blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Monday 12 October 2015

Last Bab 11 Efek Terbalik



Title    : Last
Genre  : School, Humor, Family
Author : Hittori Yudo
Chapter: 11
Efek terbalik!

            “Membenciku?” suara Rika bergema membuat para penonton memfokuskan pandang padanya.

            “Aku membencimu, bagian dari bakatmu seperti emas yang terletak dalam es!” nafas pria yang menjadi antagonis tersengal membuat penonton seakan terpukau.

            “Jika pikiranmu benar, seharusnya kau protes pada tuhan!”

            “Maksud El? Setelah semua ini!”

            “Hirarki, semua diciptakan berbeda, jika kau ingin berubah aku akan mati!”

            “El?”

            “Dunia yang usang, selamat tinggal!”

            Kata – kata itu berakhir dan panggung ditutup dengan latar merah berenda hitam darah. Intruksi dari arahan sutradara semua terlihat begitu nyata.

            “Kerja bag-“

            “Puas?”

            “Eeh?” aku terdiam membuat Rika memajukan langkah beberapa meter kemudian mengambil air yang ada ditanganku.

            “Dengan begini! Kita akan berakhir!” masih tidak mengerti perkataan Rika membuatku terdiam. Kenapa perempuan ini terlihat begitu kesal, ada yang salah dengan ucapanku.

            “Apa kau membahas tentang kata – kataku kemarin!”

            “Kemarin!”

            “Iya?”

            “Kau bercanda? Aku sedang membahas apa yang kau lakukan sekarang dan hasil apa yang akan diperoleh nanti!” seperti mengetahui rencanaku, Rika kembali meminum air dari botol yang diambil secara paksa tadi.

            “Nanti? Apa yang kau katakan!” suaraku berusaha sedatar mungkin, gadis ini terlalu bodoh untuk tahu dasar dari rencanaku.

            “Kau dan Aku akan selesai dan kak Nia tinggal menunggu waktu!” seolah mendapat tamparan hebat dari kata – kata Rika aku hanya bisa terdiam.

            “Apa yang kalian bicarakan? Hirarki bagus An!” suara kak Melisa membuatku dan Rika kini berganti fokus pada ketua osis yang terlihat begitu puas dengan penampilan tadi.

            “Sebuah pesan nyata dari orang –orang berbakat seperti membuka luka lama!”

            “Jalang yang mengharapakan hidup indah sepertimu lebih baik hilang dari muka bumi!” kak Melisa hanya menatap Rika terkejut mendengar perkataannya hingga gadis itu meninggalkannya.

            “Itu penguasaan karakter! Kakak tahu artis sering melakukan itu untuk memperdalam karakter!” berusaha untuk membuat keadaan lebih baik, aku kembali berhipotesa untuk menyembunyikan sikap pembangkang nona itu.

            “Ehmm, aku sedikit paham. Aku akan memperkenalkanmu pada Alumni kita yang katanya dia adalah penulis saat ini!” aku terdiam, sebagai amatiran yang ingin hidup dengan menjadi seorang yang professional, aku segera mengangguk mendengar ucapan kak Melisa.

            Seorang laki – laki yang terlihat dengan mata cekung menatapku dengan raut wajah bersahabat. Aku kenal orang ini salah satu penulis yang karya sudah beberapa kali dibuatkan film, bertemu dengan hebat seperti dia dan menukar sapa membuatku bahagia.

            “Kau yang menulis Hirarki!” aku mengangguk membuat wajahnya semakin tersenyum lebar.

            “Benar – benar hebat, memikirkan koteks seperti itu dalam usia sedini ini, aku masih belum bisa membayangkan seperti apa isi kepalamu!” sebuah pujian yang aku rasa seperti sindiran kecil tapi koteks yang kuangkat memang cukup berat.

            “Hmmm, langsung saja apa kau mau menerbitkan buku atau memasukan tulisanmu ke penerbit. Aku akan mengenalkanmu dengan mereka! Bakatmu tidak boleh di sia – siakan nak!” hal terbaik dari segalanya untuk penulis sekarang ditawarkan padaku.

            “Anda tidak bercanda?”

            “Tentu saja, hirarki sangat bagus dan aku merasa kau punya potensi yang belum di asah!” kata – kata pujian dari senior dalam satu bidang yang diminati memang terasa berbeda. Aku juga ingin menjadi sepert dia.

            “Aku akan menghubungi anda jika naskahku sudah selesai!” setelah menjawab pertanyaan itu, kami memulai topik ringan semacam plot dan genre ternyata beberapa penulis sangat memeperhatikan genre yang ditulis untuk menentukan jumlah penjualan. Hinggap pada akhirnya percakapan yang berlangsung cukup lama harus terhenti karena jam pulang sudah berdentang.

            “Sampai bertemu lagi!” setelah menukar sapaan, aku segera bergegas ke asrama dengan hati riang, semuanya berjalan lancar dan sangat lancar menurutku. Tentu saja pemikiran Rika terlalu berlebihan.

            Aku terhenti saat melihat kak Nia menatap sendu sebuah tulisan di papan tulis, aku tidak cukup jelas melihatnya tapi aku bisa merasakan kesedihan dari tatapan kak Nia. Mencoba menghapus semua rasa penasaranku akhirnya aku masuk ke dalam kelas yang hanya sosok kak Nia saja yang terlihat.

            “ORANG BERBAKAT!!!! SIALAN!! KALIAN YANG MEREBUT SEMUA HAL DARI KAMI!!! MATI SANA!!!” kata – kata itu bercetak tebal membuat kak Nia masih terpaku.

            “Hey And? Aku tidak mengerti apa yang dimaksudnya!” tatapan Kak Nia menyadariku dengan air mata yang masih jatuh bebas dari kedua matanya yang coklat, pemandangan di sore dimana festival adalah bagian terppenting.

            “Kak kita pulang!” suara Rika yang tiba – tiba berada di sampingku membuat kejutan tadi menghilang dan kini akau sudah sadar, kak Nia telah digangandeng Rika pulang.

            “Wow, kita berhasil! Seharusnya kau yang lebih tahu apa itu bakat, dan kurasa ini adalah permulaan!” kata – kata itu beralalu, aku tidak bisa membalas Rika. Semua yang dikatakannya memang benar. Aku seperti orang bodoh sekarang.

            Sedikit meringis melihat tulisan itu, aku segera menghapusnya dari papan, satu persatu tulisan menghilang sementara pikiranku seakan meledak. Manusia seperti apa mereka, setelah semua yang kulakukan. Kak Nia mendapat perlakuan yang lebih parah.

            “Jadi ya, setelah itu-“ suara orang yang masuk ke dalam kelas terputus melihatku dengan beberapa tulisan yang masih belum terhapus.

            “Andi?”

            “Maaf tiba- tiba masuk kelas, aku hanya menghapus ini!” aku menujukan beberapa tulisan yang masih tersisa di spidol, Kak Melisa tampak terkejut membuatnya segara melihat lebih dekat.

            “Siapa yang menulis ini! Ini namanya bully, kita harus melapor-”

            “Tidak usah kak! Setelah tulisan ini selesai, aku akan mencari cara lain untuk membuat mereka mengerti!” Kak Melisa memandangku dengan wajah yang sedikit memerah, itu bukan sebuah ekspresi tersipu dari kumpulan dari rasa marah yang menggung.

            “Mereka tidak mengerti dengan kalian! Kerja keras yang mereka bayangkan seolah tertutupui dengan nama bakat! Kalian harus bisa berteriak!” itu yang kupikir aku lakukan dengan hirarki tapi semuanya malah memberikan efek terbalik.

            “Aku juga berpikir begitu, tapi semuanya memang tidak bisa diatur. Aku tidak mungkin membuat mereka sebagai pembaca yang bersimpati pada karakter-” aku tidak melanjutkan kata – kataku seolah aku bisa merasakan rencana lain dari kata – kata itu. Tapi mungkin saja itu akan berhasil jika aku bisa mengolahnya.

            “Seperti sebuah prolog dalam cerita, kurasa epilog yang menarik akan tercipta!” Kak Melisa terlihat kebingungan dengan ucapanku.

            “Ini semacam, ah seperti rumus dari fisika tentang gaya newton!” merasa masih kebingungan kak Melisa hanya mengangguk saja seolah setuju dengan kata – kataku tadi.

            “Apa kakak akan membenci orang yang berbuat salah?”

            “Tentu saja! Aku benci dengan orang yang buang – buang makanan!”

            “Ahh, walaupun berbeda apakah harus melalui dengan cara minta maaf! Bisa saja dia alergi sejenis makanan!”

            “EEh? Benar juga tapi apa maksdunya And?”

            “Tidak ada!”Kak Melisa kembali terlihat bingung.

            “Aku mau coba mengubah sesuatu saja!” lanjutkan membuat kak Melisa semakin kebingungan.

No comments:

Post a Comment