Genre :
School, Psychological, Mystery,Thriller
Author :
Hittori Yudo
Chapter: 18
Adik ?
“Tuan, apa yang terjadi
?”
“Tuan ?”
“Tuan?!”
Aku menatap sebentar wajah
Kak Nirmala, tidak ada yang bisa kulakukan jika itu juga terjadi padannya.
“Syukurlah baik – baik
saja!” ucapku mengatur nafas beberapa kali, pandangku teralih kini pada orang
yang sedang duduk di bangku ruang tamu.
“Siapa ?” ucapku tapi
kak Nirmala tidak berbicara dia malah memandang ke arah lain.
“Kau siapa ?” ucapku
sekali lagi, orang yang duduk di bangku itu segera berdiri dan berbalik.
“Lama tidak bertemu,
bro!” suara wanita itu membuatku terdiam, ada ribuan pukulan yang seolah
bersarang di hatiku.
“Kau, tidak mungkin. Itu
bukan kau kan?” wajahku berbalik menatap kak Nirmala, ini benar itu bukan dia.
Aku yakin itu bukan dia. Alisa sudah lama pergi dan yang berada di depanku
bukan Alisa.
“Apa wajah ini membuatmu
lupa ?” ucapnya membalas bantahanku, sial kenapa di saat seperti ini aku harus
bertemu lagi dengannya.
“Apa perlumu kau
seharusnya tidak di sini!” ucapku kini bergegas untuk menyeretnya keluar. Ini
akan berbahaya jika dia berada di sini, setidaknya aku harus mengusirnya pergi.
“Lady Isabela memintamu
untuk mundur dari organisasi, biarkan mereka melakukannya sendiri. Jangan
ganggu rencanannya!” aku terdiam padanganku tertuju pada Alisa.
“Kau! Kau juga bagian
dari rencananya Al?” Alisa menggeleng dia melepaskan pergelangan tanganku
pelan.
“Kau tahu apa yang
terjadi waktu itu kan ?” ucap Alisa sambil tersenyum hambar tatapannya mengarah
pada barisan foto – foto keluargaku, tidak ada sedikitpun tersimpan fotonya.
“Kau mati, dalam pikiran
semua orang!” ucapku membuat Alisa tersenyum matanya yang terlihat terasa
bersedih membuatku tidak bisa terima dengan semua yang terjadi.
“Jadi bagaimana kau bisa
mengingatku Bro, seharusnya kau juga melupakanku!” ucapan itu seperti
pernyataan, aku melakukan sesuatu pada ingatanku lebih tepatnya aku membackup
ingatanku dalam diary walaupun sihir tingkat akhir menyingkirkan ingatan tapi
jika aku masih memegang backup ingatan yang terkunci itu akan terbuka.
“Itu bukan urusanmu dan
apa yang dilakukan ibu pada tubuhmu!” Alisa melepaskan jubah yang dipakainya
yang tampak terlihat olehku hanyalah cahaya biru yang tembus pandang.
“Tubuhku direnktruksi
kembali dari Mana, ini adalah hal yang mengerikan bro. jadi menyingkirlah jika
kau tidak ingin seperti ini!” suaranya terlihat mengkhawatirkanku tapi aku
tidak bisa mundur, mereka telah membunuh Valen dan aku harus melakukan sesuatu.
“Tidak, jika kau
memintaku mundur dari perang ini buat aku lumpuh saja jika kau ingin aku mundur!”
dia tertawa mendengar ucapku detik berikutnya Alisa mengeluarkan pedang dari
jubahnya.
“Kalau begitu akan
kulakukan, walaupun kau adalah kakakku!” ucapnya dengan wajah yang terlihat
tenang.
“Buk!!!” Kak Nimala
mendorong Alisa kemudian membawa segera pergi. Wajahnya yang terlihat kesal
membuatku tidak berani untuk bertanya.
“Aku akan selalu ada
untukmu...” suara terdengar kecil tapi aku tahu Kak Nirmala mencoba untuk
menenangkanku.
“BUARRR!!” suara ledakan
tiba berada di belakang kami dan membuat aku dan kak Nirmala terpental.
“Aaahggaa!!” suara
hampir tidak bisa keluar pandanganku kabur dan yang terlihat hanya rambut kak
Nirmala.
“Kak.. Kak.. Kak!!” Kak
Nirmala tidak merespon detik berikutnya Alisa berada di depanku menodongkan senjata tepat ke arah
wajahku.
“Balistika, jadi itu
bukan pedang ya!” ucapku membuat Alisa tersenyum sinis.
“Sejak awal itu bukan
pedang bro, kau tahu kan!” aku memuntahkan darah, sial kukira dengan Manaku aku
bisa menahannya tapi aku meremehkan ibu. Dia pasti memiliki mana yang lebih
besar dan aku bahkan tidak tahu Alisa sudah menjadi apa.
“Kau tahu ayah dan kakak ?” ucapku tiba –tiba membuat raut
wajah Alisa berubah menjadi murung.
“Itu salahku membuat
kalin terlibat dan ibu juga turut menyesal!” aku memadangnya penuh rindu, gadis
kecil ini sekarang bersama ibu ya. Mungkin saja dia sudah menjadi penyihir yang
hebat atau RAS yang kuat.
“Aku sepertinya terlalu
naif, sekarang aku sudah lumpuh. Jadi tidak ada kemungkinan bisa melawanmu.
Jadi bisa kau turunkan senjatamu Al ?” Alisa tidak bergeming dia hanya
meneteskan air mata.
“BUARRR!!!” suara
ledakan menghantamku lagi. Ok aku sekarang sedang berada di lapangan rumput
yang sudah hampir terbakar. Ledakan itu seperti penanda bahwa ada seorang lagi.
“Kita bertemu lagi,
putri kecil. Maaf menganggumu tapi aku harus membawa Raja kami pergi!” suara
dari Virgo membuatku tertawa, ini seperti adegan dalam film dimana seorang
teman menyelamatkanmu.
“Sisa 10 dewan. Kalian tidak
belajar banyak rupanya!” seperti Virgo datang hanya untuk membuat onar, aku
merasa semuanya akan menjadi lebih panjang lagi.
BERSAMBUNG>>
No comments:
Post a Comment