blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Saturday, 29 August 2015

Gadis Dari London Chapter 11

Title    : Gadis dari London
Genre  : School, Romance, comedy
Author : Hittori Yudo
Chapter: 11


BAB XI  HIDUP TAK BERARTI
            Genesia mengerutu saat mendengar Riki akan kembali lagi ke asrama sedangkan kakek hanya bisa menatap mereka dengan wajah sayu. Mereka masih berusaha untuk menjodohkan Riki dengan Rika dan sepertinya Rika mempunyai tujuaan yang sama dengan apa yang dikatakan kakek dan Ibunya.

            “Kita pulang?” suara Rika tersentak saat kami memasuki pesawat, wajahnya terlihat tidak senang. Riki tidak tahu kenapa, tapi tujuan kesini hanya untuk menanyakan asal perempuan ini, dan fix ibunya bodoh. Dia mau saja membuat Rika kehilangan kesempatannya di London hanya untuk acara perjodohan tak mutu.

            “Kembali ke London, lanjutkan sekolahmu!” Rika yang duduk di sebelah Riki terdiam menatapnya dengan pandangan tidak percaya

            “Kurang jelas? Aku bilang kembali ke London!” Riki sedikit meninggi ssuara membuat Rika terlihat tidak peracaya.

            “Fix, aku tidak akan berlaku lembut lagi!” Rika menggeram, dia kembali seperti sifatnya yang pertama kali datang.

            “Pertama di sini!” dia menggenggam tangan Riki erat entah apa yang dilakukannya tapi ketakutan seolah menjalar keseluruh tubuh Riki.

            “Rika berhenti!” Riki sedikit berbisik karena pesawat sudah masuk dalam mode senyap, Rika tersenyum seolah dia tidak mendengarkan apa yang kukatakan dia mendekatkan kepalanya padaku.

            “Rika…” Riki menggeram tapi itu tidak membuatnya panik, wajahnya semakin mendekat dan kini tatapan sendu dari matanya dapat kulihat. Mata kami bertemu dan entah kenapa, ada sedikit pancaran rasa sakit.

            “Jika menjadi pemalu dan agresif tidak berhasil padamu-” bisikan itu terlihat menggoda Riki membuat Lelaki ini hanya bisa membatu.

            “Maka menjadi murah, tidak ada salahnya untukmu kan?” wajahnya semakin mendekat dia ingin melakukan itu, perempuan ini berusaha untuk melakukan itu.

            “Rika apa yang kau lihat dariku?” Rika kini mengerjapkan pandangnya, wajahnya terlihat kebingungan dengan kata – kata spontan Riki.

            “Yang kulihat?”

            “Iya, yang kau lihat?”

            “Maksudmu apa Ki?”

            “Kenapa kau bisa suka dengan orang brengsek semacam aku. Apa karena nama Ashar itu? Kurasa tidak, caramu bersikap dan semua tingkah lakumu terasa lain!” Rika menghela nafas di depan Riki kemudian kembali pada posisinya.

            “Kau tahu, aku gadis yang jatuh waktu itu!” Riki terdiam, itu bukan jawaban yang diinginkan tapi itu isyarat yang membuat semua menjadi nyata. Rantai yang lepas dan kini kembali pada sendinya.

            “Gadis itu?” Rika mengangguk membuat Riki teringat, alasan Phobianya selama ini, gadis yang berteriak suka padanya kemudian melompat dari gedung sekolahnya. Hal itu yang membuatnya menjadi sekarang.

            “Rambutmu?”

            “Aku cat, aku tidak mungkin membuatmu ingat dengan kebodohan itu!”

            “Itu bukan karenamu aku jadi seperti ini, pergilah tinggal aku!”

            “Tidak mungkin Ki, alasan aku hidup karenamu. Meninggalkanmu sama saja dengan mati! Dan aku tidak mau mati!” kata – kata yang keluar dari mulut Rika memang terdengar egois tapi di sisi lain kata – kata itu seakan membuat Rika terdiam.

            “Seharusnya kau mati saat itu…” suara Riki terdengar frustasi, dia merasa ada yang salah dengan Rika saat ini.

            “Maksudmu walaupun aku hidup, aku tidak bisa mendapatkanmu!” Riki tersenyum, ini senyum pertama yang dilihat Rika. Tapi senyum itu penuh keputusasaan.

            “Bukan karena aku, bukan Riki yang itu! Aku sekarang berbeda. Aku tidak merasa hidup dan tidak ada motivasi dalam diriku untuk tetap hidup. Mungkin karena itulah hidupku selalu penuh masalah!” Rika tersenyum, wajahnya penuh dengan keyakinan.

            “Kalau begitu aku beli! Hidup yang tidak berharga itu aku beli dengan hidupku dengan begitu aku akan membuat menjadi berharga!” suara kecerian itu membuat Riki hanya bisa terdiam, dia benar – benar lelah dengan semua ini.

            “Baiklah, kurasa kau tidak menyesal!” ucap Riki membalas perkataan Rika dengan senyum merekah di wajahnya. Tidak mungkin tiu senyum keterpaksaan yang terlihat membahagiakan.

No comments:

Post a Comment