blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Tuesday, 1 September 2015

MY LAW CHAPTER 5


Title    : My Law
Genre  : School, Psychological, Mystery,Thriller
Author : Hittori Yudo
Chapter: 05

05 SETENGAH MANUSIA
            Hari ini masih seperti hari biasa yang sering aku lewati, tapi dengan menjadi seorang yang disebut Ras entah kenapa aku merasa ada sedikit perbedaan. Mungkin untuk pertama kalinya aku bisa memakai sihir.

            “Kidan Pangestu, yey!” yang tiba berteriak itu adalah Rama Anjira, aku tidak tahu dari mana nama Anjira itu berasal, tapi yang aku tahu Rama cukup hebat dalam bermain catur dan aku hampir kalah dibuatnya.

            “Hey!” jawbaku singkat.
            “Kudengar dua minggu ini kau tidak datang karena terjadi insiden orang meledak di jalan itu ya!” Rama terlihat cukup tertarik dengan apa yang di bicarakan, orang meladak waktu itu memang masuk dalam berita TV dan sempat heboh, tapi kematian keluargaku dengan cara yang sama kurasa ditutupi pemerintah.

            “Ki-chan!” aku melirik ke belakang lagi mendapati Sherry memakai seragam SMA, kenapa tante ini mencemari mataku pagi – pagi begini.

            “Narina, kamu kenal Kidan?” Narina, nama itu terlalu manis untuk tante ini, bukannya Sherry lebih cocok karena dekat dengan alkhol.

            “Kami sepupu ya kan? Ki-chan!” itu menjengkelkan, kenapa dia berbuah menjadi makhluk yang menyebalkan sekarang. Bukannya dulu dia yang membuat tanganku patah dengan karatenya.

            “Aaah, benar juga. Rama kau bisa duluan. Aku ingin menyampaikan sesuatu dari orang tuaku!” Rama terlihat enggan setelah melihat tante ini hanya berjalan lebih dulu. Rama aku tidak tahu seleramu adalah tante – tante.

            “Kemana kau selama 2 minggu ini ?” Sherry berubah menjadi mode serius membuatku segera menghela nafas.

            “Aku menari pelaku itu!”
           
“Dan?”
           
            “Tentu saja aku tidak menemukannya, bukannya waktu itu sudah kubilang kalau pelakunya seperti berandalan!” Sherry terdiam dia mengambil handphonenya lalu menunjukan foto Bomber sedang bersantai.

            “Maksudmu dia?” aku mengangguk, sial aku ingin membunuhnya saat ini, Sherry menatapku lagi kali ini dan dia terlihat gusar.

            “Ryu Ling, dia Letnan satu yang beberapa hari kemarin berada di Negara ini karena ada keperluan dan ini itu atas perintah Federasi China seasia mengemban tugas untuk mencari buronan!” aku tidak tahu di dunia dia punya kepentingan seperti itu, berarti serikat Ras juga bekerjasama dengan Federasi China.

            “Dan kurasa kau salah orang! Dia hanya 4 jam disini dan tidak mungkin membunuh keluargamu yang semuanya militer!” aku mengangguk lesu tidak ada harapan jika bekerjasama dengan Divisi Intelejen, kurasa aku harus mencari Divisi lain.

            “Kurasa mereka hanya mirip!” Sherry tampak tidak puas dengan kata – kataku kemudian dia memperlihatkan beberapa foto yang diambil saat kejadian dua minggu lalu.

            “Pria ini adalah Bam Lee, buronan yang dimaksud tadi!” aku melihat foto mayat itu, ternyata memang “mereka” sudah mempersiapkan semuanya dan mungkin tidak ada cara untuk membuktikan Ryu bersalah.

            “Dan kenapa dengan pakaian ini?” aku melihat Sherry dengan tatapan jijik membuatnya langsung mendengus kesal.

            “Ini, bagaimana bagus!” dia berjalan lebih cepat di hadapanku kemudian memutar badanya seolah dia adalah model.

            “Itu menjengkelkan, cepat lepas tante!” mendengar ucapanku Sherry segera terlihat sedikit kesal kemudian dia berjalan ke arahku dengan wajah memerah.

            “BUUKK!!!”
             
            “Itu sakit tante tua, aah kepalaku yang berharga!” Sherry terlihat semakin jengkel kemudian dia berjalan lebih cepat dariku dan saat itu aku merasa ada yang aneh.
           
            Karena latihan rutin yang diajarkan oleh nenek penyihir itu, aku jadi sensitive dengan perbuahan udara dan sepertinya aku mengetahui sesuatu setelah merasakan ada sesuatu yang mendekat.

            ‘BUUKKK!!!” aku memukul sesuatu yang di belakangku kemudian membantingnya ke samping melewati pagar sekolah yang tingginya hampir dua meter memakai kakiku sebagai batu loncatan.

