Title : Makes She
Fall in Love
Genre :School, Psychological, Romance
Author : Liyando
Chapter: Misi 5 Memulai kencan
Langit malam dikotaku adalah langit yang
indah karena kami berada diujung barat,
bintang –bintang yang terlihat berkilauan seiring dengan bulan yang ikut
menyinarinya membuat suasana malam ini semakin, yah semakin baik untuk
melanjutkan misi berikutnya.
“Erika….”
Suara kecil ang terdengar dari bibir tipisnya membuatku segera menoleh ke asal
suara itu, wajahnya yang bersemu merah membuatku menjadi semakin bingung. Tapi
untuk kali ini badanya tidak lagi gemetaran, mungkin tawa yang disembunyianya
tadi membuat badannya cukup rileks.
“Iya,
ada apa dengan Erika?” ucapku membuat kini menoleh kepadaku dan menghentikan
langka kakinya, membuatku ikut menghentikan langkah kakiku.
“Nggak
apa – apa!” ucapnya menggelengkan kepala kemudian berjalan pergi meninggalkanku
dengan cepat. Kearah kerumunan orangg yang sedang menikmati malam, ya tradisi
di kotaku jika awal febuari akan diadakan festival pembangunan dimana akan
berdiri banyak sekali stan – stan yang menyediakan banyak hal.
“Hey,
nanti bisa terpisah!” ucapku menarik tangannya pelan, hampir saja aku kehilang
perempuan sombong ini, jika kehilangan rencanaku malam ini akan gagal total.
Perempuan ini terdiam dan saat dia membalik wajahnya yang kudapati bukan wajah
angkuh Rika melainkan orang yang gak ku kenal.
“Maaf
sepertinya ssaya salah orang!” ucapku bergegas pergi mencari gadis sombong itu,
bagaimana mungkin dia bisa menghilang dengan cepat.
Mencari
seorang gadis diantara kerumuan orang seperti ini adalah hal yang bias kubilang
sangat kubenci. Bagaimana gadis sombong itu bisa tersesat?
“Ya
ampun!!” kini aku menemukan dia sedang duduk diantara pepohonan rindang sambil
terus meneliti orang – orang yang berlalu lalang. Wajahnya yang gelisah dan
matanya yang sembab membuatku sedikit iba melihatnya.
“Apa
kamu baik – baik saja?” ucapku kini wajahnya sembab itu berhambur kepelukanku.
“Aku
takut Ju!” ucapnya membuatku kepalaku sedikit teringat dengan gadis kecil yang
dulu pernah bermain bersamaku, gadis itu selalu memanggilku “Ju” gadis dengan
senyum cerianya, gadis dengan tawa bahagia, dan gadis yang ikut menangis saat
kelinci di taman kanak – kanak mati. Apa gadis itu Rika?
“Apa
gadis itu kau?” ucapku membuat Rika segera menghentikan aksi memeluknya, lalu
mundur beberapa langkah.
“Maksudmu
apa?” ucapnya dengan nada yang dingin, seolah suara itu bahkan mempertegasnya
jangan menanyakan lagi.
Tapi
semakin aku melihat Rika, semakin mempertegas bahwa dia dan gadis kecil dulu
sangat bertolak belakang. Pribadi yang manis dan Garang, gadis yang selalu
tersenyum dan cemberut sejati. Sungguh bertolak belangkang. Tapi wajah mereka
sangat mirip atau hanya kebetulan membuatku semakin kebingungan.
“Lupakan
saja, aku salah orang!” ucapku membuat mata gadis sombong ini semakin
penasaran.
“Hah!
Salah orang!” oh sekarang nada kesalnya sudah naik beberapa oktaf, untuk ukuran
seorang yang baru menangis suara argonnya itu membuatku kesal.
“Yah
aku ingin seseorang dulu yang mirip denganmu dan tanpak aku salah orang!”
sekarang gadis sombong ini malah gemetaran mendengar ucapanku. Apa ada yang
salah dengan kata – kataku. Atau hanya aku yang salah mengartikan gerak –
geriknya.
“Bisa
kita pulang, aku gerah disini!” mataku melotot mendengar ucapnnya barusan.
Tidak – tidak ini tidak boleh terjadi aku harus mencari cara agar perempuan ini
tidak terliihat bosan.
“Kamu
sudah makan?” ucapku berusaha seceria mungkin tentu saja ditambah sedikit
senyuman ala juan.
Tapi
mata gadis sombong ini seolah mengatakan senyum ceriaku adalah bagian terburuk
dari dunia ini. Bisa kujelaskan tatapan intimidasinya membuat sedikit keringat
di pelipisku jatuh, itu tatapan yang enar- benar dingin.
“Apa
kamu mengajaku ke sini hanya untuk makan?” ahh, aku tidak tahan dengan
komunikasi satu arah ini. Tanpa menjawab pertanyaan aku menggenggam tangan
gadis sombong ini masuk ke dalam kerumunan orang dan berjalan lurus ke depan
setidaknya menurut prediksiku gadis ini akan menyukainya.
“Kemana
kau membawaku, kubilang kau mau pulang!” ucapnya setengah berteriak membuat
seluruh pengujung festival melihat kearahku dengan tatapan curiga.
“Tenanglah,
kau pasti menyukainnya!” kataku berbisik, gadis sombong ini kembali menekuk
wajah saat aku mulai berjalan lagi.
Sebuah
stan bertenda biru dengan pernak – pernik yang berwarna – warni. Ada beberapa
kelinci dan anak kucing di dalamnya untuk meramaikan stan. Erika memeng membeci
anak kucing tapi kata beberapa majalah yang kubaca secara sepintas rata-rata
penyuka hewan adalah gadis – gadis yang terlihat sinis.
“Imutnya!”
Erika tersenyum senang sambil membelai kepala anak kucing tadi. Tuh kan sudah
kubilang dia menyukainya.
“Kita
jadi pulang?” ucapku membuat matanya mendelik tajam.
“Ok
berarti gak jadi!” ucapku berbicara tenang pada diriku sendiri.
“Juan,
lo Juan kan yampun!” seorang pria dengan pakaian casual dan mengikuti arus
modern memeluk dengan erat. Aku tidak pernah rasanya berteman dengan orang
mirip model ini.
“Siapa?!”
ucapku kebingungan tapii laki – laki ini malah terkekeh. Hey aku bukan homo
jangan tunjukan wajah menyeramkan seperti itu.
“Kau
gak kenal aku, ini aku Fino!” wow, nama yang anti mainstream untuk seorang laki
– laki. Lebih cocok nama itu mirip obat atau sejenisnya.
“Aaah,
aku ttidak ingat!” ucapku membuatnya sedikit kecewa, tapi jujur aku tidak
pernah mengenal orang dengan penampilan model macam dia.
“Tentu
saja, kita tidak betemu lama. Dulu kita bertiga sering bermain dengan Ika waktu
di TK. Apa kamu tahu dimana Ika sekarang?!” ucapnya membuat aku terdiam
sebentar. Aku merasa tidak asing dengan nama itu tapi entah kenapa saat Fino
menyebutkannya aku malah melihat gadis sombong yang ada di sampingku dengan
pandangan curiga.
“Ika?”
ucap Fino kini melihat Rika dengan pandangan memastikan. Jangan – jangan gadis
ini!
Wednesday, 7 January 2015
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment