Title
: Last
Genre :
School, Humor, Family
Author : Hittori YudoChapter: 04
Menaiki
Panggung
Ada beberapa situasi dimana kamu tidak ingin itu
terjadi pada dirimu, kalau kamu tahu situasi itu akan terjadi ? apa yang akan
kamu lakukan? Lari? Atau hadapi? Yang manapun, pasti memiliki konseukensi
tertentu bukannya semua pilihan memiliki caranya masing – masing
.
“Mesum?” Aliya mengulang perkataan Rika, tentu saja
sekarang dia menatapku dengan penuh kebingungan.
“Itu hanya panggilanku padanya, kamu lihatkan dia
selalu menatap kebawah seperti pemerkosa yang selalu takut ketahuan!” Rika
berkata dengan harapan menjelaskan permasalahan. Tapi itu semakin memperburuk
situasiku di hadapan Aliya.
“Ooh!!” setelah kata – kata itu keluar dari mulut
Aliya. Dia mundur beberapa langkah dengan harapan yang bisa terbaca jelas dari
matanya “Jangan mendekatiku” oh sial inilah gambaran pecudang kelas atas saat
ini.
“Kamu puas!” ucapku kesal, Rika menatapku seperti
tatapan orang tidak berdosa. Aku sangat benci dengan tatapan ini. Dia seperti
tidak tahu apa yang diperbuatnya bisa membuat hubungan yang kubangun selama ini
akan rusak dalam hitungan detik.
“Sudahlah ada aku disini!” ucapnya dengan senyum
bercanda, aku mulai mengutuk diriku dengan pertemuannya. Ini seperti kesialan datang silih berganti tanpa
tahu hari minggu. Dimana dewi keberuntungan berada, aku sudah terpojok dalam
kesialan.
“Seharusnya kamu cari orang yang pantas saja!” ucapnya
beberapa detik kemudian. Aku menatapnya dengan tatapan kesal, sekali lagi dia
tersenyum dengan wajah tanpa dosa.
“Maksudmu apa? Aku muak mendengar ucapan konyolmu itu!”
Kepalaku sudah mulai terasa sakit menanggapi perilaku perempuan yang ada
dihadapanku ini, aku tidak mengerti jalan pikirannya ini. Entah kenapa ada
beberapa hal yang membuatnya bisa tertarik padaku.
“Aku suka padamu dan apa itu tidak cukup untuk
berpaling melihatku!” kali ini Rika membuat ucapan yang membuat Aliya kembali
untuk mendengar dengan wajah yang penasaran.
“Kamu bercandakan? Itu tidak lucu!” semua orang mulai
berkumpul disekeliling kami dengan pandangan penasaran, bahkan ada yang siap
dengan kameranya.
Setelah kewaspadaanku berkurang, Rika segera
memberikan kecupaan dipipiku ini membuatku langsung melotot. Ini bahkan hal
memalukan yang pernah kurasakan selama ini, paling memalukan seumur hidupku.
“Itu adalah tanda Cintaku padamu kamu tahu kan?” aku
melotot tajam membuat semua orang yang berada disekelilingku juga melihat
dengan tatapan itu.
“Plaaaak!!” aku memukulnya, baru pertama kali aku
memukul seorang perempuan, aku marah? Aku yakin aku juga sedikit senang tapi
ini sangat memalukan!
“Hey, kau memukul perempuan Bung?” salah satu dari
siswa kini lebih mendekat ke arahku
dengan pandangan ingin berkelahi.
“Apa masalahmu tuan pahlawan?” ya seharusnya aku
melakukan apa yang mereka gossipkan. Maafkan aku kak Nia, aku tidak bisa melakukan
apa yang kakak mau, tapi setidaknya semua akan lebih jelas.
“Brengsek!” dia seperti panas mendengar ucapanku
segera mengepalkan tijunya, tapi sebelum tinju itu melesat.
“PLAKKK…PLAAAKK!!” Rika tersenyum setelah menampar dua
kali pipi kanaku dengan senyum di wajahnya.
“Maafkan aku, seharusnya kita melakukannya berdua.”
Pelukan Rika yang hangat membuat semua orang menjadi salah paham, Fine
perempuan ini benar – benar membuatku kesal.
“Nona, kau memukulnya tadi?” Aliya berkata dengan
wajah ragu, tapi Rika melihatnya dengan tatapan aneh.
“Bukannya wajar seorang di pukul karena melakukan
tindakan yang salah, lagian di tidak membuatku sakit, jarinya di tekuk begini
dan…”
“PLAAKKK…” suara pipi Aliya dipukul oleh Rika membuat
semua orang kebingungan.
“Tidak sakitkan, Andi hanya mencoba membuatku
dikasihani disini mungkin tujuannya baik tapi aku tidak suka diperlakukan
seperti itu. Diperhatikan dengan cara begitu membuatku malu, apalagi dia
mengorbankan dirinya menjadi tokoh antagonis.” Semua orang mengangguk paham,
mereka menatapku dengan pandang ramah kemudiannya. Perempuan ini, apa yang ada
di dalam kepalanya itu.
“Maaf, aku salah sangka denganmu bung!” siswa tadi
yang kutahu bernama Rio kini mengajakku berjabat tangan, aku hanya menjabat
tangannya dengan wajah yang sedikit enggan.
“Aku tidak tahu, kau membuat dirimu seperti itu. Tapi
kalau melihat lagi, aku mungkin bisa salah paham.” Aku hanya mengangguk
mendengar ucapnya. Walaupun masih terasa rishi di gandeng Rika, aku merasa
cukup baik sekarang.
“Semuanya bisa duduk?” sekarang wali kelass kami
datang, aku segera menuju kursiku sementara Rika kini berjalan ke depan kelas.
“Ayo perkenalkan siapa namamu?” Wali kelas ini berseru
lembut pada Rika kemudian dia menatap seluruh kelas.
“Perkenalkan namaku Rika, aku baru pindah dari Jerman.
Tubuhku tinggi dan kulitku putih, hah kalian bisa liat itu kan, hehehe!” suara
kelas yang tadinya canggung berubah menjadi ramai karena Rika yang terlihat
bercanda.
Seperti sebuah drama kecil dia mendorongku perlahan
untuk masuk ke dalam dunianya, perempuan ini adalah bagian dari dunia lain yang
selalu mendapat perhatian tulus dan berbicara dengan hatinya, tokoh sialan yang
kubenci dan heroin yang paling kubunuh dalam tulisan.
No comments:
Post a Comment