Title : Stay In For Me(Tetap di dalam untuk ku)
Genre : School, Romance, Family
Author : Hittori Yudo
Chapter: 02
Langit yang Terlihat biru
Seperti sebuah benang yang
sedang terikat rapi, aku dan gadis kota ini sekarang sedang berjalan menyusuri
SMA KENANGA, ini hanya SMA kecil yang terdiri dari 4 kelas setiap angkatan tapi
memiliki lahan ang cukup luas karena di bangun di daerah yang bersih dan sejuk.
Eri menarik nafasnya dalam –
dalam pandangnya masih tertuju pada meja – meja yang terlihat berjejer rapi,
untuk alasan yang tidak kumengerti kenapa gadis secantik ini bisa pindah dengan
mudah dari kota terlebih lagi tinggal dengan orang yang tidak dia kenal.
“Kelas rapi ya, pemadangannya
indah!” ucapnya membuat aku kini menatapanya dengan wajah penuh kebingungan.
“Apa di Jakarta kelasnya urak –
urakan dan pemadangnya buruk!” Eri hanya terlihat sedikit bingung kemudian
tersenyum kecil.
“Riki memang orang to the point
ya, yah Riki bisa saja ambil kesimpulan begitu!” ucap Eri kini melangkah ke
daerah yang lebih luas.
Biasanya sekolah tidak di buka
untuk hari libur, tapi entah keberuntungan atau bagaimana. Hari ini ada jadwal
latihan klub basket dan beberapa klub kesenian. Akses masuk gerbang sekolah
yang besar itu jadinya di buka.
“Aku menyukai tempat seperti
ini.” gumamnya membuat tatapan bingungku semakin menjadi – jadi, apakah alasan
dia pindah dari sebuh kota karena penampilan. Sungguh gadis yang bodoh.
“Ayo Riki kau masih belum
menunjukan hal yang lain!” kali Eri menarikku, tidak lebih tepat gadis cabul
ini segera menyeretku menonton salah satu pertadingan basket. Aku biasa melhat
Diana dari kejauhan dan itu cukup membuatku jengah.
“Kita pulang!”
“Eh?”
“Kita pulang, masih banyak
barang yang belum kau rapikan. Tidak alasan berlama – lama di sini!” Eri
mengangguk enggan meninggalkan tatapan kecewa pada lapangan basket itu,
terlambat Diana sudah menatap kami dengan pandangan bingung.
“Riki ada yang cewek yang
melihat kita!”
“Cuma perasanmu saja kok, ayo
kita pulang!” aku segera menyeret gadis ini kadang – kadang memiliki kesan
berbeda dari yang lain. Jadi meniggalkanya di lapangan basket adalah ide yang
buruk.
“Apa kita bisa lewat jalan
memutar, agar aku tahu Kota ini seperti apa?”
“Kau tidak bisa lewat jalan
memutar, sekolah ini hanya terhubung dengan satu jalan!” Eri mungkin menyadari
aku sedang sedikit emosi saat ini, jadi setelah mengatakan itu gadis itu hanya
bisa diam saja.
Wajahnya masih terpaku dengan
pemandangan sawah, oh lebih tepatnya orang- orang yang berada di sawah. Karena
bulan ini adalah musim tanam jadi sangat umum melihat para orang tua menanam
padi di persawahan.
“Perkebunan yang di katakana
ibumu, apa di daerah sini?” akhirnya gadis ini kembali membuka mulutnya lagi,
tapi kenapa kata pertamanya harus membahas hal seperti itu.
“Ehm, sekitar 20 km dari sini!”
jawabku
“Riki tunggu Diana!!!!” suara
itu masih bisa kudengar tapi aku lebih memilih mengabaikan apa yang terjadi.
“Riki, sepertinya ada orang yang
memanggilmu?”
“Nama itu pasaran, banyak yang
menggunakan!”
“Eeh, tapi kurasa!”
“Riki!!!!!!!!!!!!!!!”
“Kelihatanya dia memang
mencarimu!” memilih mengabaikan teriakan dari Diana aku tetap melajukan motorku
lebih cepat lagi.
“Itu siapa?”
“Siapa?”
“Orang yang memanggil namamu!”
“Ehm kan dia salah orang!”
“Hmmm!!!” akhirnya aku memilih
menghela nafas membuat Eri hanya bisa terdiam tidak mengatakan apapun.
Setelah sampai di depan rumah
Eri tidak lagi berbicara dan lebih terlihat mengabaikanku, aku yang tidak mau
ambil pusing kini memilih melangkah kea rah kamarku yang berada di alntai dua.
Setidaknya aku tidak bertemu dengan gadis cabul itu lagi.
Diana ya!
Aku menarik pelan rambutku,
masih teringat dengan jelas apa yang dia lakukan pada temanku, aku menyukainya
dan dia berpacaran dengan temanku itu hal yang wajar. Tapi apa yang dia lakukan
sekarang membuatku geram.
Rama mungkin membenciku sampai
dia mati nanti, sahabat seperti apa aku ini yang merebut pacar sahabatnya.
Walaupun mereka putus baik – baik aku merasa menjadi orang yang jahat sekarang.
Seharusnya aku tidak menyukai
perempuan seperti itu dan membuat Rama kecewa. Dia hnayalah seorang gadis dan
aku rasa tidak ada yang berubah sampai kapapun karena dia adalah seorang gadis
yang seperti itu.
“Ki?” Eri tiba – tiba muncul
dihadapanku dengan wajah yang eterlihat gugup, kenapa lagi dengan gadis ini.
“Aku tidur disini ya?” ucapnya
membuatku membuka mulutku dengan wajah kebingungan, aku tidak mau diserang
seorang gadis saat malam hari. Itu terlalu mengenaskan untuk masa depanku.
“Pergi ke kamarmu kalau gak ke
kamar ibu!” dia menggeleng dengan cepat, membuatku semakin bingung dengan gadis
ini.
“Kau bisa lihat bnayak boneka
disana, apalagi kamar ibumu!” aku sekarnag mengerti apa yang dimaksud dengan
Eri, yah tidak ada yang salah dengan ketakutanya tapi kau tidak mau itu menjadi
alasan dia tidur disini.
“Tidak, kau bisa tidur di tempat
lain kan!”
“Ki kumohon!”
“Tidak!”
“Aku akan tidur di bawah, dua
meter dari ranjangmu!” mempertimbangkan wajahnya yang masih ketakutan akhirnya
aku mengangguk. Untuk malam ini saja.
No comments:
Post a Comment