blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Friday, 20 February 2015

Makes She Fall in Love chapter 14

Title    : Makes She Fall in Love
Genre  :School, Psychological, Romance
Author : Liyando 
Chapter: Misi 14 Berantakan
           
            Sebuah café dengan nama Flow membuatku sedikit tercengang sambil sesekali melirik ke arah Rianti yang wajahnya tampak biasa – biasa saja. Dengan senyum yang menawan dan cara berpenampilan yang anggun membuatku tahu semua orang yang melihat kami dari tadi merasa kekaguman pada Rianti.

            “Ayo masuk!”

            Rianti menggandeng tanganku membawaku massuk ke dalam café yang tidak terlalu di penuhi banyak orang tapi di sudut café ada beberapa gadis yang melambaikan tangan.

            “Aah, kakak homo yang tadi siang…”

            Adik kelas kurang ajar kalau tidak ada Rianti sudah aku jitak itu anak. Mengabaikan adik kelas yang aku tidak tahu siapa namanya, di sini hanya kami bertiga saja dan itu membuatku sedikit terkejut.

            “Maksudmu belajar ke sini?”
           
            “Iya, Feli yang sopan sedikit dia teman kakak!”
Jadi nama anak sialan ini Feli, kenapa Rianti mau datang ke sini hanya untuk bertemu dengan anak ingusan begini.
“Silahkan duduk dulu!”
            Rianti tersenyum padaku kemudian mempersilahkan aku duduk. Adik kelas tersenyum kecut melihatku.

            “Aku tahu kak, tadi siang kami bertemu. Kita jadi akrab dari waktu itu!”

            Kampret, katakan dari mana kata akrab itu kamu sebutkan, apa kamu tidak sadar telah membuatku marah dari tadi.
           
            “Oh ya, kakak homo ini café aku terkejut gak?”

            “Siapa yang kau panggil kakak homo?”

            “Aku manggil kakak lho, bukan manggil orang yang di ujung jalan sana!”

            “Lidahmu cukup tajam juga Adik kelas!”

            “Sudah cukup, Feli diam. Kakak pulang nih kalau Feli gak bisa diam!”

            Feli menatapku dengan wajah kesal kemudian membuka buku yang ada di depannya. Tampaknya Rianti ke sini hanya untuk mengajari Feli belajar sedangkan aku hanya duduk melihat mereka yang sedang serius melihat isi buku.

            Café ini memang cukup ramai dan aku rasa waktu  akuk menolak Rianti, kami berada di café ini. Apa anak ingusan itu tahu dari sini, sambil sesekali melihat ke arah café. Mataku sukses meloncat saat melihat Erika dan Rika masuk ke dalam café. Ini buruk aku harus menyembunyikan diri.
            “Apa yang kau lakukan?”

            Rianti tampak kebingungan saat aku mengangkat daftar menu tinggi – tinggi. Sedangkan Feli terlihat kesal karena pelajaran serasa diganggu.

            “Aku hanya melihat menu tapi agak sedikit kurang jelas!”

            “Mana coba aku lihat!”

            Kampret, Rianti malah memajukan wajahnya berdekatan denganku, ini malah lebih buruk dari sekedar ketahuan berjalan bersamanya.

            “HEY APA YANG KAU LAKUKAN KAKAK HOMO ??!!”

            Feli nampak kesal kini sudah berada di tengah kami, aku melirik ke arah Rika dan Erika berada, mereka sudah berjalan ke arah kami dengan tampak garang.

            “Hohoho, sekarang kau sudah berani mencari yang lain?”

            Erika sedikit tertawa saat melihatku sedangkan Rika aku tidak ingin melihat wanita itu menggunakan ini untuk mempermalukanku lagi.

            “Nah, Ju apakah ini di sebut tidak berubah ?”

            Gawat – gawat, ini semakin mempersulit rencanaku coba saja aku mendapatkan ide agar bisa berbalik keadaan.

