blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Saturday 11 July 2015

Last Homo Sapiens chapter 3

Title    : Last Homo Sapiens
Genre  : School, Psychological, Mystery,Thriller
Author : Liyando 
Date      :
Chapter: chapter 3

            Membuat rencana dan kehilangan kekuatan adalah cara terbodoh untuk mati, seperti yang di harapkan aku tidak bisa lepas dengan cara apapun. Daichi dengan wajah memelas kini berdiri di depan pintu sambil memegang kayu yang sudah terlbih dahulu di lapisi besi oleh salah satu RPM.

            Sebenarnya tipe RPM di bagi menjadi 3 bagian, walaupun aku tidak masuk dalam ketiga bagian itu. Yang pertama adalah tipe mempengaruhi manusia satu dengan yang lainnya. Yang kedua adalah tipe yang mempengaruhi manusia dengan benda yang tidak terlihat. Dan yang terkahir tipe yang mempengaruhi manusia dengan benda yang terlihat.

            “Kita akan berlari jadi persiapkan diri kalian!” ucapku membuat semua orang mengangguk pasrah ketua kini berdiri di belakang daichi dengan wajah santai. Sementara sesuai dengan apa yang kukatakan tadi semuanya mengikuti strategiku, tapi aku berada di samping mereka karena adda beberapa hal yang jadi jaminan.

            “Kuingatkan baik – baik rute kita adalah menuruni tangga ke lantai 1 dan bergegas masuk ke dalam bis pariwisata sekolah. Untuk terakhir kalinya jika kau tertangkap kami akan meninggalkan meskipun itu ketua!” ketua hanya tersenyum sinis meskipun kata – kata itu cukup mengesalkan.

            “Operasi dimulai!”

            Suara teriakan ketua seakan membuat gema di seluruh ruangan pintu yang tadi di lapis oleh salah satu RPM kini terbuka beberapa zombie langsung mengejar kami tentu saja ayunan Daichi langsung mementalkan zombie – zombie tadi ke luar jendela. Aku yang sedang mengedong Yuki hanya bisa terpengarah melihat zombie – zombie itu seperti barang bekas terlempar oleh ayunan Daichi.

Taku, orang itu seperti monster saja ditengah – tengah monster!” ucap Yuki setengah bercanda, aku hanya sedikit terkekeh saat langkah terakhir kami berada di lapangan sekolah disini bahkan lebih banyak zombie.

“Regu A dan B bersiap – siap menembak!”

Suara ketua kali ini mengintruksikan serangan, beberapa RPM kini sudah siap menyerang dengan tangan di rentangkan seketika dari arah kiri muncul gumpalan Air dan gumpalan api sedangkan dari kanan muncul gumpalan angin yang cukup besar.

“Buarrr!!”

Suara ledakan menghantam beberapa Zombie yang bahkan membuat beberapa ledakan di sana – sini, mungkin rencana ini akan berhasil karena kami melihat mobil di ujung jalan.

“Sreeek!!!”

Suara yang lebih mirip bunyi pedang ini membuat aku mematung di tempat, kepala orang – orang yang di sebelahkan seakan putus dan terlempar ke tanah.

“Lari –lari, apapun yang terjadi lari!”

Ketua kini berteriak berlari lebih cepat kea rah bis dan membukanya, entah dari mana ketua mendapatkan kuncinya tapi kini kami sudah tenang berada di dalam bis.

“Itu tadi apa!”
           
Suara perempuan ini gemetaran, aku tidak tahu namanya tapi semenjak kejadian tadi air matanya terus mengalir. Yang terbunuh tadi adalah teman – temannya dan satu orang RPM.
           
“Hey kamu duduk di sini ada yang mau kubicarakan!”
           
Ketua kini memanggilku dengan menunjukan bangku yang kosong, sedikit senyuman sinis di sampaikan padaku, bahkan semua orang yang ada di mobil ini merasa tertekan olehnya.

            “Ini adalah epedemik, jadi menurutmu kemana cara teraman kita pergi?”

            “Tidak ada cara teraman untuk kita pergi dan ada apa dengan wajah tenangmu, teman kita baru saja mati!”

            “Itu resiko hidup!”

            Aku menarik bajunya membuatnya mundur beberapa langkah, walau terus menatap matanya ketua osis ini malah lebih menatap ke arah lain.

            “Kau brengsek!!”

            Ketua hanya meringis seolah teringat sesuatu dia segera berdiri ke arah kemudian dan menjalan mesin.

            “Kita mau kemana?”

            “Tempat teraman untuk lari, adalah tempat yang tidak mungkin orang datangi saat ini!”

            “Jangan katakan-“

            “Rumah sakit Alexsan!”

            “idiot, kau mengerti tidak!”

            “Sejak kapan aku waras!”

2 comments: