Title : Aku Bukan Sister Complex
Genre : School, Family, Psychological, Mystery
Author : Hittori Yudo
Chapter: 05
Genre : School, Family, Psychological, Mystery
Author : Hittori Yudo
Chapter: 05
Datang
Setelah
kejadian itu Nita masih tetap seperti biasa, bicara yang tidak perlu. Melakukan
hal – hal yang menurutku tidak harus di lakukan di rumah dan banyak hal lagi.
Membayangkan itu semua aku hanya bisa lesu sambil sesekali menorehkan kuas ke
atas kampas.
“Kak, kau mendalamin seni lukis
abstrak ?” Nita berkata pelan sambil melempar
pandangnya pada kampasku yang penuh dengan warna yang tidak jelas.
“Sial, aku tidak fokus!” Aku
berkata dengan nada jengkel kemudian, merobek kertas kanvasku dan membuangnya
ke atas lantai yang baru di bersihkan Nita.
“Kau membuang sampah lagi” Nita
berkata jengkel sambil memunguti kertas yang aku sobek tadi.
“Kau terdengar seperti ibu
rumah tangga!” ucapku membuat mata Nita mendelik tajam.
“Siapa yang ibu – ibu, aku
masih 15 tahun!” protesnya.
“Tapi wajahmu menua dengan
sempurna!” candaku, membuat Nita seperti menahan amarahnya.
“Jangan sebut, tua!” sanggah
Nita memukul dengan sapu kemudian mengambil kertas yang baru saja ku buang.
Satu kata yang terpikir “sakit” aku meringis memegang kepalaku karena pukulan
itu.
Kembali lagi aku tenggelam
dalam pikiranku, masih banyak yang harus kulakukan. Beberapa hari yang lalu
Asuka pindah ke samping tempat tinggalku. Dan menurutku hampir tiap hari dia
datang saat makan malam dan itu membuat ku jengkel belum lagi Lily dan yang
lain, juga mengikuti Asuka makan di tempatku lagi.
“Oh ya kak, malam ini Asuka
datang lagi!” Nita menampakan kepalanya dari balik tembok dapur.
“Lagi!” ucapku terkejut.
“Tentu dia kan belum mendapat
gaji dari hasil kerjanya!” Nita berkata dengan nada menyindir.
“Itu bukan satu – satunya
alasan!!” aku berkata kesal, setidaknya Nita tidak melakukan hal – hal bodoh.
“Yah, dan aku tidak menemukan
alasan yang lain” Nita menjawab ucapanku dan membuatku jadi bertambah kesal.
“Aku keluar dan mungkin akan
makan malam di luar!” Aku berkata jengkel kemudian menyimpan kuas dan kampas
ku.
“Kakak marah?” Nita berkata
dengan wajah lembutnya. Sungguh anak yang satu ini selalu saja punya cara untuk
melenyapkan kemarahan ku.
“Tidak, aku mau jalan – jalan” aku
berkata dengan nada tak kalah lembut. Entah mengapa ini terdengar seperti
adegan yang menjijikan.
Belum sempat aku memakai sepatu
ku. Seorang yang terlihat tua dengan tongkat yang di pakainya berkunjung ke
rumah ku. Tatapannya mendata setiap ruangan kemudian dia meringis. Entah siapa
kakek tua ini dia terlihat begitu mengerikan.
“Kakek ?” Nita berteriak
melihat orang yang berada di depan pintu ini.
“Kakek?” ucap ku bertanya.
“Dia kakek kita kak, Ayah dari
ibu” Nita berkata dengan gembira.
“Jauhi aku orang tua!” aku
berkata secara Reflek sebelum dia memeluk ku. Dia menatapku dengan terkejut
kemudian membuat wajah murung di hadapan ku.
“Kakak,
jangan berkata seperti itu, di aka-“
“Aku
tahu, dia orang tua yang telah membuang kami setelah ayah menjadi pasukan
khusus” Aku berkata dengan nada membetak, Nita terkejut kemudian mudur beberapa
langkah.
“Jangan begitu, aku tidak
membuang ayah mu, dia yang minta aku menjaga ibu kalian!” Kakek ini berkata
dengan nada tanpa rasa bersalah.
“Jujur, aku bingung. Kenapa ibu
yang sudah di angkat rahimnya bisa melahirkan seorang anak perempuan. Ada rasa
bahagia saat aku bertemu Nita. Tapi ini semua hanya akal – akalan mu kan” Nita
terkejut mendengar ucapan ku dan kakek tua itu hanya meringis kecil.
“Kau anak jenius, tidak sia – sia kau
diangkat sebagai pimpinan termuda dalam sejarah!” Kakek ini berkata seolah
mengejek luka lama ku.
“Apa maumu ?” Aku berkata dengan
nada membentak.
“Hanya berkunjung, melihat cucuku.” Ucapnya tersenyum mengejek, senyuman yang
bahkan membuatku ingin memukulnya.
“Aku tidak butuh perhatian mu setelah
orang tua ku mati!” desaku, membuat senyumannya tadi hilang.
“Aku hanya sedikit membantu!”
kakek tua ini kembali merinngis kecil.
“Pergi dari sini!!” Aku
membentak lagi.
“Kak cuku-“
“Kau diam, ini bukan urusan mu!” aku berkata
tajam.
“Ini urusanku. Aku adikmu!”
“KA-U
BUKAN ADIK KU!!!” aku berkata tajam, air mata Nita langsung mengalir.
“Aku- aku adikmu kan” Nita berkata dengan nada
tersedu, hampir saja aku tertipu wajah polos suruhan kakek tua ini.
“Kau
bukan adikku lebih baik kau pergi!” Nita semakin jatuh mendengar ucapan ku,
matanya penuh dengan air mata yang membasahinya.
“Kau, anak sialan. Itulah aku tidak
memperbolehkan mu tinggal dengan kakakmu yang gila ini!” kakek ini berkata
pelan, kemudian membawa Nita pergi.
“Mereka menghilang dari pandangan ku
saat itu juga.” Aku hanya terduduk lesu melihat apa yang telah kulakukan. Aku
kembali sendiri, mungkin saat itu juga.
No comments:
Post a Comment