blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Wednesday, 14 October 2015

Last Bab 12 Gerakan [TAMAT]



Title    : Last
Genre  : School, Humor, Family
Author : Hittori Yudo
Chapter: 12
Gerakan
            “Ini memang bagus, tapi apa kau yakin untuk menerbitkan ini?” aku mengangguk setuju membuat Editor yang diperkenalkan Alumni itu, telah mengajak bicara di salah satu skat kantor penerbitan.
                                                       
            “Seragam dalam nafas ya? Mungkin untuk Editor sampai ke tahap cetak membutuhkan waktu sekitar 3 bulan! Jadi sampai saat itu kami akan sering mengontakmu!” aku mengangguk mendengar ucapan dari Editor ini, dan setelah beberapa percakapan ringan selesai aku pergi dari kantor penerbitan.

            “Sebuah novel dalam waktu satu minggu, itu bukanlah hal yang sulit tapi kuharap ini bisa sampai ke tangan pembaca untuk mengubah pola pikir mereka!” sambil terus mengatakan itu, aku terus menatap kerumunan orang yang terus berlalu lalang dihadapanku.

            “Apa yang kau rencankan?” Rika berdiri di depanku seolah dia sudah lama menunggu, aku kembali menatapnya beberapa kali sebelum aku mulai memproses kata – katanya.

            “Membuat Dunia tahu!” Rika terdiam mendengar ucapanku, dia kemudian memberi tatapan kecewa beberapa saat kemudian.

            “Kau mesum gila?”

            “Aku tidak gila!” Rika masih seperti ingin bertengkar tapi saat dia memperhatikan orang – orang yang menatap kami dia mengunci mulutnya kemudian menarikku pergi menjauh dari kerumanan.

            Café kecil yang berada di persimpangan jalan membuatku sedikit jenuh, bukan karena keadaan ini tapi café ini tidak memiliki satu spotpun yang terlihat menarik. Jadi aku kini berganti menatap Rika yang masih tampak tidak percaya dengan apa yang kulakukan.

            “Kau ingin tahu seperti apa mayoritas mendukung para minoritas?”

            “Mereka tidak pernah memikirkan kerja keras yang kita lakukan!”

            “Karena mereka tidak pernah berpikir begitu berhentilah untuk mengarahkan pikiran mereka untuk mengerti kita!” aku dan Rika merasa menjadi orang lain, ahh pada dasarnya kami hanya bagian mayoritas yang membuat diri menjadi individual yang minoritas.

            ‘Tidak, kita akan selalu-”

            “Di injak? Kau sadar dunia ini asing dan akan tetap asing untukmu. Menujukan perhatian dengan cara seperti itu, kau menginjak pedal terlalu dalam!” Rika seperti kehilangan kesabaran, walaupun kami terlihat berdebat tapi frekuensi suara kami cukup kecil untuk di dengar mereka duduk yang berjarak dua bangku dari kami.

            “Aku tidak mau!”

            “Kau harus mau, karena kita berbeda!” kata – kata Rika seolah membuat jantungku seakan ingin keluar, Dskriminatif dari sebuah bakat, ahh bukan dari sebuah kerja keras Nampak berhasil untuk kami.

            “Aku tidak berbeda, aku hidup seperti mereka. Jadi kenapa aku harus dapat perlakukan berbeda. Orang biasa akan memakimu seolah bakat adalah penyakit kronis sementara orang – orang yang mengerti akan memujimu terlalu berlebihan. Seharusnya mereka melakukan segala hal dengan pertimbangan!”

            “BRUKKK!!!”

            “Karena kita manusia, mesum! Kita tidak bisa membuat siapapun mengerti kita. Jadi lupakan tentang rencanamu!” entah kepahitan apa yang dialami seorang Rika, tapi aku merasa dia bersikap terlalu berlebihan.

            “Aku tidak mengerti, aku tetap berdiri nanti walaupun sendiri!” aku melangkah jauh, sampai sekarang aku tidak mengerti perinsip Rika jadi aku meninggalkan sendiri di dalam café setelah membayar minumanku.

            “Aku tidak mungkin bisa mengerti gadis itu!” gumamku sesaaat sebelum aku menangkap sosok kak Nia yang sedang berjalan dengan Kak Rifal, mereka berbicara sambil sedikit tertawa. Sepertinya kak Rifal berusaha keras untuk membuat suasana hati kak Nia lebih baik.

            “Bukannya, kau sudah lihat seberapa penting pengakuanmu. Kau tidak pernah bisa membuat kak Nia tersenyum!” kata – kata Rika membuatku bungkam, gadis itu memadang ke arah kak Nia dan Kak Rifal seperti memandang sebuah lukisan yang luar biasa, dia tersenyum

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Last selesai sampai disini kawan! Ehm Last memiliki cerita yang cukup baik, disini saya sudah mencoba untuk membangun beberapa hal termasuk konflik dan plot. Untuk beberapa alasan kenapa saya memilih ending seperti ini sebagai bukti kalau perkembangan cerita adalah bentuk dari pemikiran pembaca, jadi Ending pun adalah keputusan dan imajinasi pembaca. Karena ada kata – akta yang mengatakan jika kau masih belum bahagia, Tuhan masih menulis ceritamu bersabarlah karena semua manusia memiliki akhir Happy End.

No comments:

Post a Comment