blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Wednesday 18 May 2016

Death&Life chapter 2


Title     : Death&Life
Genre  : Adventure,dimension,monster
Author : Hittori Yudo 
Chapter: 02
MENINGKATKAN LEVEL

            =================
Level 1
            Job : Pengunjung
            HP : 100
MP : 50
Atk : 1
===============
           
“Tania, ini kenapa bisa ?” aku berteriak pada peri kecil itu saat statusku muncul, tidak mungkin aku bisa pergi dalam keadaan Atk 1, itu sama saja bunuh diri. Orang yang nekat pergi akan menjadi sasaran empuk para monster.
“Ini status bar, Ehm papah mengira ini akan sangat tinggi. Tidak ada cheater disini pah!”

“Tapi ini berbahaya!”          

“Tidak, selama bermain aman!”
           
Aku memejamkan mata, tidak alasan untuk takut. Tapi entah kenapa HP 100 itu terdengar menakutkan.
           
“Tampilkan status monster yang paling rendah!”
            ===============
            Level : ?
            HP : ?
            MP : ?
            Atk : ?
            ===============
           
Aku melirik ke arah Tania, seharusnya memang begitu, sebelum aku berada di tempat ini keseharianku bermain game menemani Yona membuatku paham kalau monster tidak dapat masuk dalam libary jika belum melawannya.
           
“Apa ini hukuman, apa tidak ada panduan dasar!”
           
“Papah hanya perlu serang dan menang!”
           
“Terkutuk...”
           
Aku kembali mendesah, tatapanku kini beralih pada orang – orang yang terlihat begitu ramai. Mereka berjalan dengan makhluk aneh disekelilingnya. Seolah makhluk itu adalah Pet dalam game.
           
“Pet ? itu Pet Tania?”
           
“Mereka Fixer!”
           
“Hah, kenapa kamu sekecil ini sedangkan mereka besar dan bermacam – macam!”
           
“Aku kan masa depan papah!”
           
“Hahaha, bagus masa depan Jun sangat kecil!”
           
Sambil mengutuk diri aku melangkah melewati gerbang. Slime makhluk ynag berlindir terlihat begitu nyata sehingga dia bisa terlihat seperti Fases kuning berjalan tiba mendekatiku.
           
“Apa aku punya senjata ?”
           
“Ehm, untuk sekarang papah bisa menggunakan batang pohon!”
           
“Kau bercanda kan ?”
           
Tania tidak terlihat sedang bercanda membuatku segera melangkah kesal, setidaknya aku tahu game kematian ini benar –benar membuatku terlihat miskin tapi sebelum melakukan itu aku melihat beberapa orang saling bekerja sama mengepun seekor monster.
           
“Mereka mengepung smile ?”
           
“Aah, kurasa smile cukup kuat pah!”
           
“Jangan bercanda, fases itu kuat. Bagaimana mungkin monster pertama bertemu bisa sekuat itu!”
           
“Aku tidak tahu, tidak ada informasi tentang itu!”
           
Aku menyerah, fixer atau apalah yang bernama Tania adalah bagian yang tidak seharusnya berada dalam game. Jika dia acara mungkin dia lebih mirip komentar yang berteriak – teriak bodoh.
           
“Baiklah, aku akan menghajarmu!”

 Aku mengambil batu dan melemparnya seketika itu juga slime itu yang tadinya berwarna kuing berubah merah dan menyeburkan api kesana – kemari.

“Oi oi oi... yang benar saja!”

Aku beberapa kali menghindari serangan dari Slime itu tapi nampaknya tidak cukup bekerja hingga Hpku turun ke titik 70.

“Persetan!!!”

Aku sudah muak menghindar kini maju menghajar Slime itu dengan gerakan sembarang. Aku tidak pernah berlatih olahraga yang melibatkan pertarungan jadi seranganku akan terlihat seperti tidak memiliki teknik. Tapi, entah kenapa slime itu berhenti menyerang dan kini malah terlihat ketakutan.

“Hahaha kau sadar aku kuatkan!”

Sambil terus menyerang slime itu tiba –tiba pecah. Cairan yang berwarna merah berhamburan keseluruh penjuru, tidak terkecuali aku yang terkena ciptran seperti Fases yang Dehidrasi.

“Brengsek, bau mereka seperti Fases!”

“Ehm, bung aku cuma mau bilang, mereka berkelompok!”

Seorang player dengan nada bicara santai yang entah sejak kapan sudah duduk dengan santai di bawah pohon berbicara denganku dengan wajah memperingati. Aku sedikit melirik kebelakan dan mendapati Fases lain yang berwarna – warni kini mulai mengejarku.

“Brengsek!!!”

Aku berlari sekuat mungkin masuk ke dalm sebuah bangun untuk menghindari fases –fases bodoh tadi.

“Gagagakkk.. papah benar – benar lucu. Itu lucu bahkan membuatku hampir meledak pahh!”

“Aku tahu dia adalah anak yang kurang ajar dimasa depan nantinya!”

>>NEXT CHAPTER

3 comments: