blog Novel a hittori yudo, Bagian yang terus tumbuh adalah cerita, dan sastra adalah cara untuk menceritakannya

Monday 2 December 2013

aku bukan sister complex chapter 8

Title    : Aku Bukan Sister Complex
Genre  : School, Family, Psychological, Mystery
Author : Hittori Yudo
Chapter: 08

Pasukan
Pasukan khusus yang terdiri dari 12 bintang adalah pasukan yang cukup kuat untuk menghabisi satu batalion. Kami terdiri dari berbagai bangsa dan Negara, orang terbuang yang memburu uang, mungkin bisa di artikan begitu. Waktu itu tidak ada yang tidak mungkin di sini, setidaknya beberapa tahun terakhir, sebelum kami kehilang beberapa anggota.

            “Semua sudah berkumpul, apa kamu ingin berpidato Aries!” Leo berkata dengan nada setengah bercanda.

            “Sebenarnya aku ingin meminta maaf pada kalian semua karena telah mengganggu waktu luang. Sebenarnya ada-“

            “Sudahlah, Aries. Kami akan mengikuti kemanapun termasuk ke dalam lubang kubur sekalipun!” Virgo berucap dingin dengan senyum di bawahnya.

            “Terima kasih banyak atas kebaikan kalian” ucapku mulai sedikit menangis.

            “Inilah ketua kalian cengeng dan kurang ajar tapi dia sungguh baik saat ini!” Lily berkata dari arah belakangku tempat kami berkumpul. Sepertinya dia sudah siap dengan pisau kecil dan pistol di seluruh tubuhnya aku bisa melihat senjata itu terlihat jelas dari dalam bajunya.

            “Mungkin dia juga sedikit..” ucap Lily lagi yang menyadari aku telah memperhatikan bagian tubuhnya. Ada jeda beberapa saat dia berkata dengan nada mengejek “ mesum” ucapnya kemudian membuatku sedikit kesal dengan tawa orang – orang yang berkumpul.

            “Aku tidak mesum!!!” ucapku membela diri.
           
“Oh, iya kamu tidak mesum. Tapi sister complex” ucap Virgo geleng – geleng kepala.

            “Iya aku itu, tidak siapa yang kau bilang sister complex ?”  ucapku membuat semua orang semakin tertawa.

            “Ok baiklah kita lewat semua percakapan aneh tadi. Aku akan langsung menjelas ke inti permasalah kali ini.. Musuh kita kali ini adalah snake tentu saja itu aliansi pengumpul pembunuh level S dan semua data yang kalian dengar tentang Snake adalah benar” Leo memulai rapat dengan cepat, suasana yang tadinya santai berubah menjadi mencekam.

            Aku bahkan tidak yakin kami bisa menerobos masuk dengan perlengkapan dulu, yah setidaknya keterampilanku tidak begitu banyak berkerung.

            “Sekian!!” suara lantang Leo mengakhiri pembicaran tadi.

            “Trakk!!” pintu ruangan terbuka, semua orang yang masih berada diruangan ini segera menoleh termasuk kami yang berada di depan mereka.

            “SELAMAT MALAM SEMUA, GYAHAHAH” suara ini sangat mencekam, Pupil kami semua melebar melihat Boston, dengan harga informasinya dalam pencarian internet mencapai $1000.000 tergolong sebagia kejahatan kelas berat tentu saja di lavel S saat ini.

            “Boston, apa yang kau lakukan di sini” ucap Asuka yang sudah dalam posisi siap menyerang.

            “Santailah sedikit Asuka mantan bintang keberhasilan. Aku berbicara pada Green Frick tentang Adiknya!” ucap Boston mengangkat kedua tangannya.

            “Ikuti aku!” ucapku keluar dari ruangan di ikuti Boston, sementara yang lain tidak merubah fokusnya dari kami. Mereka terus memperhatikan kami hingga aku tidak bisa mleihat mereka lagi.

            “Sekarang apa mau mu kita tidak ada hubunganya 10 tahun lalu. Aku sudah memilih jalanku sendiri bersama ayah!” ucapku memulai percakapan.

            Boston memiliki tubuh kecil dan ramping dengan rambut cepak, kulit yang sawo matang tentu saja dia tidak tampak seperti seorang pembunuh yang melenyapkan pemimpin Negara lain. Dia lebih mirip seperti pengusaha muda dengan kaos oblong dan celana jeans. Kami hanya berhubungan dulu sebagai rekan kerja sekaligus teman seperjuangan.

            “Kakek itu mulai gila, dia sekarang menjodohkan Nita dengan mafia dari Italy, bahkan beberapa orang yang berada dalam naungan Snake mulai memberontak kebanyakan dari mereka tidak menyetujui memiliki pemimpin dari orang Italy berengsek!” Boston mulai membuka percakapan yang tidakku mengerti alurnya dengan wajah kesal.

            “Lalu?” ucapku bingung.

            “Kami memilihmu sebagai penerus karena kau anak pertama, pimpinan dari berbagai grup semuanya setuju tapi kakek tidak bisa mengabulkan hal itu. Dia bilang kamu tidak bisa menjadi penerusnya walaupun darahnya mengalir dalam dirimu!” aku menatap Boston beberapa saat, Boston hanya tersenyum konyol layaknya sudah terbiasa dengan hal itu.

            “Lalu kakek menyuruhmu untuk bertaruh, jika aku menerima tawaran sebagai penerus dia akan menarik kata – katanya!” ucapku mulai sadar dengan arah pembicaran ini
.
            “Tepat sekali ketua bintang keberhasilan!” ucap Boston memberikan jempol padaku.

            “Aku menolak, tidak ada artinya aku keluar 10 tahun lalu!” ucapku kesal.

            “Jadi kamu lebih memilih adikmu yang manis itu di berikan pada orang Italy dan mengorbankan semua temanmu pada rencana dengan keberhasilan 10 % ini!” ucap Boston menimbang nimbang perkataanku.

            “Tidak, tentu saja aku tidak mau Nita itu-” kata – kataku terpotong melihat senyum Boston yang merasa dirinya menang.

            Jadi begitulah percakapan berakhir dengan tajuk yang aneh sekarang aku berdiri di hadapan kakek orang yang ku benci dengan rombangan grupku berada di belakang. Kakek ini seolah menahan tawanya, aku bertaruh dia sekarang merasa menang.

            “Aku akan kembali!” ucapku membuat semua mata tercengang termasuk Nita, matanya bulatnya melebar memadangku dengan wajah tidak percaya.

            “Jadi, kamu kembali hanya karena Nita ?” pertanyaan orang tua ini membuatku terdiam, sedangkan para petinggi yang wajahnya masih sama di situ menahan tawanya.
           
“Hmm, itu begitulah” ucapku ragu – ragu
.
            “Dasar  cucu bodoh, aku tidak akan membiarkan kalian menikah. Karena kalian saudara kandung!” ucap kakek memperingatiku.
           
“Aku bukan sister Complex!” ucapku kesal di sambut tawa seluruh orang yang ada di sini.

No comments:

Post a Comment