            “Aaah, sakit sekali!!” aku menatap dengan mata memicing untuk memastikan kalau itu adalah seorang gadis yang memakai seragam SMA seperti kami. Akibat bimbingan dari nenek tua itu aku jadi melakukan hal yang tidak – tidak.
           
            “Kau makhluk apa?” mendengar pertanyaanku perempuan ini memucat, dia tahu kalau aku berbahaya atau mungkin dia tahu aku bukan orang biasa.
           
            “Maaf, tuan aku tidak akan melakukannya lagi!” itu adalah suara permintaan maaf dengan cara yang paling menyedihkan. Dia menundukan kepalanya dengan wajah penuh air mata.

            “Aku tanya kau makhluk apa?” sepertinya aku tidak bisa terpengaruh dengan keadaan, pengalaman dengan nenek tua itu membuatku paham betul arti dari Ras.

            “Saya setangah manusia, Tuan..” jadi dia bukan Ras, tunggu dulu setengah manusia itu apa, tapi dia memiliki kecepatan yang hampir sama dengan Virgo.

            “Kau Ras?” dia menggeleng.

            “Saya Siluman Tuan, lebih tepatnya saya setengah kuda!” aku semakin bingung kemudian menatap seluruh badannya. Tidak ada sedikitpun hal yang aneh pada bentuk badannnya.

            “Kau bercanda?” dia menggelng cepat dengan wajah ketakutan. Melihat reaksi yang aneh aku menatap lekat kedua bola matanya. Bola matanya terlihat kehijauan dan rambutnya kecoklatan dan kulitanya putih seperti susu.

            “Yang kulihat kau gadis biasa, diamana bentuk kudanya?” dia terlihat panik dengan kata – kataku, kemudian semakin terlihat ketakutan.

            “Aku benar – benar setangah kuda tuan… aku tidak berbohong.” Kenapa kau merasa menjadi orang jahat saat ini, bahkan tubuhnya gemetaran.
           
            “Anggap saja aku percaya dengan semua itu, jadi maafkan aku. Silahkan pergi!” kali ini bukannya ucapan terima kasih yang di dapat. Gadis ini malah menatapku dengan pandangan bingung.

            “Tuan?”

            “Apa? bukannya kau mau pergi?”

            “Tuan menangkap saya, bukannya Tuan mau memperkosa saya?” aku kehilangan kata –kata, hidup di dunia lain ini terlalu berat. Bagaimana mungkin dia mengatakan hal itu, apa wajahku terlihat seperti pemerkosa.

            “Aku tidak memperkosamu, cepat pergi!” ucapku jengkel tapi gadis ini tidak berpindah sedikitpun dari tempatnya. Jangan – jangan dia memang ingin diperkosa, apa yang salah dengan kepalanya ini.

            “Saya tidak mungkin bisa pergi.” jawabnya membuatku semakin bingung, aku segera mengeluarkan Hp dalam saku dan mendial salah satu orang yang mengerti tentang ini.

            “Hallo, Pegasus ada apa?”

            “Jangan panggil aku begitu!”

            “khu..khu..khu.. itu adalah nama yang keren!” aku berhenti, semua wanita sekarang memang menyulitkan.
           
            “Nebula, kau tahu tentang siluman kuda?” terdengar suara gaduh disana membuatku sedikit kebingungan, apa dia berada di gudang penyimpanan.

            “Kau bertemu dengan mereka, berarti kau sudah menikmatinya ya?” tunggu dulu, aku merasa Nebula mengetahui apa yang terjadi saat ini.

            “Nebula, aku belum melakukan apapun padanya, jadi singkirkan pikiran burukmu itu. Bagaimana membuatnya tidak peduli lagi pada aturan bodoh itu!” tidak ada suara yang kelaur dari sana seperti keheningan.
           
            “Ya kalau begitu berjuanglah!..tut..tut..tut!” nenek tua ini, dia belum mengatakan apa – apa tapi menyuruhku berjuang.
           
            “Ada yang salah tuan?” kenapa sekarang siluman kuda ini menjadi menjengkelkan.

            “Aku tidak akan melakukan apapun, jadi selamat tinggal!” ucapku kini melangkah pergi dari tempatku menjatuhkan siluman kuda tadi. Melihat dari seragamnya mungkin dia sekolah disini, jadi tidak ada alasan untuk melakukan hal aneh – aneh yang disarankannya.

            “Kidan?” Rama terlihat bingung menatapku dengan pandangan kebingungan sedangkan teman sekelasku yang lain juga melakukan hal yang sama.
           
            “Kak Nimala, apa yang kakak lakukan disini!” salah seorang murid yang berada di belakangku bersuara membuatku segera berbalik menatap apa yang mereka lihat.

            “Kuda betina ini!” aku hanya bisa mendesah melihat siluman kuda ini terlihat malu – malu dan bercampur takut menatapku, seharusnya aku tidak melakukan apapun pada kuda ini.

No comments:

Post a Comment