blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Sunday 27 January 2013

Mimpi dan Angan Chapter 1

Title    : Mimpi dan Angan
Genre  : Family,dimension, tragedi
Author : Hittori Yudo 
Chapter: 01

Siapa mereka ?
                 Siang ini Matahari begitu indah menyinari kotaku, cahaya yang lumayan terik menambah kesan kesunyian dimusim kemarau. Yang terdengar dari kejauhan cuma suara jangrik dan kodok yang saling bersahutan menambah suasana tenang ini.

                “Musim hujan ya” Ucap ku sendu, menampakan wajah kesedihan dan kesakitan. Sudah 2 tahun sejak hari dimana orang tua ku dimakam kan, masih berbekas di pikiran ku kejadian dimana orang tua ku tewas dalam kecelakan. Dan sekarang aku hanya sendiri di rumah kami, Saudara ku satu – satunya pergi ke Jakarta untuk mengurus beberapa perusahaan dan aset orang tua ku dan hanya sesekali pulang,sungguh hidup yang menyedihkan.

                “Sepi seperti biasa” ucap ku lagi bergumam, biarpun cuaca cukup bagus. Aku tak pernah berjalan – jalan keluar. Padahal di usia ku yang ke 16 tahun, seharusnya aku seperti anak – anak lain, berbagai tawa gembira menutup pekan penatnya sekolah. Entah mengapa aku tak pernah melakukan hal – hal seperti itu lagi, kurasa hsl – hal tersebut tidak berguna.

                Aku sadar bahwa aku tak punya teman yang mengerti pikiran ku, menurut ku teman hanya ada saat senang dan pergi saat kita sedih dan tertawa saat kita berduka. Itu lah pikiran ku tentang teman, tentu saja pikiran ku ini tak pernah kuberitahukan pada mereka, karna itu bisa membuat persahabatan yang mereka bangun bisa hancur akibat argumenku.

                Kalau mengenai pacar aku angkat tenang, setidaknya itu hanya membuat mereka sakit hati. Cinta, berbagi kebahagian dan kesedihan, jangan buat aku tertawa itu hanya argumen para penulis dan penyair lagu bukan. Menurut ku cinta itu tak pernah lebih dari omong kosong, yap omong kosong untuk saling membohongi diri sendiri dan orang yang mereka anggap cintai.
                Berpikir mengenai itu semua membuatku mengantuk, setidaknya aku tinggal menutup mata karna sejak  pukul 10 pagi tadi semua pintu sudah terkunci dan aku sudah berada di kamar lantai dua untuk menikmati siang yang tenang.

                “Besok aku harus mengerjakan PR lagi, kehidupan yang membosankan” kali ini aku bergumam sendiri lagi. Mungkin bila ada seorang yang melihat bisa menyangka aku orang gila. Saat aku berpikir seperti itu tak terasa aku tertawa kecil sendiri.”maaf kak, kurasa adikmu satu – satunya ini sudah gila karena kesepian” pikir ku lagi

                “lagi – lagi ngomong sendiri seperti orang bodoh, di depan teras sambil melihat bintang. Setidaknya carilah perempuan untuk menghapus kesepian mu itu”ucap Kakak ku dari belakang, dia pulang tanpa mengucapkan salam dan masuk mengedap – ngedap seperti biasa. Hobi yang aneh.

                “Tumben kau pulang, apa di sana terkena Home sick” ucap ku spontan tanpa menjawab perkataanya dengan ketus.

                “Aku bosan liat gedung tinggi melulu, sekalian aja pulang liat adik bodoh ku yang belum dapat pacar padahal sudah 16 tahun, apa kau homo Ki”ucap kakak ku membalas ledekan ku, dia pulang hari ini dan pasti berangkat besok malam, seperti biasa. Paling – paling ke sini Cuma liat kebun teh dan tanda tanganin Raporku.

                “Aku ga homo kak, Raporku ada di atas meja kamar ku, tanda tanganin aja, terus balik deh ke Jakarta ganggua ketentraman hidupku saja!”ucap ku lirih pada ku tanpa memperdulikan reaksi muka dan matanya.

                “Nanti lah” ucap beranjak duduk di sebelah ku sambil membawa 2 kopi kaleng kesukaannya, kursi di lantai dua rumah memang sudah tersedia 2 dengan meja di tenganya daripada di bilang kursi ini lebih mirip kasur setengah duduk.

                Sambil beranjak duduk di lepaskanya ikat rambut ekor kudanya, rambutnya yang panjang dan mukanya yang sedikit imut, menambah kesan seolah – olah dia mirip seorang model daripada pengusaha muda.

                “Eh kak, malah duduk di sini ganti baju sana, bau apek tau”ucapku denngan nada bercanda. Tentu saja kakak langsung masuk ke dalam untuk segera mandi tanpa memperdulikan nada bercanda ku. Dia ngagap serius lagi ya, yah begitulah kakak setiap argument ku adalah penilaian yang baik menurut dia.

                Yah lumayan dapat 2 kopi kaleng, gak harus capek – capek ngambil ke ke kulkas lagi, ucapku sambil menampilakan senyum ala pejahat yang berhasil melaksanakan misinya.

                Kuminum 2 kopi kaleng dengan santai,kopi dingin itu terasa mengalir sampai ke tegorokan yang sudah kering dari tadi. Biasanya setelah minum kopi aku akan mengantuk dan tidur.

                Aku tidur lama sekali rasanya, eh siapa yang memindahkan ku ke tempat tidur, bau obat – obatan sejak kapan kamar ku bau obat. Ku coba untuk duduk tapi kepala ku terasa sakit.

                “Papah, akhinya papah bangun juga”ucap seorang anak dengan rambut panjang dan tubuh mungilnya,matanya meneteskan air mata membuat ku takut, dosa apa yang telah ku lakukan pada anak seperti ini. Sehingga dia memanggil ku papah setidaknya aku belum pernah menyetuh perempuan manapun dalam hidupku yang penuh frustasi ini.

                “kamu siapa, dan kenapa kau memangilku Papah”ucapku bertanya pada anak kecil itu, dilihat dari rambut dan bentuk wajahnya memang anak ini terlihat seperti aku. Dan sejak kapan aku menjadi Papah dari anak ini.

                Belum sempat anak itu menjawab seorang wanita dengan jas putih, dan celana putih memasuki ruangan. Wajahnya yang terlihat begitu khawatir melihatku segera berlari memeluku dengan erat seolah takut kehilangan sesuatu.
                “kamu siapa lagi”ucap ku mencoba melepaskan pelukanya dari ku. Dengan wajah yang tampak begitu terkejut mendengar perkataan ku. Dia mulai melepaskan ku dengan air mata yang tampak mulai mengalir dari pelupuk matanya seolah – olah diam membisu.

                “Maaf mbak, aku gak bermaksud menyinggung perasan anda. Aku hanya benar – benar tidak ingat siapa Mbak dan anak ini,dan kenapa aku bisa berada di rumah sakit, seingatku aku berada di rumah pada malam hari”ucap ku dengan nada tergesa –gesa seolah – olah mencoba menghapus kesalahan pahaman ini.

                “Aku Yume, aku istri mu dan dia anak mu Yui ”ucap Perempuan tadi membuat ku terkejut. Mereka Keluarga ku dan aku tidak tahu siapa mereka jangan membuat ku tertawa, apa ini namanya Amnesia.

                “Yume maaf, aku benar -  benar gak ingat siapa kalian”ucap ku dengan nada menyesal entah mengapa tiba – tiba perempuan itu tersenyum dengan muka yang memerah padam.

                “Iya.., aku-ku juga minta maaf, karena tidak bisa menyelamatkan ku waktu itu”kali ini perempuan tadi tiba- tiba berubah menjadi gugup saat berbicara.

                “Kau demam Yume”ucap ku sambil menempelkan tangan di keningnya, entah mengapa tiba – tiba warna mukanya makin memerah.

                “aku nggak demam hanya disini, terasa panas sedikit. Mengenai ingatan mu kata dokter sekitar 20% ingatanmu hilang secara permanen akibat kecelakaan itu”kini Yume membuatku terkejut, untuk yang kedua kalinya. Jadi 80% adalah ingatanku sewaktu SMA dulu, mau diapakan lagi kalau hilang yang tinggal membuat ingatan yang baru.

                “Untung Cuma 80%, jadi aku masih bisa membuat ingatan yang baru lagi. Ngomong aku boleh pulang ke rumah gak. Aku agak pusing mencium bau obat – obatan” ucap ku sambil menutup hidungku
                “Kau baru saja Amnesia,setidaknya tanyakan sesuatu mengenai dirimu sebelumnya”ucap Yume panik melihat sikap santai ku menghadapi kejadiaan ini, aku pun terdiam dan mengalihkan padangan ku ke Yui.

                Mata Yui yang masih menyisahkan sedikit air mata, menatapku dengan polosnya seolah – olah tak mau melepaskan ku dari padanganya. Bibirnya yang bergetaar dari tadi ikut memberikan kesan khawatirnya padaku. Kuusap kepala Yui dengan pelannya.

                “Tuhan menggambil ingatanku dan menyisahkan sedikit bagian yang terpenting. Mungkin dia tidak mau aku mengingat itu untuk sementara waktu, Tuhan punya cara sendiri untuk menyadarkan umatnya”ucap ku dengan nada santai tentu saja masih mengusap kepala Yui, kelihatanya Yume sangat terkejut mendengar perkataan ku seolah setuju dia membalas dengan senyum manisnya.

                “Ternyata efek hilang ingatanmu bisa berdampak baik juga,biasanya orang yang kehilangan ingatanya 50% mulai meragukan orang lain, 30% mencoba bunuh, 15% menjadi gila dan Cuma 5% yang mulai menerima kenyataan dan mempercayai orang lain”ucap seorang  laki – laki dengan kacamata tipis, rambutnya rapi dengan jas putih dan celana hitam menandakan dia seorang dokter. Terlihat dari gaya bicara dan juga padangan teoritisnya, dia terlihat seperti Ardi teman sebangku waktu SMA.

                “Dari pada anda mengejek ku dengan tatapan pedas itu, lebih baik pulangkan aku secepatnya dari rumah sakit ini”ucap ku dengan ketus dan mata yang seolah – olah tak bersahabat.

                “Aku tarik kata – kata ku setidaknya kau tak pernah lembut dengan orang lain walaupun kau hilangan ingatan” Kini Ardi membalas dengan candaannya seperti biasa.

                “Aku tidak pernah lembut setidaknya dengan orang yang suka membaca buku sejarah saat pelajaran matematika”kali ini aku mulai dengan ketusnya.

                “Ternyata 20% memori mu itu masih menyimpan data ku senangnya. Nyoya Rifki kan, aku mau menyakan bagaimana anda bisa jatuh cinta dengan makhluk anti social ini. Setidaknya anda bisa memberikan sedikit data untuknya karna saya kasihan dia tidak bisa mengigat kehangatan hatinya”kali ini Ardi pun masih mengejek, tampaknya dia tidak memperdulikan mental pasiennya saat ini

                “Jangan di jawab Yume,cukup kau dan aku saja yang tau. Walau pun sebenarnya aku gak ingat. Nah Dokter Pecentropus Erectus kapan saya bisa keluar dari rumah sakit ini”kali ini aku mulai ikut dalam percakapan konyol ini.

                “Hari ini kau bisa keluar, tak ada luka yang parah hanya geger otak dan jahitan kecil pada tangan kanan mu”kali ini Ardi mulai kembali ke mode seriusnya.

                Syukurlah setidaknya aku tak ketemu dokter idiot ini lagi. Entah kenapa sewaktu SMA aku memang tidak begitu menyukai sikap bercandanya yang kerterlaluan itu.

                “dubrak” suara pintu di buka dengan begitu kerasnya seorang perempuan kuncir kuda datang memasuki ruangan dengan tergesa – gesa. Matanya yang begitu khawatir menyorotku seolah – olah tak memendam rasa yang begitu tersiksa.

