blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Monday 9 March 2015

Makes She Fall in Love chapter 19

Title    : Makes She Fall in Love
Genre  :School, Psychological, Romance
Author : Liyando 
Chapter: Misi 19 Hutang budi

            Wajah Rianti termenung saat aku keluar dari rumah Rika, gadis itu bersender di depan pagar sambil bersenandung ringan.

            “Jadi ?”

            Suara terdengar tidak peduli dan mimic wajahnya tidak berubah membuatku hanya bisa terdiam mendengar kata – katanya.

            “Dari mana kau tahu aku ada di sini ?”

            Rianti berbalik menatapku kemudian wajah terlihat jelas, ada sisa – sisa bulir –bulir air mata di pelupuknya.

            “Kau bisa melupakan dendam itu!”

            “TIDAK, AKU TIDAK BISA!”

            “Sudah kuduga, bukan kah lebih baik kau memaafkan Rika…”

            Aku menghela nafas, bagaimana mungkin Rinati begitu peduli pada Rika sementara dia tidak menghiraukanku.

            “Dia membuat harga diriku jatuh, memaafkan jangan bercanda!”

            “Kau hidup dengan obsesi seperti itu, apa kau yakin bisa hidup tanpa merasa berslah nantinya!”

            Nada suara Rianti mulai meninggi dia kini memegang pundakku seolah simpatik dengan apa yang kulakukan atau dia sendiri seakan berkaca dengan dirinya. Sampai sekarang aku tidak mengerti apa yang dipikirkan Rianti.

            “Bagamiana denganmu, apa kau punya utang budi dengan Rika?”

            Rianti terdiam matanya menatap ke arah lain seakan dia sedang menyembunyikan sesuatu. Aku tahu itu, bahkan dari matanya aku tahu kalau dia tidak ingin mengatakan apa yang dipikirkanya.

            “Tuh kan, kau memang punya utang pada gadis licik itu!”

            “Ini bukan seperti yang kau bayangkan, kami bersahabat dan-”

            “Jangan bercanda Rianti, aku tahu gadis itu punya sesuatu yang bisa membuatmu takut. Sahabat adalah kata penolakan untuk saling menyakiti, kau tahu itu kan?”

            Rianti mengigit bibirnya, tidak ada yang tahu apa yang dipikirkannya termasuk diriku. Gadis itu seperti mawar putih yang berduri. Aku tidak akan bisa mencium baunya kalau belum merasakan durinya.

            “Aku tahu kamu laki – laki yang tidak mengerti tentang perasaan perempuan tapi paling tidak-”

            “Aku akan menghargai gadis sadis itu jika dia datang baik – baik padaku, bukan dengan cara menamparku di muka umum.”

            Aku menarik nafas dalam – dalam, Rianti masih terpaku seolah ingin mendengar lanjutan kata – kataku tadi.

            “Dia itu salah dan dia harus meminta maaf!”

            “Kamu tahu,dia gadis yang-”

            “Sudah cukup, aku tidak mau mendengar hal bodoh tentang kebaikan gadis itu yang pasti dia sedang mempermainkanku sekarang!”

            Sudah kuduga, Rianti tidak membela Rika dengan kata – kataku barusan. Sudah jelas kalau yang salah di sini adalah Rika. Jadi membawa ornag lain dalam masalah kami seakan membuat semua ini menjadi runyam.

            “Ok, kita berhenti membahas tentang Rika, sekarang aku. Bagimu aku apa?”

            “Itu adalah pertanyaan bodoh yang kamu sendiri tahu jawabannya!”

            “Jadi teman, aku hanya sebatas itu!”

            Wajah Rianti tampak tertekan dan aku sendiri tidak dapat menggubris itu. Kata – kata yang terdengar menyakitkan jika memang gadis ini memiliki perasaan padaku dan kata – kata yang terdengar menghina jika gadis ini ingin mempermainkanku.

            “Kamu nggak mengerti perempuan!”

            “Itu benar, karena aku ini laki – laki dan tidak ada yang salah dengan itu!”

            “Kau brengsek!”

            “Jika aku brengsek maka kau sendiri apa ?  wanita tak tau diri!”

            “Kak cukup!”

            Ucap Feli membuatku segera menoleh ke arahnya, wajahnya yang penuh keringat membuatku kebingungan, apa yang gadis ini lakukan di sini.

            “Apa yang kau lakukan di sini Feli ?”

            Rianti mengguncang bahu Feli, Feli hanya menggelengkan kepalanya dengan air mata yang turun ke bawah.

            “Sudah cukup kakak membuat diri kakak tersiksa, kenapa tidak mengatakan yang sebenarnya!”

            “Itu tidak bisa, aku tidak bisa mengatakannya…”

            Suara Rianti terdengar pilu, ada banyak emosi saat dia mengatakan itu. Kenapa semua ini semakin rumit. Membawa pemain baru pada permainan kami bukan ide yang bagus menurutku, kurasa Rika melakukan ini untuk membuatku kalah.

            “Kita pulang, kak Juan juga sedang emosi. Kalau aku biarkan kali akan saling menyakiti!”

            Kini Feli menarik tangan Rianti yang sudah lemas, sedangkan wajahnya masih menatap ke arahku dengan pandangan menusuk. Pandangan kebencian yang kurasakan seakan membuatku terdiam di tempat. Aku tahu dia bisa membenciku kapan saja.

No comments:

Post a Comment