blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Saturday 21 February 2015

Makes She Fall in Love chapter 15

Title    : Makes She Fall in Love
Genre  :School, Psychological, Romance
Author : Liyando 
Chapter: Misi 15 ancaman Fino

            Setelah pulang dari café itu aku hanya melihat secarik kertas saat masuk ke dalam rumah. Isinya mengatakan kalau ibu pergi kerja dan pulang larut malam, setelah selesai membaca kertas itu aku kembali meletakannya pada meja dan berjalan ke arah kulkas.

            Mengambil teh dingin dari dalam kulkas merupakan kebiasaanku sepulang sekolah. Jadi menyediakan teh di dalam kulkas juga merupakan kegiatanku. Sambil menuang teh itu ke dalam gelas aku duduk di meja makan dan membayangkan isi percakan tadi.

            “Aku tidak mengerti dengan wanita, apa mereka punya baut yang berbeda dari laki – laki!”
Sambil menghentakan kepala di atas meja aku terus bergumam, walaupun tidak ada ynag mendengar dengan berbicara sendiri membuatku percaya aku akan menjadi tenang. Itu sudah kumulai sampai aku tidak tahu sejak kapan aku memulai.

            “Teet…teeet…teeet!!!”

 Bel berbunyi membuatku menghela nafas pasrah lalu bangkit dari kursi dan berjalan ke arah pintu depan. Sambil membuka dengan perlahan, di depan pintu aku mendapati Fino sedang berkacang pinggang menatapku.

            “Kampret, saudaranya malah datang!”

Dengan cepat, aku segera mengunci pintu tapi Fino lebih dulu mendorong pintu hingga dia kini bisa masuk ke dalam rumahku. Aku hanya bisa tersenyum masam saat dia sudah berada di depanku.

            “Aku melihat Rianti menangis!”

Aku sedikit memberikan senyum lagi saat wajahnya beubah menjadi lebih garang. Tidak ada yang mau saudara mereka menderita bukan.
           
“Aku tidak tahu-”
           
“Dia tidak akan menangis tanpa sebab dan hanya satu orang yang bisa menyebabkan dia menangis!”

Kenapa hari ini begitu sial, selaian aku tidak mengerti dengan semua ini.  aku harus berkata dengan tenang bahwa ini semua salahku, itu tidak adil bukan. Aku harus memang semua itu salahku.

            “Maaf..”

            “Sudah kuduga!”
 
Fino mengacak rambutnya lalu menatapku dengan pandangan kesal. Entah kenapa sebagain diriku ingin cepat melarikan diri.

            “Itu hanya salah paham!”
           
“Perang pun berasal dari salah paham!”
           
Apa dia berusaha mengatakan kalau dengan memukulku sekarang akan sama dengan yang dirasakan Rianti.
           
“Aku tidak akan memukulmu atau menghajarmu!”
           
“Itu bagus..”
           
“Tapi!”
           
“Tapi?”
           
“Aku bisa langsung mengulitimu sekarang!”
           
“Itu bahkan lebih kejam dari sekedar memukul!”
           
Fino kini berjalan masuk ke dalam rumahku tanpa permisi dia duduk di sofa biasa untuk tamu. Aku kini ikut duduk di hadapanya tanpa membantah sedikitpun, aku tidak mau dikuliti seperti ancaman Fino tadi.
           
“Aku tidak tahu harus berkata apa!”
           
Suara Fino seakan kesal, itu bahkan tidak terlihat seperti pertanyaan jadi aku hanya dia menyaksikan dia dalam adegan melankolisnya.
           
“Kau tidak membela diri?”
           
“Tentu saja aku membela diri, tapi kamu masih berbicara dengan seseorang, aku tidak enak menganggu!”
           
“Kita hanya berdua dirumahmu, jangan membuatku takut dengan kata – katamu!”
           
“Aku tidak membuatmu takut, tapi kau memang tidak bicara padaku!”
           
“Kau membuatku kesal, bagaimana kalau aku memukulmu 3 kali dan kita lupakan masalah ini!”
           
Aku segera berlari keluar dari ruang tamu menuju ke kamarku dan Fino kini mengejarku dengan langkah yang cukup cepat.
           
“Ok, aku cuma mau ambil minum. Aku tidak akan melakukan apapun, kau tahu aku bukan orang yang lari dari masalah!”
           
Sesuai dugaanku, perkataanku sama sekali tidak di dengar Fino masih menatapku dengan wajah kesal dan itu semua karena reaksi mereka tadi. Itu benar, aku tidak perlu menyalahkan diriku melainkan menyalahkan reaksi Rianti dan yang lain.
           
“Jun, bisa berhenti sekarang aku benar – benar bingung dengan apa yang harus kulakukan padamu!”
           
“Aku tidak salah, mau ngomong berapa kali pun. Aku tidak salah!”
           
Alis Fino naik beberapa centi lalu menatapku dengan pandangan bingung, dia mengambil handphonenya dari dalam saku dan memperlihatkannya padaku. Hampir semua foto yang di tunjukan Fino adalah fotoku dan itu membuatku merinding. Aku tidak mau menjadi orang yang dimangsa lelaki itu teralalu teragis untuk hidupku.
           
“Ini hp Rianti dan kau bisa lihat sendiri, apa yang dilakukannya!”
           
“Hah?”
           
Tidak mungkin, Rianti bilang dia hanya setuju untuk pacaran denganku karena Rika dan kenapa dia harus menyimpan fotoku, ini tidak mungkin aku tidak harus percaya  diri sama seperti aku mengincar Rika. Rianti juga punya dendam padaku.
           
“Aku tahu! Rianti punya dendam pada-”
           
“Gublakkkk!!!”
           
“Sakit bodoh, kau kira ini batok kelapa. Ini kepalaku ada sekitar jutaan memori yang terekam di sana!”
           
“Dan aku berharap memori itu segera hilang!”
           
“Hey itu terlalu kejam untuk bercanda. Jadi kenapa Rianti menyimpan fotoku sedangkan dia-”
           
Hampir saja aku mengatakannya pada Fino, aku tidak ingin dia kecewa jika aku mengatakan kalau sebenarnya Rianti hanya bekerjasama dengan Rika, bisa – bisa Fino berbalik menyerang saudara kembarnya itu.
           
“Dia apa?”
           
“Dia tidak menyukaiku!”
           
Fino menghela nafas panjang kemudian berbalik pergi, padahal aku sudah siap – siap untuk menangkis serang berikutnya.
           
“Aku pulang, tidak ada yang bisa kurubah di sini! Pastikan besok kau meminta maaf!”
           
Setelah kata – kata itu aku hanya kembali terdiam tidak mengerti dengan apa yang harus kulakun. Kenapa semua rencanaku tambah ribet, aku harus mencari cara agar rencana berikut berhasil dan aku menyusun rencana atas serangan Rianti yang mungkin tidak bisa kuatasi.

2 comments: