blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Saturday 19 September 2015

MY LAW CHAPTER 10



Title    : My Law
Genre  : School, Psychological, Mystery,Thriller
Author : Hittori Yudo
Chapter: 10
           
10 Penyihir
            Eropa adalah Negara dengan sejarah panjang walaupun tidak sepanjang mesir tapi catatan kuno banyak mengatakan kalau daerah ini pernah dimasuki para penyihir dari timur tengah yang melarikan diri akibat perang. Ada juga gossip yang beredar hingga sekarang bahwa para Templar yang selamat dari perang menjadi penyihir karena menemukan sihir kuno. Tapi gossip itu sudah berlangsung cukup lama dan berada di sini seperti sebuah ketidak inginan yang muncul.

            “Sejarah jenismu sudah dihapuskan dari perpustakan sihir di seluruh dunia. Jadi percuma saja mencari tentang Ras timur tengah!” aku merengut menatap Nebula yang terlihat santai membaca buku dengan cara menyebalkan.

            Buku ynag dibacanya entah kenapa mengambang dan tidak cukup untuk membuatku tekejut buku itu bahkan bisa membalik sendiri seperti kitab sihir yang mengerti penggunannya. Dasar apa yang kupkirkan, gadis kecil ini adalah nenek yang berumur ratusan tahun jadi wajar saja dia bisa melakukan hal aneh sepert itu.

            “Tuan ada sejarah tentang siluman kuda, tapi buku ini teksnya bahasa ibrani!” suara Kak Nimala kini berbisik ditelingaku sambil memamerkan senyum ringan, gadis polos dan seorang siluman kuda. Kombinasi mengerikan dari mana yang membuatnya menjadi sulit untuk diterka.

            “Kau bilang ada urusan dengan kampung halamanmu, jadi apa yang kita lakukan diperpustakan?” Nebula kini memandangku dengan wajah merasa terganggu, nenek ini sangat tahu bagaiamana membuat orang lain merasa bersalah.

            “Kampung Halamanku tidak bisa ditemukan, lebih tepatnya aku lupa beberapa hal tentang itu!” aku yakin sekarang wajahku memucat karena tahu waktu yang akan dihabiskan bisa lebih lama lagi. Kenapa aku harus berada di tempat seperti ini sekarang.

            “Kalau begitu aku keluar, mleihat tumpukan buku seperti melihat lembah tanpa dasar saja!” tidak menunggu jawaban Nebula aku menggandeng kak Nimala keluar dari gedung perpustakan.

            Perlu diketahui gedung perpustakan ini berada di lantai dasar suatu tempat kumuh, entah ini hampir sama dengan film – film tertentu seakan sebuah perpustakan tidak boleh diketahui masyarakat awam tapi kenapa mereka tidak membuatnya dalam bentuk kapsul seperti Virgo, kurasa memikirkan satu demi satu akan membuat kepalaku berlubang.

            “Tuan, kita kencan?” menghela nafas sebentar aku menatap Kak Nimala dengan perasaan iba, wajahnya memerah seperti tomat bahkan sampai ketelinga, baru kuingat ini pertama kalinya aku menganggandeng tangannya.

            “Lupakan tentang pemikiran seperti itu kak, aku hanya ger-“

            “BUUUK!!!” sebuah tending melesat membuatku terpental hingga menabrak ssebuah mobil yang kurasa kini sudah hancur.

            “Itu sakit brengsek!” ucapku mencoba berdiri dengan darah menetes di kepalaku dan aku merasa seluruh tulangku remuk.

            “Dia Ras! PATIONIN SERANG!!” seorang yang berbadan gelap kini terbang ke arahku dengan keccepatan tinggi, badannya tinggi besar. Aku bisa melihat kalau dia adalah orang biasa, jadi kenapa ini semua terjadi padaku.

            “BANG!!” aku memukul mundur orang berbadan gelap tadi dan menghantam kepalanya hingga Aspal, sebuah ledakan kecil terlihat dari kepalanya kemudian dia berubah menjadi pasir.

            “Kak Nimala, kau baik – baik saja?” selagi aku mencoba mencari keberadaan Kak Nimala, gadis itu menghilang tanpa bekas. Kurang ajar, ada apa dengan orang tadi. Aku bahkan hanya mendengar suaranya.

            Mencoba mencari kesegala arah aku tidak menemukan kak Nimala bahkan aku sekarang sudah duduk ditrotoar karena kehabisan stamina dan darahku masih menetes. Kurasa Regenerasiku masih kurang cepat jika itu menyangkut bagian kepalaku.

            “Kampret aku kehilangan mereka!” sambil berucap seperti itu aku berusaha mengendarkan pandangan keseluruh jalan yang ada. di tengah perkotaan seperti ini dimana beberapa mobil terlihat lalu lalang dan orang – orang banyak berjalan di trotar aku merasa sedikit rishi dengan tatapan mereka.

            “Kau Ras?” suara kekagetan itu membuat duniaku seakan terdiam sebentar, seperti seluruh bayangan terhenti, aku menemukan seorang gadis berpakaian biasa telah berada di depanku dengan wajah terkejut.

No comments:

Post a Comment