            “Aaah, Rianti kamu kenapa mau disuruh, Rika?”

            Rianti yang nampak kebingungan kini melirik ke arah Rika dan aku hampir saja tersenyum puas sebelum Feli mulai bersuara.

            “Ada apa ini, aku tidak tahu kakak homo ini punya 2 cewek dan sekarang dia mengincar aku dan kak Rianti!”

            “Siapa yang mengincarmu ?”

            “Ini buktinya apa, mereka berdua kelihatan marah dan kak Rianti seolah tidak tahu apa – apa. Lalu kakak homo ini tampak ketakutan. Bukannya itu bisa di ambil kesimpulan!”

            “Berhentilah memanggilku homo, kami benar – benar tidak memiliki hubungan apa –apa! Aku dan Erika hanya sepupu lalu Rika dan Rianti hanya teman masa kecil.”

            Entah kenapa setelah ucapanku semua orang terdiam dan hanya aku yang tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

            “Erika aku mau pulang, apa kamu mau ikut?”

            Erika yang tidak bersuara kini melangkah pergi bersama Rika sedangkan Rianti nampak terpuruk dengan kata – kata tadi.

            “Kita tunda belajar hari ini, aku pulang duluan Juan, Feli!”

            Rianti tiba –tiba pergi meninggalkan kami menyusul dua orang yang sudah dulu pergi sedangkan aku hanya terdiam dengan apa yang terjadi.

            “Jadi bisa jelaskan semua ini?”

            Suara Feli terdengar marah membuatku hanya menunduk. Walaupun aku tidak mengerti apa yang terjadi dengan mereka, entah kenapa aku tidak dapat menginkari kalau akulah penyebab ini semua terjadi.

            “Tidak ada yang bisa kujelaskan, kau bisa lihat sendiri itu adalah kebenaran yang aneh adalah sikap mereka.”

            Feli mengusap kepalanya beberapa kali, dia menatapku dengan sorot mata tidak peduli kemudian menggebrak meja.

            “Inilah yang ingin aku tanyakan ? kenapa mereka bersikap seperti itu, kalau kakak homo memang benar berarti kakak homo sendiri tahu kalau itu salahmu!”

            “Siapa yang kau panggil kakak homo, sialan!”

            “Itu tidak penting siapa, tapi pastikan perbaiki semua. Kakak mau pancake atau kue!”

            Feli berjalan meninggalkanku sendiri sementara aku terus berpikir apa yang salah dengan ucapanku tadi. Hingga pada akhirnya aku tidak menemukan sesuatu yang salah, mungkin besok aku akan bertanya pada Bari.

            “Apa kakak menemukan sesuatu?”

            Feli kini kembali membawakan Kue dan aku bahkan tidak sedikitpun merasa nafsu dengan kue yang ada di hadapanku.

            “Tidak, jadi kau berhenti memanggilku homo ?”

            “Maaf, julukannya ketinggalan. Jadi bagaimana rasanya kakak homo!”
           
            “Ini enak, pantas café ini selalu rame!”
           
            Kata – kataku tadi membuat Feli tersenyum bangga. Seharusnya aku tidak mengatakan itu, ini sangat menyebalkan melihat senyumnya saja membuatku marah.
           
            Setelah beberapa saat Feli kembali menghela nafas panjang, dia seolah terpaksa tersnyum padaku lalu mulai merapikan bukunya.
           
            “Apa kamu tidak bisa mengikuti pelajaran?”
           
            “Nggak kok, hanya saja aku sering gagal fokus kalau di kelas!”

            Wajahnya tampak sedih, pantas saja Rianti tidak bisa membatalkan janji. Aku jadi merasa bersalah membuat Rianti pergi.

            “Baiklah, tunjukan padaku mana yang membuatmu kesulitan?”
            Feli sedikit tersenyum dan pada akhirnya aku hanya mengajari Feli tanpa memikirkan lagi masalah itu.

4 comments: