blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Friday 20 February 2015

Gadis Dari London Chapter 8

Title    : Gadis dari London
Genre  : School, Romance, comedy
Author : Hittori Yudo
Chapter: 08

BAB VIII BAKAT
            “Itu dia!!” seorang laki – laki berkulit putih menghadang Riki, tatapan yang penuh dengan keyakinan seolah keluar dari matanya memancarkan rasa percaya diri. Rambutnya di biarkan acak – acakan tapi masih menyisahkan kesan maskulin.

            “Kau liat, artikel baru – baru ini. Gadis dari London itu ternyata pemain baru dari dunia seni!” Gading Setiawan adalah orang yang sekamar dengan Riki sebelum dipindahkan ke asrama bermasalah.

            “Pemain baru? Maksudmu?” Gading tersenyum pada Riki kemudian memaparkan artikel dari satu majalah dan foto Ria terpampang dengan jelas membuat Riki sedikit terkejut.

            “Gadis yang lahir 10 tahun sekali, apa maksudnya?” Riki menggaruk kepalanya menjadi orang yang tambah bingung.

            “Kamu tidak mengerti maksud mereka bakat, karena dalam range 1 atau 2 tahun tidak di temukan anak seperti dia!” Riki terdiam, dia sekarang paham kenapa Rika begitu manis di depannya.

            “Sudahlah aku bosan!” ucap Riki kini berjalan ke arah tempat duduknya.Gading kembali melirik Riki dan duduk di dsampingnya.

            “Kudengar gadis itu kemarin membuat onar denganmu, kenapa dia jadi sedikit lebih tenang. Dan kenapa Ria menatapnya dari tadi?” ucap Gading membuat Riki kini menoleh kea rah laki – laki tadi.

            “Sejujurnya aku merasa diterapi dengan dua orang itu yang seolah mengusikku. Pada dasarnya mereka mempunyai keinginan yang sama!” Gading terdiam, dia tidak mengerti apa yang mengubah mood Riki menjadi tidak baik.

            “Ada apa, kau punya masalah dengan mereka?” ucap Gading memastikan ucapannya tidak ada yang salah.

            “Banyak banget, kalau kamu tahu mereka itu seperti virus yang membuatku hampir mati setiap kali berdekatan!”

            “Bukan traumamu pada perempuan tapi kenapa dengan mereka?” akhirnya Gading memutuskan basa – basinya, terlalu ruit jika Riki selalu membalasnya dengan argumen juga.

            “Mereka mengangguku dan mungkin hanya ingin saling menunjukan keberadaan!” ucap Riki membuat Gading mengangguk paham. Dia kenal Riki melebihi siapapun jadi akan terasa aneh jika Riki tiba – tiba marah tanpa alasan yang jelas.

            “Jadi Gadis dari London itu berniat menunjukan penilaiannya dengan merebutmu dari Ria?” ucap Gading paham membuat Riki segera menoleh.

            “Sejak kapan aku menjadi milik Ria?” tukas Riki membuat Gading terdiam sebentar seolah sedang berpikir.

            “Aku tidak tahu sejak kapan, tapi sejak kali kenal Ria seakan menjadi bayang – bayangmu!”

            “Dan itu mengangguku, dia tidak pernah bisa hidup sendiri dan aku seperti pengasuhnya saja!” Gading menghela nafas panjang, kemudian melirik Ria sebentar.

            “Mungkin kamu hanya terlalu baik!” gumam Gading membuat Riki segera menoleh.

            “Hari ini ada mata pelajaran umum kan!” ucap Riki tiba- tiba membuat Gading sedikit kebingungan.

            “Iya, jam kedua dan siswa umum dan jurusan akan dipisah!” Riki menghela nafas panjang setidaknya dia tidak akan berurusan dengan dua gadis itu sampai pulang sekolah.

            Sekolah Riki terbagi antara 2 pembagian, kelas umum dan jurusan. Tidak ada keharusan untuk memilih salah satu tapi untuk siswa yang mengambil kelas jurusan ada hari di mana mereka akan berada di sekolah sampai selesai untuk meningkatkan bakat mereka. Ini semacam ucapan jika kau berbakat kau berada di kelas jurusan.

            Kelas jurusan pun di bagi lagi menjadi banyak kelas dari mulai seni sampai olahraga hampir ada 30 kelas yang tersedia. Tentu saja dengan 8000 murid ada sekitar 5000 murid yang masuk kelas jurusan.

            “Aku bingung kenapa mereka selalu mengabung kelas kita dan memisahnya nanti?” Gading tertawa renyah mendengar ucapan Riki barusan.

            “Tentu saja, mereka seolah berkata coba lihat kelas jurusan yang penuh orang berbakat, mereka ingin mengejek kita yang berada di kelas umum!!” seru Gading dengan wajah kesal.

            “Semacam hinaan dan ajakan kah? Yang jelas kita tidak punya bakat apa – apa dan aku hanya berharap ijazahnya saja!” ucap Riki membuat Gading menatapnya kasiaan.

            “Kata – kata orang pesimis sepertimu sungguh mengangguku!” Riki hanya terkekeh saja kemudian mulai merapikan buku yang ada di dalam tasnya lalu memasukannya ke dalam laci

1 comment: