Genre :School, Psychological, Romance
Author : Liyando
Chapter: Misi 12 Heroin baru
Dalam sudut mata yang terlihat tertarik, Bari duduk di hadapanku sambil menyuap mie yang ada di mulutnya. Kurasa dia lebih tertarik dengan mie rasa bakso itu dibandikan dengan diriku.
“Jadi, setelah itu!”
Ucapnya
membuatku sedikit menggaruk tengku yang tidak gatal, Bari tersenyum masam
kemudian menyuap lagi mie ke dalam mulutnya.
“Aku tidak tahu, Rika itu teman TKmu dan sepertinya kau memiliki musuh yang salah!”
Itu bahkan lebih menyakitkan dari kata – kata
Rika, biasanya seorang sahabat akan ikut merasa tertindas namun ada apa
denganmu Bari.
Erika
bergumam sambil mengaduk milkshake di hadapannya. Aku melupakan orang ketiga
yang berada di sini, kurasa Erika sekarang tidak begitu tertarik lagi padaku
seperti kemarin – kemarin. Mungkin gadis ini sudah bisa mengendalikan emosinya.
“Mhhmbf kgdgkd mmfsf!” entah apa yang ingin Bari bicarakan tapi kami berdua langsugn menatapnya heran.
“Bodoh, telan dulu makananmu!” kataku membuat Bari kini mengunyah makanannya lebih lama.
“Jadi, sekarang rencanamu apa?” ucap Bari terlihat tidak tertarik sedikitpun, hey kenapa semua orang terasa mengabaikanku. Bahkan Erika yang selalu peduli padaku berbalik mengabaikanku dengan mata yang terus menatap ke arah lain.
“Tidak ada!” jawabku membuat Bari mengangguk sedikit kemudian beralih lagi ke mienya.
“Aku bukannya ingin melakukan apapun, tapi lebih baik kau lupakan tentang dendam itu. Masih banyak cara lain untuk menyelesaikannya!” ucap Erika terdengar santai, bahkan kelewat santai.
“Tidak Erika, cara satu – satunya untuk menghilangkan dendam dengan cara membalas dendam!” ucapku membuat Erika menggaruk kepalanya dengan pandangan simpati, kenapa Erika jadi terlihat semakin dewasa kembalikan Erika yang selalu menempel padaku tuhan.
“Erika benar, kamu harus melupakannya dan mulai dengan perempuan lain. Rianti atau Erika bukanlah masalah!” ucap Bari kini sudah fokus pada kami berdua, Erika nampak tidak terlihat tertarik dengan mata yang masih menatap ke arah lain.
“Er…!!” ucapku membuat Erika langsung menoleh.
“Iya, ada apa?” ucapnya terkejut, dan aku sendiri malah menatapanya kebingungan. Kenapa dengan Erika hari ini, apa ada yang mencuci otaknya.
“Biasanya kamu selalu terlihat konyol dengan Juan, kenapa sekarang kamu jadi kalem!” ahh, kata – kata Bari brengsek kenapa terdengar menyakitkan, jangan katakan hal bodoh dengan cara tidak tertarik begitu biarpun Erika itu konyol tapi dia saudaraku yang paling baik.
“Aku, tidak ada yang salah denganku. Ahh sebentar lagi aku masuk kelas, kalau begitu Juan selamat tinggal!” ucap Erika melambaikan tangan ke arah kami berdua kemudian menghilang dari kantin.
“Ada apa denganya?” Bari balik menatapku bingung mendengar perkataanku, seolah ada yang salah dengan rangkaian kalimat tadi.
“Bukannya kamu sepupunya, kenapa tanya denganku?” ucapnya menengguk jus jeruk kemudian mulai berdiri. Sepertinya bari sudah selesai dengan makan siangnya.
“Aku tidak tahu, makannya aku tanya denganmu! Ada apa dengan Erika!” kataku membuat Bari menggeleng, aku kembali terdiam sebentar menganalisa apa yang terjadi dengan Erika. Apa dia sakit?
“Erika tidak pernah sakit dalam 1 tahun terakhir, bukannya kamu sering mengatakan itu!” aku melupakannya, memang benar Erika tidak pernah sakit jadi kenapa sikapnya jadi aneh begitu.
“Mungkin, dia suka dengan seseorang?”
“Khuk…khukk..khukk..!!!” bari mengambil gelas di depannya dan segera meminumnya tanpa permisi padaku.
“Jangan buat orang lain kesusahan, kau ingin membunuhku dengan mengatakan hal bodoh barusan?” Bari benar, itu hal terakhir yang akan terjadi jika Erika benar – benar jatuh cinta dengan orang lain.
Selama ini aku hanya memikirkannya saja, aku sudah bersama Erika sejak kecil dan melewati banyak hal. Jadi aku tidak mungkin merasa sikapnya akhir – akhir ini aneh.
“Hey, aku mau ke WC dulu, kamu duluan aja ya!” ucap Bari kini mendorong kursi kantin dan segera berlalri ke WC, sialan minuman ku habis dan dia kabur lagi.
Dengan terpaksa aku berjalan ke arah kelas dengan langkah malas, dan tanpa sadar aku menabrak seseorang.
“Aah…!” perempuan ini bersuara tapi tidak sampai jatuh, rambutnya sebahu dengan wajah yang terlihat oriental membuatku terdiam.
“Aah?”
ucapku membuatnya mleihatku dengan tatapan ketakutan, sambil terus tersenyum
dengan wajah yang dipaksakan.
“Maaf kak,
saya gak liat!” adek kelas ya, tapi ya sudahlah wajahnya ketakutan gitu, mana
mungkin aku menahannya lama – lama.
“Ya sudah
hati – hati!” ucapku kini berjalan tapi dia tetap berdiri di hadapanku dengan
pandangan ketakutan.
“Nama
kakak, Juan kan?” ucapnya membuatku kebingungan, siapa perempuan ini
sebenarnya.
No comments:
Post a Comment