                “Apakah kau baik – baik saja Sayang”ucap wanita itu dengan lirih, nada ke khawatiranya masih terpasang di matanya berubah menjadi ketidak sukaan saat melihat Yume yang berdiri di samping tempat tidur ku.

            “Anda siapa lagi? Istri kedua?” ucapku santai membuat Yume dan Ardi menatapku dengan wajah kebingungan.

            “Siapa istri kedua? Aku istrimu!” aku mengarah pandangku ke Yume, Yume bahkan terlihat kebingungan dengan apa yang terjadi sekarang.

            “Ok, aku benar – benar tidak ingat kata dokter Erectus itu. Aku hilang ingatan berapa persen tadi-“

            “80 percen!”

            “80 persen sayang.” Ucapku mengusap kepala Yui, aku tidak tahu apa yang sedang terjadi tapi mereka malah menatapku heran.

            “Ini anak siapa? Kamu selingkuh?” aku malah terdiam, kenapa wanita ini tidak menanggapi perkataanku.

            “Mana mungkin, aku sma tidak cukup populer atau bisa dikatakan tidak ada satu pun wanita yang melihatku. Jadi selingkuh itu tidak mungkin dan kau erectus apa kau tidak tahu siapa istriku yang asli. Kau teman bukan sih?” Ardi menatapku dengan wajah yang tidak kumengerti, dia memandangi Yume dan wanita yang terlihat kesal ini dengan wajah serius.

            “Aku Anita!” ucap Perempuan itu merasa tidak mendapat label dari Ardi, aku tidak mengerti dari mana dia merasa perlu memperkenalkan nama. Di bading itu wajah Yume terlihat tenang – tenang saja sambil mengajak Yui berbicara.

            “Kalian pasti punya foto berdua dengan Rifki kan, itu mungkin bisa di jadikan petunjuk!” Anita terlihat terdiam kemudian mengeluarkan HPnya sedangkan Yume membuka tas dan mengambil selembar foto.

            “Ini saya punya!” keduanya berbicara secara bersamaan tapi kemudian saling diam, oh ada apa ini.

            “Ini memang Rifki, jadi kau jadi bajingan dengan selingkuh dengan salah satu orang di sini!” aku menggeleng cepat, itu tuduhan yang sangat menyebalkan.
            “Aku menikah dengan Rifki 5 tahun lalu dan Rifki bilang dia tidak mempunyai siapa – siapa? Kami menikah di jepang dan 2 tahun kemudian pindah ke Indonesia!” Yume mulai menunjukan raut wajah gelisah sedangkan Yui terlihat mulai menenangkan ibunya, oh anak yang manis pasti dia memang keluargaku.

            “Jangan mengada – ngada! Aku dan Rifki sudah menikah 6 tahun! Tidak mungkin dia menikah dengan orang lain!” Anita terlihat kesal dengan ucapan Yume membuat wanita ini terlihat marah.

            “Ehm, aku mungkin mendua kalian. Jadi tidak apa – apa tinggalkan saja aku, kalau mau ambil saja semua hartaku atau kalian bagi dua. Aku bisa menumpuang dirumah Ardi yak an? Erectus?” Ardi terlihat kesal dengan jawabanku langsung memukul kepalaku.

            “Apa yang kau katakana bodoh!” aku hanya meringis sementara kedua wanita itu langsung melihat Ardi dengan tatapan marah, oh tidak ada tambahan si manis Yui yang berwajah kesal.

            “Kami akan ikut bersamamu, kami tidak perlu hartamu!” Yume mengatakan dengan wajah tegas, tapi itu membuat Anita semakin kesal.

            “Menyingkirlah dari suamiku, wanita jalang. Lebih baik kau yang pergi!” nah, aku sudah berpikir semuanya akan jadi begini kukira dengan begitu mereka berdua bisa meninggalkanku atau salah satu bertahan tapi kalau begini aku susah menentukan pilihanku.

            “Ehm, gini aja gimana kalian hidup bersama?” semua terpaku dengan usul satu orang yang membuat mereka menatap dengan wajah kesal. Ardi bodoh ini malah terseyum sambil mengibaskan tangannya.

            “Aah, kalian mengerti tidak ini semua salahku! Menginginkan laki – laki bejat yang menyelingkuhan itu bukan hal yang baik untuk kalian berdua. Aku mengatakan ini supaya kalian tidak menyesal. Aku tidak mengerti bagaimana diriku sekarang, mungkin aku sudah sepenuhnya kotor kan!” kedua orang ini hanya menatapku dengan wajah sedikit menyesal, aku tidak tahu apa yanag mereka pikirkan tapi melihat tatapan menyesal itu membuatku semakin tidak enak saja.

            “Aah, sebenarnya apa pekerjaanku sekarang?”

            “Penulis!” jawab Yume.

            “Pengusaha!” tukas Anita.

            “Hey? Sebenarnya kalian berdua ini salah orang kan? Mana mungkin aku punya dua pekerjaan yang berbeda!” kedua orang ini semakin menunduk malu tanpa bantahan, kenapa aku merasa dikerjaian saat ini.

            “Kalau gitu rumah?” kedua orang ini saling bertatapan.

            “JL Samandara 5 no 3!” dua – duanya menjawab begitu membuatku semakin bingung saja.

            “Jadi siapa yang punya usul untuk membuatku hilang ingatan?” kedua orang ini semakin gemetaran sementara dari wajah Ardi tidak mengerti apa yang terjadi di sini.

            “Sreeek!!!” suara pintu terbuka membuatku menatap orang yang kali ini berdiri dengan wajah tersenyum mengejek.

            “Kalian sudah puas ? bermain – main dengan ingatan Rifki?” Wanita lagi, berapa banyak yang aku nikahan sih.

            “Yui, sini sama mama sayang!” yui segera melompat dari kursi kemudian memeluk wanita itu dengan wajah bahagia. What the hell? Jadi dia juga istriku?

            “Aku  Nika, istri pertamamu! Anita kedua! Dan Yume yang terakhir! Kita selalu bersama!” apa – apa ini mana ada perempuan yang mau di duakan tapi ini malah di tigakan.

            “Aaah, anda lucu sekali mana ada perempuan yang mau ditigakan? Ya kan Ard?” Ardian hanya menunduk lesu membuatku terdiam, kampret ercetus ini ikut – ikutan juga dengan rencana ini.

            “Ar, aku tidak bersalah disini, mereka bertiga yang mengingkan ini. Aku hanya membantu!” jadi semuanya sudah jelas sekarang, permainan apa ini dan apa bentuk dari semua ini.

            “Ini melalahkan!” aku hanya bisa terduduk diam untuk sementara waktu sementara mereka menyesal kecuali Nika.
***

Nika tersenyum senang menggandeng tangan kananku, sementara tangan kiriku diisi oleh Yui yang berjalan dengan wajah serius mengamati jalan yang entah kenapa itu lebih menarik dari papahnya ini. Sementara kedua orang yang terlihat putus asa itu berjalan di belakang kami dengan wajah patah semangat.

“Nanika aku langsung saja! Kenapa kau memperbolehkan aku menikah dengan 2 perempuan lagi. Bukan kah kau istri yang aneh?” Nika terdiam dia terliha berpikir keras dengan wajah yang bagiku cukup manis.

Kalau dikatakan Nika ini seperti Buah apel, kulitnya putih bersih dengan wajah kemerah – merahan, dia punya mata yang sedikit sipit dengan pipi yang tirus. Cara berpakaiannya juga up to date kurasa melihat orang – orang memiliki gaya berpakaian sama denganya. Tubuhnya cukup tinggi dan sedikit berisi, menduakan istri seperti ini bahkan sampai mentigakannya masuk dalam kategori mustahil kurasa.

