blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Friday 10 May 2013

aku bukan sister complex chapter 4

Title    : Aku Bukan Sister Complex
Genre  : School, Family, Psychological, Mystery
Author : Hittori Yudo
Chapter: 04
Pertikaian

Mungkin kata – kataku sebelumnya hanya membuat keributan ini semakin meluas, aku kembali diam, sepertinya Nita ingin mengatakan sesuatu tapi salah seorang anak buah dari kelompok macan hitam datang dengan tergesa – gesa.

“Ketua, beberapa orang dari kelompok dari devil goblin terlihat, salah satu membawa pedang yang sering di pakai orang jepang!” anak buah macan hitam ini berkata dengan nada panik.

“Bagaimana bentuknya ?” ucapku kesal, semoga saja dia bukan orang yang kuperkirakan.

                “Panjangnya kurang lebih satu meter dengan sarung pedang penuh goresan!” anak buah macam hitam  berkata dengan jelas.

                 “Itu katana milik Asuka!” aku berkata pelan. Lalu berlari menuju tempat yang di tunjuk anak buah itu seperti orang kesetanan cukup jelas bagiku mengingatnya sekarang.

                “Tunggu Aries, Virgo cepat kejar Aries!” Leo berkata dengan keras setengah membentak, tapi aku tidak memperdulikannya. Kenang brengsek itu selalu aku ingat dan tak akan pernah hilang dari ingatanku.

                Aku terus berlari sampai menuju ke tempat orang itu di katakan. Nama Asuka terus terekam di kepalaku. Penghianatan  yang dia lakukan tidak pernah sekali saja kulupakan.

                Aku mengambil 2 pisau kecil dari pinggangku. meletakanya di tangan kiri dan kanan. Dendam yang selalu teringat dari tadi seakan terus menguap membasahi semangat ku.

                “Mati kau Asuka!” Aku berkata dengan keras.

                Asuka menoleh dan langsung melepaskan katana dari sarungnya. Dia menangkis serang pertama ku dengan sarung dan pedangnya. Terlihat percikan api kecil saat kedua pisau tajam ini beradu. Asuka kembali menghempaskan pedangnya kedepan kemudian mudur.

                “Kalian cepat pergi, dia mantan pemburu hadiah Aries!” Asuka berkata dengan nada berteriak. Teman – temanya segera melarikan diri tapi di halangi oleh Virgo dan Leo kulihat Lily dan Nita juga ada di dekat mereka.

                “Hari ini aku akan mengotori tanganku sekali lagi untuk membereskanmu!” Aku berkata degan nada keras.

                “Maafkan aku waktu itu, ketua…” Asuka berkata pelan seolah menyesal.

                “Kau bercanda, aku akan memaafkanmu setelah kau jadi mayat!” Aku kembali menggenggam erat pisaunya, lalu bergerak melangkah dengan cepat. Tapi Nita tiba – tiba datang membentangkan tangan sambil menangis.

                “Sudah cukup kak, dia sudah menyesal! Apa kakak tidak lihat wajahnya yang penuh penyesalan itu?” Nita berkata dengan wajah penuh air mata, kenapa dia ikut menangis semua ini tidak ada hubungan dengannya.

                Lucunya walaupun aku sadar Nita berada di depanku, kaki dan tanganku seolah ragu untuk menyerang Asuka padahal tinggal sedikit lagi. Aku bisa membunuh penghianat itu.

            “PLAAAK” suara pukulan itu membuat kepalaku mendadak pusing dan semua yang kulihat tiba – tiba menjadi gelap.

POV 3
“Apa yang kau lakukan di sini Gemini, oh bukan Asuka ?” Virgo berkata dengan nada dinginnya

“Aku hanya ingin bertemu ketua, aku telah berhasil menemukan mereka!” Asuka berkata dengan nada penuh kesenangan.

“Aku tahu itu bukan salahmu, tapi untuk sekarang kau tidak usah bertemu Aries dulu ?” Leo menyambut kata – kata Asuka kemudian. Menggendong tubuh Aries sambil berjalan pulang.

“Kau boleh ikut jika ingin menyelesaikan kebodohan yang di buat kakakku ini!” ucap Nita mengangadeng tangan Asuka membuat Asuka segera menyambutnya.
POV 3 END

                Waktu itu 2 tahun sebelum aku sampai di kota ini, aku bekerja di satuan petugas khusus yang menangani kejahatan internasional tanpa terikat pemerintah. Kami di sebut sebagai pemburu hadiah.

                Saat itu aku adalah pimpinan dari unit Bintang, kami menyerang markas salah satu terories Internasional mereka bernama Clown, Teroris ini memiliki pasukan khusus. Kami berhasil menyergap tempat pemimpin mereka, tapi beberapa temanku terbunuh, mereka mati akibat kelalain Gemini.

                “Apa yang kau lakukan Virgo!” aku berkata setengah berteriak setelah virgo mengatakan kalau dia memukul ku sebelum aku sempat menyerang Asuka.

                “Aku tahu orang yang terbunuh waktu itu adalah orang yang kau sayangi tapi itu semua bukan salah Asuka!” Virgo berkata keras di depanku.

                “Tapi karena dia, Tifanny, Altos, Barian, Demian mati. Karena dia, ini semua karena dia!” ucapku frustasi, aku teringat dengan Tifanny warga Negara Rusia di tertembak oleh sniper karena kesalahan Gemini.  Altos warga Negara Nigeria mati terkena ledakan, Barian dari Inggris dan Demian dari Spayol. Mereka mati karena kesalahan Gemini.

                “PLAAKKK!!!” Nita menamparku dengan tanganya.

                “Apakah kakak melihat wajahnya waktu itu. Matanya seperti orang mati, kurasa kalau kakak membunuhnya. Orang – orang itu akan hidup kembali, katakan padaku kak?” Nita berteriak keras di depanku.

                “Aku minta maaf!!” Asuka berkata pelan dari arah belakang mereka.

                “Apa yang kau lakukan di sini ?!” Aku berkata dengan nada nyaring.

                “Aku menyuruhnya kesini.” Nita mengatakan dengan mata penuh teriakan. Entah kenapa ada aku tidak bisa membatah kata – katanya.

                “Ya udah, kalau selesai urusanya dia pergi!” Aku berkata dengan terpaksa tapi Leo sepertinya menahan tawa dari kedua mulutnya.

                “Ada yang lucu ?” Aku berkata dengan nada kesal.

                “Tidak, hanya saja Nita tadi berkata kalau kamu berkata “Ya udah” Asuka akan tinggal di tempat sebelah. Prediksi Nita memanga hebat!” ucap Leo dengan wajah kegirangan membuatku segera menatap Nita.

                “Eh tunggu dulu!” Aku berkata dengan nada cepat tapi Nita kembali memberikan tatapan melototnya.

                “Dia sudah berhasil menghancurkan Clown dan semua anak buahnya pergi meninggalkanya jadi tidak ada tempat yang di tujunya.” Nita berkata dengan nada dingin padaku, padahal dia sendiri adikku.

                “Aku mengerti..” tukasku pasrah sambil membaringkan kepalaku di atas kursi ruang tengah rumahku ini. Ternyata dia membawa dunia indahku menjadi hancur tanpa sisa, bahkan perasaan balas dendamku seakan terkubur.

No comments:

Post a Comment