blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Sunday 16 June 2013

aku bukan sister complex chapter 5

Title    : Aku Bukan Sister Complex
Genre  : School, Family, Psychological, Mystery
Author : Hittori Yudo
Chapter: 05

Datang
Setelah kejadian itu Nita masih tetap seperti biasa, bicara yang tidak perlu. Melakukan hal – hal yang menurutku tidak harus di lakukan di rumah dan banyak hal lagi. Membayangkan itu semua aku hanya bisa lesu sambil sesekali menorehkan kuas ke atas kampas.

                “Kak, kau mendalamin seni lukis abstrak ?” Nita berkata pelan sambil melempar  pandangnya pada kampasku yang penuh dengan warna yang tidak jelas.

                “Sial, aku tidak fokus!” Aku berkata dengan nada jengkel kemudian, merobek kertas kanvasku dan membuangnya ke atas lantai yang baru di bersihkan Nita.

                “Kau membuang sampah lagi” Nita berkata jengkel sambil memunguti kertas yang aku sobek tadi.

                “Kau terdengar seperti ibu rumah tangga!” ucapku membuat mata Nita mendelik tajam.

                “Siapa yang ibu – ibu, aku masih 15 tahun!” protesnya.

                “Tapi wajahmu menua dengan sempurna!” candaku, membuat Nita seperti menahan amarahnya.

                “Jangan sebut, tua!” sanggah Nita memukul dengan sapu kemudian mengambil kertas yang baru saja ku buang. Satu kata yang terpikir “sakit” aku meringis memegang kepalaku karena pukulan itu.

                Kembali lagi aku tenggelam dalam pikiranku, masih banyak yang harus kulakukan. Beberapa hari yang lalu Asuka pindah ke samping tempat tinggalku. Dan menurutku hampir tiap hari dia datang saat makan malam dan itu membuat ku jengkel belum lagi Lily dan yang lain, juga mengikuti Asuka makan di tempatku lagi.

                “Oh ya kak, malam ini Asuka datang lagi!” Nita menampakan kepalanya dari balik tembok dapur.

                “Lagi!” ucapku terkejut.

                “Tentu dia kan belum mendapat gaji dari hasil kerjanya!” Nita berkata dengan nada menyindir.

                “Itu bukan satu – satunya alasan!!” aku berkata kesal, setidaknya Nita tidak melakukan hal – hal bodoh.

                “Yah, dan aku tidak menemukan alasan yang lain” Nita menjawab ucapanku dan membuatku jadi bertambah kesal.

                “Aku keluar dan mungkin akan makan malam di luar!” Aku berkata jengkel kemudian menyimpan kuas dan kampas ku.

                “Kakak marah?” Nita berkata dengan wajah lembutnya. Sungguh anak yang satu ini selalu saja punya cara untuk melenyapkan kemarahan ku.

               “Tidak, aku mau jalan – jalan” aku berkata dengan nada tak kalah lembut. Entah mengapa ini terdengar seperti adegan  yang menjijikan.

                Belum sempat aku memakai sepatu ku. Seorang yang terlihat tua dengan tongkat yang di pakainya berkunjung ke rumah ku. Tatapannya mendata setiap ruangan kemudian dia meringis. Entah siapa kakek tua ini dia terlihat begitu mengerikan.

                “Kakek ?” Nita berteriak melihat orang yang berada di depan pintu ini.

               “Kakek?” ucap ku bertanya.

                “Dia kakek kita kak, Ayah dari ibu” Nita berkata dengan gembira.

                “Jauhi aku orang tua!” aku berkata secara Reflek sebelum dia memeluk ku. Dia menatapku dengan terkejut kemudian membuat wajah murung di hadapan ku.

“Kakak, jangan berkata seperti itu, di aka-“

“Aku tahu, dia orang tua yang telah membuang kami setelah ayah menjadi pasukan khusus” Aku berkata dengan nada membetak, Nita terkejut kemudian mudur beberapa langkah.

                “Jangan begitu, aku tidak membuang ayah mu, dia yang minta aku menjaga ibu kalian!” Kakek ini berkata dengan nada tanpa rasa bersalah.
  
             “Jujur, aku bingung. Kenapa ibu yang sudah di angkat rahimnya bisa melahirkan seorang anak perempuan. Ada rasa bahagia saat aku bertemu Nita. Tapi ini semua hanya akal – akalan mu kan” Nita terkejut mendengar ucapan ku dan kakek tua itu hanya meringis kecil.

            “Kau anak jenius, tidak sia – sia kau diangkat sebagai pimpinan termuda dalam sejarah!” Kakek ini berkata seolah mengejek luka lama ku.
    
           “Apa maumu ?” Aku berkata dengan nada membentak.

           “Hanya berkunjung, melihat cucuku.”  Ucapnya tersenyum mengejek, senyuman yang bahkan membuatku ingin memukulnya.
 
           “Aku tidak butuh perhatian mu setelah orang tua ku mati!” desaku, membuat senyumannya tadi hilang.

                “Aku hanya sedikit membantu!” kakek tua ini kembali merinngis kecil.

                “Pergi dari sini!!” Aku membentak lagi.

                “Kak cuku-“

 “Kau diam, ini bukan urusan mu!” aku berkata tajam.

            “Ini urusanku. Aku adikmu!”
           
“KA-U BUKAN ADIK KU!!!” aku berkata tajam, air mata Nita langsung mengalir.

 “Aku- aku adikmu kan” Nita berkata dengan nada tersedu, hampir saja aku tertipu wajah polos suruhan kakek tua ini.

“Kau bukan adikku lebih baik kau pergi!” Nita semakin jatuh mendengar ucapan ku, matanya penuh dengan air mata yang membasahinya.

           “Kau, anak sialan. Itulah aku tidak memperbolehkan mu tinggal dengan kakakmu yang gila ini!” kakek ini berkata pelan, kemudian membawa Nita pergi.

          “Mereka menghilang dari pandangan ku saat itu juga.” Aku hanya terduduk lesu melihat apa yang telah kulakukan. Aku kembali sendiri, mungkin saat itu juga.

No comments:

Post a Comment