“Hey, Yume itu pediam tapi dia cukup pintar dalam mengatur siasaat dan juga lembut tapi pakaian tidak up to date ki!” aku jadi bingung dan melihat ke arah Yume, dia memaki gaun terusan warna abu roko dengan jaket berwarna putih polos. Kurasa itu baju lengan pendek jadi dia menutupnya dengan jaket agar terlihat berlengan panjang.

Yume memang juga termasuk dalam kategori cantik kulitnya putih langsat dengan wajah yang cantik aku tidak bisa mendskirpsikannya, jika buah, dia adalah anggur yang anggun tapi memabukan kau tidak tahu rasanya sebelum mencobanya. Walaupun dia katakana tadi berasal dari jepang matanya tidak sipit tapi ada beberapa ciri yang melekat padanya.

“Aku tidak bicara itu? Yang aku tanya kenapa Anda setuju?” Nika kemudian diam, dia melihat ke arah Anita dan wajah Anita terlihat semakin ketakutan saat mereka bertemu tatapan.

“Anita itu proaktif dan juga berpakai up to date jadi dia terlihat lebih fress setiap harinya tapi membuatnya sulit diataur!” mendengar ucapan Nika, aku kembali menatap Anita.

Wanita itu memiliki rambut kuning tua tapi mendekati hitam, gambaranya tidak jelas tidak seperti drak red yang dimiliki Nika. Rambut Anita seperti campuran dari orang latin dan timur. Jika buah dia adalah jeruk, gadis ini juga memiliki pola tersendiri dari penampilannya seperti kata Nanika dia terlihat menyegarkan.

“Ya kutanyakan bukan itu!”

“Bukannya kamu sudah tahu jika melihat kedua orang itu, alasan yang kuat dan cinta yang dalam. Kau pikir bisa mencegahmu untuk menduakan bahkan meninggakanku, tidak mereka orang yang lebih baik dariku!” kombinasi dari semua kekurangan Anita dan Yume, gadis ini yang kurasa memegang kedali semuanya.

“Kau bicara apa Nanika?”

“Itu bahkan bukan namaku Rifki!”

“Nika, entah kenapa itu aneh di lidahku!” Nika terseyum simpul kemudian melepaskan gandengan tanganku, lalu menggendong Yui dia segera memberi sapaan pada orang di belakang kami.

“Aku akan pulang dengan Yui, kalian berdua ajaklah Rifki jalan – jalan. Aku akan menyiapkan rumah!”

“Aku pulang dengan mbak! Yume gak mungkin biarin mbak beres – beres sendiri!” Nika tersenyum kemudian mengusap kepala Yume kemudian mengarahkan pandangnya pada Anita.

“Aku akan bersenang - senang dengan sayang, jangan berharap kata- kata itu itu keluar dari mulutku mbak!” dasar jeruk, asam banget omongannya aku jadi bingung kenapa Nika tidak melarangku.

“Dasar, Yume aku saja yang beres! Untuk hari ini kalian berdua menemani Rifki ya!” akhirnya mereka berdua hanya bisa mengangguk sementara Yui terlihat sedih menatapku.

“Yui mau ikut, papah?” ketiga orang ini terlihat terkejut dengan ucapkanku, Yui langsung bergerak dari pelukan Nika dan ingin segera memeluku. Bagus setidaknya aku bisa mengajak ngobrol Yui dari pada situasi yang tidak mendukung lainnya.

“Kau yakin ki?”

“Sayang yakin?”

“Rifki yakin?”

“Ada apa dengan kalian, dia anakku yang manis. Aku bermimpi punya anak perempuan dari dulu. Jadi tidak ada salahnya aku bermain dengannya!” ketiga orang ini saling berpandangan kemudian menatapku.

“Ini dompetmu sayang dan ini hpmu, kalau kau ingin pulang telepon saja! Kami bertiga akan pulang!” entah kenapa suasannya jadi aneh begini, tapi aku tidak ambil pusing dengan perkataan Yume lalu menjawab dengan anggukan membuat ketiga orang itu pulang berbarengan.

“Jalan sama papah ye!!” aku segera berjalan menuju salah satu gedung yang terlihat besar dengan banyak baliho melekat di sisinya. Biasanya di tempat seperti ini dulu banyak area permainan membuatku tanpa pikir panjang masuk kedalam.

