Title : Stay In For Me(Tetap di
dalam untuk ku)
Genre : School, Romance, Family
Author : Hittori Yudo
Chapter: 03
Bagian yang Tidak
penting
Cahaya matahari masuk melewati
celah- celah kecil dari jendela bersma udara pagi yang dapat membekukan
penciumanku, aku bukan satu – satunya orang yang merasakan hal itu karena
sekarang Eri masuk ke dalam selimutku untuk mencari kehangatan.
“Kau bilang tidak akan mendekat
lebih dari dua meter kan!” suaraku terasa tertahan sementara Eri hanya menjawab
dengan sedikit menguap.
“Aku kedingan Ki, bukankah sedikit
jahat pada perempuan berlaku sekasar itu!” kali ini Eri membalas perkataanku
dengan mata yang masih tertutup. Aku mendesah pelan kemudian menarik selimut
sehingga hanya tinggal Eri yang meringkuk kedinginan.
“Ki kau memang pria brengsek!” ucap
Eri gemetaran menahan kedinginan.
“Kalau aku pria brengsek, definisi
dari pria baik – baik bukannya seperti karangan saja. Sudah cepat kembali
kemarmu!”
“BUUK!!” Eri terpental dari ranjang
setelah kutendang memakai kaki kananku, perempuan itu hanya meringis sedikit
kemudian berjalan keluar dari kamar dengan wajah yang masih setengah mengantuk.
Aku melanjutkan tidurku yang
tertunda, belum beberapa rasanya aku tertidur kenapa aku merasa tertekan. Ini
terasa berat seperti ada sebuah benda yang menghalangiku untuk bergerak, dengan
gerakan malas kubuka perlahan bola mataku.
“RIKI?” gadis brengsek ini sudah
bertengker di atas badanku sambil menahan dagunya dengan satu tangan dan
pandangan mengejek ke arahku.
“Pergi! Sebelum kepalamu kupelintir
sekarang!” gadis ini tidak bergeming wajahnya bahkan semakin tersenyum lebar.
“GREEEKKK!!!”
“RIKI RIKI RIKI!!!” gadis ini
menjeriit saat aku meremas kepalanya dengan tangan kiri, sambil berusaha
mneyingkir dariku gadis ini terus menjerit.
“Apa yang kalian lakukan?” suara Ibu
yang masuk ke kamarku membuatku segera melepaskan cengkramanku dari gadis tadi.
“Riki ini sakit sekali!” suara
memelas dari Eri membuat Ibu langsung beraksi dan kini memeanganggi kepala Eri
dengan wajah bersalah.
“No drama!” ucapku segera pergi dari
pada mendengar suara Ibu yang akan berkata panjang lebar padaku.
Seharusnya pada pagi hari pertama
sekolah aku tidak perlu mandi sepagi ini, air – air yang turun dari shower
terasa seperti tetesan es batu yang sedikit mencair. Mencapai kulitku saja
membuat badanku gemetaran.
“Ini adalah sial yang di bawa Eri
mesum itu!” aku mendesah pasrah setelah mengeringkan badan dengan handuk.
Berbeda dengan Eri dan ibu yang sedang asik menikmmti pagi mereka sambil
mengobrol.
“Alasan gadis itu pindah kesini,
sebenarnya apa ya?” gadis itu memang cantik dan sepertinya dia tidak kesulitan
untuk mendapatkan teman, tapi kenapa ada perbedaan yang mendasar kurasakan.
Seolah ada sebuah topeng yang sangat
tebal, aku tidak bisa mengatakan bahwa itu memang sengaja ditutupi. Mungkin
hanya pikiranku saja dan kalau pun itu benar, paling – paliang cuma tentang
masa lalu tidak penting.
“Riki kau yang antar Eri ke sekolah
ya!” aku terbengong, tidak mungkin. Apa yang akan dipikirkan teman – teman
nanti terutama Rama dan Diana, itu akan menjadi pertemuan terburukku nanti.
“Tapi bu, kami kan-“
“Kau sudah meremas kepala Eri tadi
pagi, bukannya itu sebagai bentuk permintaan maaf!” aku mendesah, seharusnya
aku tidak melakukan hal itu tadi agar ibu saja yang mengatar Eri kesekolah.
Menjadi bahah perbincangan sekolah dan ditodong dengan berbagai macam
pertanyaan adalah masalah yang terburuk.
“Hmm, baiklah!” setidaknya untuk
hari ini saja, aku mengantar perempuan ini, besok sebaiknya dia beli mobil atau
motor. Itu akan sangat menyusahkan jika setiap pagi harus mengantarnya.
