepalanya lalu memandang Ria dengan wajah kebingungan.
“Dengar
ya Ria, seluruh kekuatan itu terlihat bersemangat!” Ria menunduk sebentar
seolah meresapi kata – kata dari Riki.
“Aku
bersemangat…” ucap Ria mengacungkan tangannya tinggi.
“Dari
mananya, kenapa semua kata – katamu bertentang dengan ekspersimu ?” ucap Riki
menghela nafas frustasi.
“Aku
tidak mengerti yang kamu katakan, Riki ?” Riki memberi aba – aba stop di
hadapan Ria.
“Sudah
kepalaku agak pusing!” ucap Riki membuat Ria segera mengangangguk.
mntap gan..
ReplyDeletewww.cara-sidas.blogspot.com
thanks
ReplyDeleteLanjutannya kurang ngeh.
ReplyDelete'Riki berteriak kesal dengan wajah kemerahan.'
hehe
ReplyDelete