blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Wednesday 4 June 2014

Last Homo Sapiens

Title    : Last Homo Sapiens
Genre  : School, Psychological, Mystery,Thriller
Author : Liyando 
Chapter: PROLOG

             Kehidupan ini adalah papan permainan yang rusak, ada lebih dari 7 miliar orang yang ada di dalamnya. Tidak ada goal yang membuat semua orang tidak bisa melihat sejauh mana mereka berjalan. Tidak ada penanda jika kita melakukan hal yang salah seperti tempat berburu yang tidak bisa dijamah jika kamu belum mencukupi level. Tidak ada tawa dalam setiap permainan, semua orang memandang tajam. Semua berkata serius, dunia bukan permainan melainkan dunia yang mempermainkan kita.

            Saat kau terlalu banyak berkata bohong kau akan dijauhi, saat kau terlalu banyak berkata jujur kau akan dijahui. Saat kamu berubah kamu akan dicap penghianat, saat kita menentang akan dianggap pemberontak. Dalam kehidupan hanya satu hal yang berfungsi sama rata dan sama adil. Yaitu uang, semua orang bisa saja mendapatkan uang dengan berbagai cara. Tapi yang pasti semua orang bisa membeli apa yang mereka inginkan sesuai nominal yang mereka punya.

            “Taku, kamu melamun lagi. Matamu terlihat seperti orang bodoh jika kamu terus berjalan dengan  tatapan kosong seperti itu.”

            Orang yang berada di sampingku ini Daichi, anak yang periang dan selalu bersemangat. Yah, dia termasuk dalam kumpulan orang – orang yang selalu bersinar di tiap harinya. Jika sebuah cahaya redup sepertiku disampingnya tidak bisa merubah apa pun.

            “Pergi kau, pagi – pagi sudah membuat kepalaku pusing.”

            Dia terkekeh kemudian memegang bahuku lalu menunjuk seorang anak perempuan yang lumayan manis, kurasa itu adik kelas. Dia memiliki tinggi yang sedang dan badan yang ramping, mungkin setiap laki –laki yang mendekat, akan selalu menatapnya. Kadang cinta dan nafsu itu bedanya setipis kertas.

            “Ayolah kawan cerialah sedikit,masih banyak hal yang membahagiakan dalam hidup termasuk perempuan.”

            Aku menyipitkan mata dengan pandangan kesal. Lagi – lagi pria bodoh ini menunjukan kebejetannya. Tapi perempuan itu juga menoleh kepada kami sambil menundukan kepala, bukan terkesan malu, tapi merupakan gambaran teguran dari seorang adik kelas kepada kakak kelas.

            “Kamu menyukainya? Kenapa tidak nyatakan sekarang?”

            Ucapku sinis, Daichi menatapku penuh dengan keseriusan kemudian matanya terpejam sebentar seolah otaknya sedang membuat rangkaian pilihan kata yang akan digunakan.

            “Nggak –nggak, aku akan menunggu waktu yang tepat.”

            Ucap Daichi dengan wajah merona merah, Daichi menyukai perempuan itu, ini sebuah fenomena. Bahkan aku sendiri tidak pernah melihat rona merah itu dari wajah Daichi sampai sekarang. Tapi sebuah gambaran Daichi sedang putus asa terbayang di benak kepalaku, ini bukan gambaran bisa tapi lebih seperti sebuah kemampuan meramal yang hampir tepat.

            “Kalau tidak siang ini dia akan-”

            Aku membuat jeda cukup lama mengingat sesuatu, dulu aku pernah mengatakan hal ini tapi kemudian aku dijauhi karena hal ini.

            “Akan apa?”

            Daichi menatapku dengan wajah penasaran, jika aku katakan Daichi pasti menganggapku aneh dan tidak aka nada lagihari – hari seperti ini.

            “Lupakan aku hanya terbayang sesuatu.”

            Bagi seseorang sebuah melihat masa depan adalah hal yang paling membahagiankan. Dengan itu kita bisa mengetahui segala hal di dunia ini, tapi bagiku semua itu hanya akan menjadi beban dalam hidup. Aku pernah mengatakan beberapa kali tentang apa yang ada dalam pikiranku. Tentu saja itu membuat orang panik dan akan membuatku jauh dari sosial.

            “Pagi semua, kalian masih berjalan berdua seperti ini. Apa kalian mau ada gossip homo menyebar di sekolah.”

            Yuki tersenyum penuh kemenangan,bahkan aku bisa melihat, tawa bahagian dari sindiran tadi, membuat kami berdua menatapnya kesal.

            “Bukannya gossip tentang dirimu yangmemiliki 2 pacar yang akur.”

            Daichi memberikan senyum penuh dengan rasa bangga, padahal hari itu merupakan terburuk melihat kami terus digosipkan sebagai pacar Yuki.

            “Jangan katakan hal itu semuaakan-”

            Aku terbayang Yuki akan dijatuhi oleh orang dan tulang lehernya patah.

            “Awas”

            “Ada apa sih”

            Yuki menatapku kesal, tapi tiba –tiba di depan kami jatuh seseorang.

            “Brukkk”

            “Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa”

            Darah mengucur dari kepalannya membuat  semua segera menjauh, sebaliknya Yuki menatapku penuh tanda tanda tanya.

            “Aku tidak sengaja melihat langit”

            Ucapku membuat Yuki semakin menatapku dengan wajah penuh bingung, kami bahkan tidak menghiraukan orang yang baru saja terjatuh itu.

            “Jangan berpikir tentang itu dulu, mau berapa kamu memelukku. Bisa salah paham jika posisi kita tetap seperti ini.”

            Ucap Yuki dengan wajah merona, aku segera mendorong Yuki hingga terjatuh. Yuki menatapku penuh kekesalan.

            “Kasar sekali, kalau begitu kamu tidak akan mendapatkan wanita yang baik.”

            “Hei sudahlah kalian berdua? Kita pergi dari sini.”

            Daichi segera menarik tangan kami berdua masuk ke dalam gedung sekolah ini karena kami sekarang berada di halaman sekolah, berbading terbalik dengan apa yang orang – orang lakukan yang malah berhamburan keluar.

            “Kemana?”

            Ucap Yuki kesal.

            “Orang itu jatuh dari lantai 4 sekolah mana mungkin dia bunuh diri.”

            Ucap Daichi berhenti di lantai 3 aku melepaskan tangan Daichi dan Yuki melakukan hal yang sama.

            “Jangan lakukan tindakan konyol, kita bisa saja terlibat”

            Yuki menatap Daichi dengan wajah memelas, aku masih terdiam hingga pikiranku berbuah dengan sekelompok orang yang berjalan dengan wajah urak – urakan.

            “Kyaaaaaaaaaa”

            “Teriakan lagi, dari bawah tepatnya berasal dari orang yang kami tinggalkan terjatuh tadi”

            Orang yang kami lihat baru jatuh terlihat sedang menggit siswi lain dengan ganasnya, ini seperti film zombie yang sering aku tonton.

            “Zo..M..BI..E”

            Ucap Yuki dengan pandangan takut, aku segera membawa mereka masuk ke dalam salah satu kelas kemudian mendorong bebera meja ke depan pintu.

            “Jika kita keluar sekarang Kita akan mati.”  

No comments:

Post a Comment