Aku mempersiapkan diri di dalam
kamar sambil merenung dengan apa yang terjadi saat ini, Eri dan aku adalah
orang yang tidak mempunyai hubungan apapun dan sampai kapanpun aku tidak ingin
mempunyai hubungan dengannya. Dengan kata lain menjaga jarak adalah satu – satu
nya cara.
“Riki, kau masih belum siap?” Eri
menampakan diri di depan pintu lengkap dengan seragamnya.
“Aku hanya perlu mengikat dasi!”
ucapku kini berusaha mengikat dasi di depan cermin dan kurasa hal itu tidak
berhasil ikatannya terlalu jelek. Jadi kuputuskan untuk menyimpannya dalam
kantong dan meminta Siapapun nanti untuk mengikatkan dasi.
“Eeh, dasimu mana?” suara Eri
terkejut melihat kerahku tidak tergantung dasi abu –abu disana.
“Aku tidak bisa mengikatnya, jadi
sampai di sekolah aku akan meminta tolong!” wajah Eri tampak terkejut kemudian
mengulurkan tangannya.
“Aku tidak punya uang untukmu,
lagian orang tuamu kan yang harusnya memberikan jajan!” Eri yang terlihat kesal
langsung mengambil dasi dari kantong celanaku dan melingkarkannya dileherku.
“Kau terlalu tinggi, duduklah di
tepi ranjang dan ku buatkan simpul dasinya!” dengan patuh aku segera berjalan
ke arah ranjang yang dimaksud oleh Eri.
Eri membuatkan simpul dasi memang
tidak peranh terpikirkan olehku, wajah mesumnya yang berubah menjadi serius
seperti bukan Eri yang kukenal. Coba saja dia tidak banya senyum pasti wajahnya
terlihat keren seperti ini sangat bagus menurutku, mungkin ada beberapa laki –
laki atau bahkan perempuan yang menyukainya nanti.
“Aku cantik ya?” ucapnya membuatku
langsung menggelengkan kepala, dia terkekeh mendengar tanggapanku. Eri mengusap
bahuku sebentar dan melihat wajahku dengan mata mengobservasi.
“Hmmm, semuanya keren!” gumamnya
membuatku langsung mendesah, kurasa akan banyak waktu yang aku habiskan untuk
bisa lari dari gadis ini nantinya.
“Er, kalau sampai pertigaan turun
ya!” Eri terlihat tidak puas dengan ucapanku hanya mengangguk saja, mungkin dia
paham apa yang kumaksud jadi setelah perkataan tadi aku segera memacu motor
menuju sekolah.
Sesuai janji aku berhenti di
pertigaan sebelum sekolah tapi Eri sedikitpun tidak bergerak dari motor. Ada
apa lagi dengan gadis ini, jangan bilang dia lupa dengan lokasi sekolah tapi
jarak dari sini dan sekolah hanya 100 meter saja.
“Aku gak bilang setuju dengan
ucapanmu tadi!”
“Tapi kau mengangguk!”
“Bukan berarti setuju kan!” aku
mendesah pelan, ok aku malas bertengkar dengannya pagi ini dan masa bodoh
dengan pendapat orang lain.
Sesuai prediksiku semua tatapan
mengarah pada Eri, sudah jelas Eri akan menjadi sorotan utama untuk beberapa
hari dan diantara orang – orang yang menatap Eri ada beberapa teman sekelasku
yang tersenyum jahil.
“Masa SMA yang menyenangkan dan
penuh dengan kenikmatanku telah berakhir!” gumamku setelah memarkir motor,
semuanya terjadi sekarag akan berpengaruh dengan reputasiku di masa depan. Aku
benci jika harus jadi bahan gossip mereka, itu mengangguku jika mereka
mendekatkan telinga pada setiap pembicaraanku.
“Apa yang berakhir, kau bersama
gadis manis di sini!” aku melotot mendengar kata – kata percaya diri yang
dilontarkan Eri. Gadis memang tidak mengerti apa yang kurasakan, seharsunya dia
sedikit lebih memahamiku.
“Ini semua berakhir dengan kau duduk
di belakangku tadi, masa depanku akan semakin sulit!”
“Kau terlalu memeprahatikan hal
kecil, sudahlah gossip akan hilang dalam waktu kurang dari 3 bulan!”
“Berarti dalam 3 bulan aku harus
bersabar dengan pertanyaan mereka!” Eri tidak menjawab, dia hanya tersenyum
masam mendengar ucapanku. Apa gadis ini benar – benar mengerti apa yang
kumaksud.
No comments:
Post a Comment