Title : Makes She
Fall in Love
Genre :School, Psychological, Romance
Author : Liyando
Chapter: Misi 15 ancaman Fino
Setelah pulang dari café itu aku hanya melihat secarik kertas saat masuk ke dalam rumah. Isinya mengatakan kalau ibu pergi kerja dan pulang larut malam, setelah selesai membaca kertas itu aku kembali meletakannya pada meja dan berjalan ke arah kulkas.
Mengambil teh dingin dari dalam kulkas merupakan kebiasaanku sepulang sekolah. Jadi menyediakan teh di dalam kulkas juga merupakan kegiatanku. Sambil menuang teh itu ke dalam gelas aku duduk di meja makan dan membayangkan isi percakan tadi.
“Aku tidak mengerti dengan wanita, apa mereka punya baut yang berbeda dari laki – laki!”
“Teet…teeet…teeet!!!”
“Kampret, saudaranya malah datang!”
“Aku melihat Rianti menangis!”
“Maaf..”
“Sudah kuduga!”
“Itu
hanya salah paham!”
Genre :School, Psychological, Romance
Author : Liyando
Chapter: Misi 15 ancaman Fino
Setelah pulang dari café itu aku hanya melihat secarik kertas saat masuk ke dalam rumah. Isinya mengatakan kalau ibu pergi kerja dan pulang larut malam, setelah selesai membaca kertas itu aku kembali meletakannya pada meja dan berjalan ke arah kulkas.
Mengambil teh dingin dari dalam kulkas merupakan kebiasaanku sepulang sekolah. Jadi menyediakan teh di dalam kulkas juga merupakan kegiatanku. Sambil menuang teh itu ke dalam gelas aku duduk di meja makan dan membayangkan isi percakan tadi.
“Aku tidak mengerti dengan wanita, apa mereka punya baut yang berbeda dari laki – laki!”
Sambil
menghentakan kepala di atas meja aku terus bergumam, walaupun tidak ada ynag
mendengar dengan berbicara sendiri membuatku percaya aku akan menjadi tenang.
Itu sudah kumulai sampai aku tidak tahu sejak kapan aku memulai.
“Teet…teeet…teeet!!!”
Bel berbunyi membuatku menghela nafas pasrah
lalu bangkit dari kursi dan berjalan ke arah pintu depan. Sambil membuka dengan
perlahan, di depan pintu aku mendapati Fino sedang berkacang pinggang
menatapku.
“Kampret, saudaranya malah datang!”
Dengan
cepat, aku segera mengunci pintu tapi Fino lebih dulu mendorong pintu hingga
dia kini bisa masuk ke dalam rumahku. Aku hanya bisa tersenyum masam saat dia
sudah berada di depanku.
“Aku melihat Rianti menangis!”
Aku sedikit
memberikan senyum lagi saat wajahnya beubah menjadi lebih garang. Tidak ada
yang mau saudara mereka menderita bukan.
“Aku tidak
tahu-”
“Dia tidak
akan menangis tanpa sebab dan hanya satu orang yang bisa menyebabkan dia
menangis!”
Kenapa hari
ini begitu sial, selaian aku tidak mengerti dengan semua ini. aku harus berkata dengan tenang bahwa ini
semua salahku, itu tidak adil bukan. Aku harus memang semua itu salahku.
“Maaf..”
“Sudah kuduga!”
Fino
mengacak rambutnya lalu menatapku dengan pandangan kesal. Entah kenapa sebagain
diriku ingin cepat melarikan diri.
“Perang pun
berasal dari salah paham!”
Apa dia
berusaha mengatakan kalau dengan memukulku sekarang akan sama dengan yang
dirasakan Rianti.
“Aku tidak
akan memukulmu atau menghajarmu!”
“Itu
bagus..”
“Tapi!”
“Tapi?”
“Aku bisa
langsung mengulitimu sekarang!”
“Itu bahkan
lebih kejam dari sekedar memukul!”
Fino kini
berjalan masuk ke dalam rumahku tanpa permisi dia duduk di sofa biasa untuk
tamu. Aku kini ikut duduk di hadapanya tanpa membantah sedikitpun, aku tidak
mau dikuliti seperti ancaman Fino tadi.
“Aku tidak
tahu harus berkata apa!”
Suara Fino
seakan kesal, itu bahkan tidak terlihat seperti pertanyaan jadi aku hanya dia
menyaksikan dia dalam adegan melankolisnya.
“Kau tidak
membela diri?”
“Tentu saja
aku membela diri, tapi kamu masih berbicara dengan seseorang, aku tidak enak
menganggu!”
“Kita hanya
berdua dirumahmu, jangan membuatku takut dengan kata – katamu!”
“Aku tidak
membuatmu takut, tapi kau memang tidak bicara padaku!”
“Kau
membuatku kesal, bagaimana kalau aku memukulmu 3 kali dan kita lupakan masalah
ini!”
Aku segera
berlari keluar dari ruang tamu menuju ke kamarku dan Fino kini mengejarku
dengan langkah yang cukup cepat.
“Ok, aku
cuma mau ambil minum. Aku tidak akan melakukan apapun, kau tahu aku bukan orang
yang lari dari masalah!”
Sesuai
dugaanku, perkataanku sama sekali tidak di dengar Fino masih menatapku dengan
wajah kesal dan itu semua karena reaksi mereka tadi. Itu benar, aku tidak perlu
menyalahkan diriku melainkan menyalahkan reaksi Rianti dan yang lain.
“Jun, bisa
berhenti sekarang aku benar – benar bingung dengan apa yang harus kulakukan
padamu!”
“Aku tidak
salah, mau ngomong berapa kali pun. Aku tidak salah!”
Alis Fino
naik beberapa centi lalu menatapku dengan pandangan bingung, dia mengambil
handphonenya dari dalam saku dan memperlihatkannya padaku. Hampir semua foto
yang di tunjukan Fino adalah fotoku dan itu membuatku merinding. Aku tidak mau
menjadi orang yang dimangsa lelaki itu teralalu teragis untuk hidupku.
“Ini hp
Rianti dan kau bisa lihat sendiri, apa yang dilakukannya!”
“Hah?”
Tidak
mungkin, Rianti bilang dia hanya setuju untuk pacaran denganku karena Rika dan
kenapa dia harus menyimpan fotoku, ini tidak mungkin aku tidak harus
percaya diri sama seperti aku mengincar
Rika. Rianti juga punya dendam padaku.
“Aku tahu!
Rianti punya dendam pada-”
“Gublakkkk!!!”
“Sakit
bodoh, kau kira ini batok kelapa. Ini kepalaku ada sekitar jutaan memori yang
terekam di sana!”
“Dan aku
berharap memori itu segera hilang!”
“Hey itu
terlalu kejam untuk bercanda. Jadi kenapa Rianti menyimpan fotoku sedangkan
dia-”
Hampir saja
aku mengatakannya pada Fino, aku tidak ingin dia kecewa jika aku mengatakan
kalau sebenarnya Rianti hanya bekerjasama dengan Rika, bisa – bisa Fino
berbalik menyerang saudara kembarnya itu.
“Dia apa?”
“Dia tidak
menyukaiku!”
Fino
menghela nafas panjang kemudian berbalik pergi, padahal aku sudah siap – siap
untuk menangkis serang berikutnya.
“Aku
pulang, tidak ada yang bisa kurubah di sini! Pastikan besok kau meminta maaf!”
Setelah
kata – kata itu aku hanya kembali terdiam tidak mengerti dengan apa yang harus
kulakun. Kenapa semua rencanaku tambah ribet, aku harus mencari cara agar
rencana berikut berhasil dan aku menyusun rencana atas serangan Rianti yang
mungkin tidak bisa kuatasi.
wah ceritanya keren sob
ReplyDeletethanks
ReplyDelete