Aku harus mendapatkan informasi secara langsung tentang apa yang terjadi saat ini, tuhan pasti punya alasan untuk membuatku lupa ingatan. Menurut Ardi aku lupa ingatan karena jatuh dari tangga dan bukan merupakan unsur dari kesengajaan membuktikan tuhan punya tujuan dengan seknario lupa ingatan ini.

Berhenti di papan informasi dan mendapati denah gedung aku segera mencari tahu arena mana saja. Sambil sesekali menatap keseluruh penjuru toko aku bisa mengambil iniformasi yang lebih banyak. Memang ada perubahan secara singnifkan terhadap perlatan elektronik tapi escalator dan lift serta cara penyajian barang dientalase membuatku sadar perubahan itu tidak banyak dari kondisi awal ingatanku.

“Papah, mama gak ikut?”

“Eh, ehm Yui suka yang mana, mama Nika, mama Anita, atau mama Yume?” ucapku menyebutku seluruh nama mereka, mudah – mudahan ingatanku tentang nama mereka tidak salah.

“Ehm, Yui lebih suka mama Fika tapi Nita juga baik, ehm mama Fume sering marahin Yui tapi Yui juga suka. Yui bingung kalau papah milih yang mana?” siapa lagi itu? Fika, Nita, Fume. Sebenarnya ada berapa sih istriku kok aku masih bisa beli baju dan dompet masih penuh sih.

“Akh Yui sayang?”

“Glek!!!” sial, kenapa harus ada yang mengenal Yui di saat seperti ini, bisa gawat kalau mereka memaki ku.

“Ehh, Rifki sendirian?” aku melihat laki – laki yang tubuhnya cukup gemuk dengan wajah bulat, dia memakai kemeja kotak – kotak dan name tag yang bertulisakan “Alvin” syukurlah ada name tagnya jadi aku tidak perlu mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.

“Aku kan sama Yui, kau tidak lihat Alvin?”

“Aneh sekali, mendengar kau mengucapkan namaku membuatku melupakan Rifki yang lama. Kembalikan Rifkiku sialan, apa perban ini yang membuatmu jadi gila!” ucapnya kini terlihat kesal.

“Paman Piggy jangan gitu, Papah kata Dokte Adi lagi cakit nesia!” kata – kata panik dan sikap gugupnya membuatku bingung harus mengatakan apa pada anak ini. Siapa sih yang ngajarinya manggil Piggy ke orang lain, bukannya itu artinya babi ya.

“Paman Piggy gak marah kok sayang, cuma papahmu ini jadi aneh. Biasanya dia manggil ‘Eh dut lo masih hidup?’ atau ‘Bulat gak kasian sama eskaltor yang mandet nantinya’ kan gitu biasanya. Tapi aku sempat gak percaya Ardi bilang itu benar.” Aldy terlihat berpikir membuat sedikit mengutuk diriku di masa depan yang entah kenapa menjadi kurang ajar dengan orang lain. Kalau Ardi tidak masalah tapi kurang ajar pada orang yang terlihat tua ini bikin aku merasa berasalah saja.

“Entahlah man, Yui gak ngerti!” aneh, suasana apa ini. Kok Yui terlihat dekat dengan orang ini.

“Kami mau pergi dulu, tempat bermain di dekat sini kan seeharusnya!” Aldy menunjukan salah satu toko yang terlihat lebih berwarna dari yang lain. Entah kenapa Yui malah melihat toko itu dengan wajah bosan.

“Bukan itu, area keluarga?” ucapku membuat wajah Yui terliihat kembali seperti semula, anak ini pintar. Aku tidak tahu siapa ibunya tapi dia seolah sadar dengan semua pembicaranku.

“Itu satu lantai diatas!” ucap Aldy santai sambil menunjukkan ke arah atas. Apa yang harus kulakuan sekarang, kenapa semuanya jadi rumit begini coba saja aku bisa mengingat dengan jelas apa yang terjadi.

No comments:

Post a Comment